11

1.8K 155 0
                                    

Win mengangkat birnya dan mendentingkan pelan dengan gelas Bright, kemudian tersenyum tulus. “Thank you!”

The moment Win smiled, Bright felt blinded.

Setelah Win mengucapkan terima kasih, dia kemudian menoleh ke Xaverio. “This is also thanks to Little Sun. Jika bukan karena dia, aku mungkin tidak sempat mengikuti audisi itu. Come, darling, let’s have a drink too!”

Xaverio melihat gelasnya yang berisi susu kemudian melihat bir yang berada di tangan Win dan Bright. Dia merasa enggan, tapi akhirnya tetap mendentingkan gelasnya dengan Win lalu meneguk habis susunya.

Win tertawa melihat tingkah Xaverio. Anak ini benar-benar menggemaskan.

Ditengah makan malam, Bright keluar ke teras sebentar karena harus menjawab panggilan telepon. 

Win menyenggol Xaverio dan memberikan birnya. “Apa kau penasaran dengan rasa bir ini? Cepat, cicipilah sedikit sebelum ayahmu kembali, ciciplah sedikit! But only one sip!”

Mata Xaverio berbinar seperti bintang di langit, dan dia menundukkan kepalanya dan meminum sedikit bir Win.

Walaupun rasanya tidak enak, tapi dia merasa sangat bahagia.

Setelah Bright kembali, Win sedang duduk diam dan berpura-pura tidak ada yang terjadi.

Xaverio bahkan bersikap lebih profesional, dia meminum susunya dengan lambat. Tidak ada yang tampak mencurigakan.

Bright duduk dengan ekspresinya yang biasa, hanya ada sedikit kehangatan tersembunyi di matanya.

Mereka bertiga memiliki nafsu makan yang bagus. Win membeli banyak bahan, tapi mereka berhasil menghabiskan semuanya.

Win melihat jam dan menyadari bahwa hari sudah sangat larut. Tepat saat dia berpikir apakah mereka harus segera kembali atau tidak, kilat menyambar dari luar jendela, diiringi dengan suara guntur yang menggelegar. Kelihatannya akan ada badai.

“Aku ingat ramalan cuaca mengatakan akan ada hujan badai malam ini disertai angin topan.”

Win merasakan sakit kepala datang saat melihat hujan diluar jendelanya. Bright dan Xaverio menatap ke arahnya.

Akhirnya, setelah ditatap oleh ayah dan anak untuk beberapa  saat, Win berkata, “It’s late. Cuacanya sedang tidak baik, akan sangat berbahaya jika Mister Walton membawa Little Sun pulang, dalam keadaan cuaca seperti ini. Bagaimana jika….uhmm…kalian berdua stay disini bersamaku?”

Dia mengatakan ini hanya untuk sopan santun, lagipula belum tentu Bright akan menyetujui ide ini. 

Tapi kemudian…..

“Alright,” Bright menjawab dengan cepat. Xaverio pun menganggukkan kepalanya berulang kali. 

What???? he agreed again……

Mengapa seolah-olah mereka berdua sudah menunggu ajakan Win untuk menginap?

Apartemen yang diatur agensinya tidaklah terlalu besar, hanya ada satu kamar tidur, dan satu living room. 

Yang akan jadi masalah bagaimana mereka akan tidur nanti.

“Aku akan tidur di ruang tamu, Mister Walton, Anda dan Little Sun bisa tidur di kamarku, I’ll go change the bed sheets…”

“No need, saya yang akan tidur di ruang tamu. Kamu bisa menemani Little Sun tidur di kamar.” Bright menjawab dengan nada yang tidak ingin dibantah.

Win merasa berdosa, bukan hanya ia membiarkan seorang CEO makan makanan murah, tapi dia juga membuatnya tidur di ruang tamu. 

Jika hanya Bright tanpa anaknya malam ini, meskipun hujan badai, Win tidak akan mengizinkannya untuk menginap. Berduaan di apartemennya tentu saja ide yang gila. Apalagi mengingat penawaran Bright padanya tadi pagi. 

Tapi Win tidak punya pilihan, dan ada Xaverio juga.

Dia hanya bisa menerima nasibnya dengan lapang dada. “Aku akan melihat apakah ada sesuatu yang bisa kalian berdua pakai, jadi kalian bisa bersih-bersih dulu.”

Win akhirnya menemukan piyama kartun lucu di kamarnya untuk dipakai Xaverio. Sementara untuk Bright tidak susah menemukannya. Mereka berdua memiliki tinggi badan yang seimbang, Win meminjamkan piyamanya. 

Sofa di ruang tamu Win tidak terlalu besar, tidak bisa menampung kaki Bright yang panjang. Jadi Win menambahkan kursi di samping sofa agar kaki Bright tidak menggantung.

Xaverio anak yang pintar dan mandiri. Bocah itu sudah selesai mandi dan memakai piyamanya sendiri, dan sudah berbaring di tempat tidur.

Win memakai sweatpants dan sehelai kaos tipis yang nyaman setelah mandi. Biasanya dia hanya memakai kaos oversize yang hanya menutupi sampai bagian pahanya. Tapi karena di rumahnya sekarang sedang ada tamu yang menginap, tidaklah sopan apabila dia memakai pakaian tidurnya yang biasa. 

Win pamit akan tidur kepada Bright yang sedang sibuk dengan ponselnya dan mengatakan jika memerlukan sesuatu, bisa memanggilnya di kamar. 

Saat Bright mendengar suara Win yang berbicara kepadanya, dia mengangkat kepalanya dan seketika terdiam. 

Bright sempat hilang fokus untuk beberapa saat lamanya, tapi perlahan fokusnya kembali dan di depannya tersaji pemandangan yang—menurut Bright—sangat indah. Hanya dengan pakaian simple, wajah Win yang putih merona natural sehabis mandi air panas. 

Pakaian Win saat ini sebenarnya biasa saja. Tidak menunjukkan sesuatu yang bisa membuat orang lain terprovokasi. Normal. 

Tapi bagi Bright, itu masalah besar. Entah mengapa saat melihat Win dia menyadari there’s a certain part of his lower body was slowly rousing itself. 

Bright tergagap saat menjawab Win. Bright memaki dirinya dalam hati.

SIALAN!!!

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang