Ketika sudah tiba di apartemennya, Win langsung menarik keluar sebuah koper logam dari bagian bawah lemari besarnya, lalu dengan hati-hati memeriksa dan membersihkan isinya.
Setelah mengecek waktu lewat ponselnya, Win buru-buru memasukkan semuanya ke dalam tasnya, dan berlari ke bawah.
Tidak jauh dari sana, Ren sedang laporan pada kakaknya sambil menyetir: “Win kembali ke apartemennya, dan keluar kurang dari lima menit. Kami sekarang sedang berada di jalan xxxx, sepertinya mengarah keluar kota.
Setelah setengah jam, Win akhirnya berhenti.
Ren memandang rumah-rumah di sekitar dengan shock. “Shit, bukankah ini komplek perumahan dimana si prop master tinggal? Kenapa Win kesini sendirian? Jangan bilang dia akan berurusan dengan orang ini? That’s just too naive!”
“Turn on the monitor.” Sebuah suara dingin terdengar lewat earphone yang ada di telinga Ren.
“Oh..oh, right, I almost forgot!” Ren segera meraih laptopnya dan menghidupkannya. “Kak, tunggu sebentar, biarkan aku melaporkannya lewat ponselku saja!”
Sebelum Ren selesai berbicara, tiba-tiba dia menyadari, dia sudah kehilangan kontrol atas laptopnya, dan tercengang. “Kak, Kakak ternyata meretas laptopku… aku sudah bilang akan menggunakan ponselku saja! Can you not be so impatient?!”
……
Ojan sang prop master, sebenarnya menghasilkan banyak uang dari pekerjaannya, tapi karena dia suka berjudi, dia tidak punya tabungan dan mempunyai banyak hutang, itu sebabnya dia tinggal di tempat kumuh di daerah pinggiran.
Win mendengar semua ini ketika dia mabuk dan mengobrol dengan beberapa orang di lokasi syuting.
Win mengetuk pintu rumahnya tiga kali. Tapi tidak terdengar ada suara dari dalam. Win tetap mengetuk, sampai dia mendengar suara keras dari dalam, diikuti dengan suara alas kaki beradu dengan lantai. Pintu besi itu dibuka dari dalam dengan suara yang berisik.
“Who the fuck is it! Want to die first thing in the morning….” Kalimatnya berhenti di tengah-tengah ketika dia mengenali orang yang berdiri di depan pintunya adalah Win, dan ekspresi di wajahnya seketika berubah.
“Teacher Ojan, aku yakin Anda baik-baik saja sejak terakhir kita bertemu.” Win tersenyum sambil menatapnya.
Ojan sudah hendak menutup pintunya di depan wajah Win, tapi sesuatu melintas di otaknya, dan berubah pikiran. Dia berkata dengan nada malas, “Suatu kejutan! Si cantik Metawin mengunjungiku! Come in!”
Aroma tidak sedap langsung memenuhi indra penciuman Win sesaat setelah dia masuk. Campuran antara bau alkohol, kaos kaki kotor dan bekas-bekas makanan yang sudah basi, aroma mematikan layaknya ikan herring kalengan dari kejadian tadi pagi.
“Buatlah dirimu nyaman.” kata Ojan sambil menghidupkan sebatang rokok, lalu matanya dengan rakus mulai menjelajahi setiap inci dari tubuh Win.
Win duduk di salah satu kursi yang merupakan satu-satunya kursi yang bersih di ruangan itu, lalu berkata langsung to the point. “Let me be clear, aku yakin Teacher Ojan sudah tahu maksud kedatanganku kemari. I need your confession, tolong bicaralah sejujurnya, bahwa Luke yang mengatur semua drama ini, dan bukan aku pelakunya.”
Ojan tertawa terbahak-bahak saat mendengar kata-kata Win, sepertinya dia bisa menduga langkahnya. “Little boy, apakah kamu merekam ini? Kau ingin menjebakku? Hehe you’re too naive! Sorry, apa yang aku katakan pada para reporter adalah kebenarannya!”
Tidak ada rasa takut sama sekali di wajahnya saat mengatakan itu semua, dan senyum jahat melintas di wajahnya. “Kecuali, kau bisa memberikan harga yang lebih bagus…”
Win memicingkan matanya; dia sudah menduga akan seperti ini sedari awal. Setelah mendapat uang dari Luke, Ojan tidak akan lari, dia akan melanjutkan hobinya berjudi, dan kehilangan semuanya pada akhirnya. Sekarang dia bahkan menginginkan sesuatu dari dua pihak!
