Saat Win tiba di lokasi syuting, dia diberitahu bahwa seluruh jadwal syuting telah diubah karena Jeff telah meminta cuti panjang untuk menghadiri urusan keluarga. Pria itu terus-terusan mengoceh tentang hal setiap hal kecil padanya, tapi kali ini ketika hal sebesar ini terjadi, mengapa dia tidak mengatakan apapun padanya? Win langsung menghubungi Jeff untuk bertanya.
Dari nadanya, Jeff kedengarannya dalam suasana hati yang sangat buruk. “Why would I need to tell you? Bukankah kamu membenciku karena menyebabkan banyak masalah buatmu, atau menjadi orang yang banyak mau? Bukankah kamu ingin aku menjauh sejauh mungkin darimu? Now you’ve gotten your wish!”
Mendengar kata-kata Jeff, Win pun menjadi marah. “Jeffrey Jones, why are you in such a temper?”
Jeff merasa tertekan; dia marah pada dirinya sendiri karena terlalu bodoh. Akhirnya, dia memaksa dirinya untuk tenang saat berbicara. “I’m at my dad’s company at the moment, and today I’ve been working like a dog, tidak mungkin aku bisa pergi dari sini. Jika kamu free nanti malam, log into the game, I sent you something. Happy birthday, Winnie!
Also, I sent a few things to your inbox. Lihatlah sendiri nanti, apakah kamu percaya atau tidak, is up to you! That’s it! Bye!”
“This guy…” Win menatap ponselnya pasrah setelah Jeff mengakhiri panggilan.
Tiba-tiba Champ menghampirinya dan berkata, “Metawin, kamu mungkin sudah tahu tentang Jeff! Seharusnya hari ini kita akan meneruskan kissing scene yang tertunda kemarin, but given the adjustments, we’ll be doing the scene where you fight with Luke. Nanti aku akan meminta seseorang untuk memberikanmu jadwal syuting yang baru!”
Win nodded. “Got it, K’Champ!”
Setelah berbicara dengan Champ, Win menemukan tempat yang sepi di bawah naungan pohon untuk membaca naskahnya. Asyik membaca, dia mendengar suara langkah kaki, dan dari sudut matanya, dia melihat sekilas sosok yang membuatnya jijik. Joss yang datang menghampirinya.
Joss mengantar Luke ke lokasi hari ini, Karena hari ini adalah ulang tahunnya, Joss sengaja mengambil day off untuk menghabiskan waktu menemani Luke, dan orang-orang di lokasi syuting menjadi heboh karena iri.
Win had no patience to speak with him, dan hanya mengangkat kepalanya memandang pria itu seolah menanyakan apa yang diinginkannya. Joss menawarinya sebotol air mineral dingin, dan bertanya dengan hati-hati, “Nong Win, will you be coming to Luke’s bday party?”
Win tidak menerima minuman tersebut, dan hanya memandang Joss seperti orang idiot. “Are you sure you want to ask me such a brainless question?”
“Nong, today is also your birthday. Jika kamu bisa pulang, kami bisa membantumu merayakannya! Aku sudah membicarakan ini pada Uncle dan Auntie, dan mereka sudah setuju!”
Win memutar matanya. “Thank you so much for helping me celebrate my birthday in passing!”
Joss sedikit mengernyit dan menarik nafas panjang. “Nong Win, aku benar-benar hampir tidak mengenalimu lagi. Kapan kamu akan kembali ke Nong Win yang baik hati dan penuh perhatian…. back then it was all my fault. Jika bukan karena aku, Luke tidak akan melakukan itu. Jika kamu ingin menyalahkan seseorang, salahkan saja aku, Luke tidak bersalah. Dia sudah hidup dalam rasa bersalah selama bertahun-tahun, and his biggest wish is to receive your blessing. Aku sangat berharap kamu bisa datang, Nong!”
“Guilt?” Setiap kali dia berbicara dengan Joss, Win merasa seperti sedang mendengarkan lelucon. “Guilty of stealing my parents? Guilty of sleeping with my man? Then he has a lot of guilt! Also, jangan menyebut kata ‘baik hati’ padaku. Back then aku bukan baik hati, but stupid!”
Joss mengatupkan rahangnya, dan dia berkata dengan tegas. “Nong Win, selama kamu bisa memaafkan Luke, I’ll do whatever you want, kecuali bersaksi di pengadilan!”
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...