"Saya tidak menyangka Chairman Plowden akan meluangkan waktu dari jadwalnya yang padat untuk datang ke acara ini! It really is such an honor!" P'Champ berseru.
"Come, Chairman Plowden, duduklah disini!" Produser Feng menawarkan kursinya agar Mario bisa duduk di samping putranya.
Wajah Mario penuh dengan ekspresi sayang saat ia menatap Luke. "Thank you, Director Champ. My son is under your care."
"Chairman Plowden, apel tidak akan jatuh jauh dari pohonnya. dan putra Anda sudah sangat luar biasa, he doesn't need my care at all!"
"Anak ini biasanya sangat sibuk, aku bahkan jarang melihatnya. Jika aku tidak kemari hari ini, this father would never see him at all!" Mario berkata dengan nada yang terdengar kesal, tapi semua orang bisa melihat wajahnya penuh rasa sayang pada Luke.
"Hahaha, Luke sungguh pekerja keras, Anda seharusnya senang." P'Champ berkata pada Mario, kemudian dia menoleh pada Luke dan memarahinya. "But Luke, kau juga salah, no matter how busy you are, kau harus sering-sering mengunjungi orang tuamu!"
"Yes, P'Champ, I'm wrong! Dad, jangan marah ya. Besok malam, Luke akan pulang ke rumah dan kita bisa makan malam bersama! Luke berkata membujuk Mario, sambil melingkarkan tangannya pada lengan ayahnya, bertingkah seperti seorang anak yang patuh.
"See, even I need the director to say some words on my behalf for him to find time to visit!"
"Dad, give me some face, ada banyak orang disini!" Luke merengut pada ayahnya.
"Oke...oke..oke, you're a big star now, I can't say anything anymore!" Ucap Mario sambil mengelus puncak kepala luke.
.................
Win kira dia sudah kebal karena ia sudah berusaha menguatkan hatinya, tapi melihat adegan ini, pertunjukan dari ayah yang baik hati dan putra yang berbakti, dadanya terasa sesak sehingga ia ingin kabur dari sana.
Walaupun emosinya kacau balau, dia masih bisa memperlihatkan ekspresi tenang. Dia dengan santai mengobrol bersama Chandra, seolah-olah dia tidak memperhatikan adegan itu.
Jika Win bisa berpura-pura tidak menyadari itu, beberapa orang tidak merasakan hal yang sama. Tatapan Mario padanya seperti pisau yang menusuk. Penampilan Win malam itu, menurut Mario, membuat dirinya malu.
Pada akhirnya, Win bisa kabur dari ruangan itu dengan alasan akan ke kamar kecil. Dia berjalan ke jendela yang terbuka di ujung lorong untuk menghirup udara segar.
Dia mengambil sebatang rokok dan korek api dari dalam tasnya, tapi merenung sejenak sebelum menyimpannya kembali.
Dia sedang berusaha untuk berhenti merokok.
Tapi hari ini adalah pertama kalinya Win merasa sangat ingin merokok.
Angin malam bertiup menerpa wajahnya dan Win merasa sedikit lebih baik.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang mendekat di belakangnya.
Punggungnya menegang, tapi ketika ia berbalik, ekspresi wajahnya tak terbaca, tak bisa ditembus, seperti topeng. "Oh, Chairman Plowden datang untuk mencari saya?"
Mario menatap Win dengan sinis, tidak menyukai cara Win berpakaian.
Win menatap lantai dengan tersenyum kecil. "Ah, Chaiman Plowden, waktu di ruangan tadi, Anda terus menatap saya. Aren't you afraid others will misunderstand that gaze?"
Lagipula, bagi orang luar, Mario adalah sponsor film dan Win adalah small-bit artist yang menarik. Sangat mudah untuk mengembangkan kesan yang terlihat tentang hubungan mereka.
'You bastard, what do you think you're saying?" Mari memakinya, dia sangat marah.
Win menautkan alisnya.
"Obviously I'm speaking in a human language. Apakah Chairman Plowden tidak mengerti bahasa manusia?"
"You..." Mario mengangkat tangannya.
Sebelum tangan itu jatuh ke wajah Win, sebuah tangan yang halus meraihnya dan menahannya di tempat.
There was no way he would let Mario hit him again.
He had no right!!!
Emosi Mario naik sampai ke ubun-ubun dan dia menarik tangannya. "You better quit this role right now. Kau hanya akan mempermalukan aku, jika kamu terus seperti ini di depan umum."
Ekspresi Win menjadi dingin. "Saya mendapatkan peran ini secara terhormat, bagaimana ini bisa membuat Anda malu?"
"Kau selalu meniru apapun yang akan dilakukan Luke. Look at you, you can't possibly compete with him. Buru-buru masuk ke industri hiburan, apakah kamu menunggu seseorang untuk mencari tahu tentang insiden yang mempermalukan keluarga Plowden-ku?" Mario memelototinya, matanya penuh dengan penghinaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...