……..
“What if I say no?” Win menatapnya dengan senyum miring.
Mata Ojan menjelajah, menatap dada Win, turun ke bagian paha dengan tatapan mesum sambil mengelus dagunya. “Jika kamu tidak punya uang…. maka kita bisa menegosiasikan sesuatu yang lain! Jika si cantik Metawin mau tidur denganku satu malam, aku pikir aku bisa memberimu beberapa informasi yang berguna.”
Niatnya sangat jelas: jika kamu ingin sebuah pengakuan, gave me money or your body.
In fact, untuk seseorang yang licik seperti Ojan, bahkan jika dia mendapatkan apa yang diinginkannya, dia tetap tidak akan mengaku, dan itu artinya Win akan kehilangan keduanya, tubuhnya dan juga uangnya.
Pada saat yang sama, di lantai bawah di dalam mobil.
Melihat apa yang terjadi lewat monitor, Ren mengingatkan kakaknya lewat ponsel dengan gugup, “Kak, calm down! Don’t get agitated! Kakak harus tenang! You have to be gentle with my laptop! I have hundreds of gigabytes of treasure on my hard drive!”
“Susul ke atas, sekarang!” Sebuah perintah terdengar di telinga Ren.
“Oke..oke! I’m going right now!” Di monitor, Ojan mulai mendekati ke arah Win, mendekat semakin dekat. Ren memegang laptopnya dengan sangat erat sambil mulai berlari dengan cepat.
Saat yang sama, Ojan berjalan ke arah kursi Win, dan meletakkan tangannya pada pegangan kursi, nafasnya mulai bersemangat. “well, bukankah ini deal yang bagus? Kamu tidak hanya mendapatkan apa yang kamu inginkan, kau juga bisa bersenang-senang!”
Win menunduk, ekspresinya sulit dibaca dalam gelap, lalu dari bibir merah mudanya keluar tawa ejekan. Detik berikutnya, Ojan merasa sesuatu yang dingin menekan pinggangnya. Saat melihat ke bawah, wajahnya memucat — sebuah pistol hitam menekan pinggangnya.
“You…you..you..” reaksi pertama Ojan adalah melarikan diri.
Tiba-tiba, suara tawa yang aneh nan dingin Win datang dari belakangnya. “That’s right, run. Try it, dan kita akan lihat yang mana yang lebih cepat, kau atau peluruku.”
Keringat Ojan jatuh seperti hujan. Tubuhnya berbalik dengan kaku, dan tertawa dengan santai. “Little boy, kau benar-benar mengerjaiku! Mencoba membodohiku dengan pistol mainan? Tembak! That is, jika kamu ahli! Here, right here!”
Win menggerakkan jarinya perlahan, memasang peredam di ujung pistol, dan melepas tembakan –
Dengan bunyi “pu”, sebuah peluru menyerempet lengan Ojan saat terbang melewatinya membuat percikan api yang menyilaukan di lantai.
Semua itu terjadi tidak lebih dari tiga detik.
Ojan menutupi lengannya yang menyengat dan jatuh berlutut dengan bunyi gedebuk. “Brother! Big brother, calm down! Itu pistol asli! Ini bukan lelucon!”
“Confession.” Win melemparkan pulpen perekamnya ke arah Ojan, dan melihat waktu di ponselnya, wajahnya menunjukkan bahwa dia sudah kehabisan kesabarannya.
Little Rio sedang tidur di rumah, dia pasti akan panik lagi jika dia terbangun dan tidak melihatnya. Win butuh segera kembali secepatnya.
“I’ll do it, I’ll do it! Aku merekamnya sekarang!” Ojan berguling untuk mengambil pena itu dan menekan tombolnya sendiri lalu mulai merekam. “Bukan Metawin! Bukan Metawin yang menyuapku! Ada orang lain yang memintaku untuk mengganti propnya! Tapi aku tidak tahu siapa orang itu! Aku menerima email anonim dengan semua instruksi di dalamnya, dan 50.000 THB langsung masuk ke rekening bank-ku. Mereka bilang aku akan menerima 50.000 lagi setelah selesai!” Ojan mengamati Win saat dia berbicara.
Pemuda di seberangnya terlihat sangat tidak sabar dan wajahnya gelap. Matanya merah, dan jari-jarinya mengetuk-ngetuk laras pistol dengan gelisah; dia benar-benar terlihat seperti seorang psikopat pembunuh, dan hanya melihatnya saja membuat bulu kuduknya berdiri!
…………….
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...