100d

1.1K 103 4
                                    

Melihat pemuda manis itu membuka kedua tangan untuknya dengan kemauannya sendiri untuk pertama kalinya, sebuah emosi tak terbaca muncul di mata dingin Bright. 

“Ahhh! They’re coming again! Bright, ayo cepat!” Win melemparkan tubuhnya pada Bright.

Sure enough, as soon as he stuck to Bright, the robots immediatelly didn’t dare touch him. How amazing!

Hanya ketika tubuh lembut dengan aroma manis sudah menempel padanya, Bright yang sedang linglung, akhirnya bereaksi. Dia membungkuk dan meraih pinggang Win, dan berjalan menuju tangga spiral. 

Mungkin ini pertama kalinya dia sedekat ini dengannya, ketika Win sedang sadar sepenuhnya. 

Bright sungguh berharap jalan ini tidak pernah berakhir….

Jika saja adiknya Ren tahu apa yang sedang dipikirkannya saat ini….ugh…

Ketika mereka berdua naik ke atas, para robot mengikuti mereka dengan jarak tertentu. 

Win melingkarkan tangannya di sekeliling leher Bright untuk menjaga keseimbangannya. Menghirup aromanya yang sejuk dan menyenangkan, dan melihat segerombolan robot mengikuti mereka menaiki tangga, entah bagaimana dia merasa bahwa ini adalah adegan yang luar biasa romantis! 

However, this pink buble didn’t last long.

Saat mereka mencapai lantai atas tanpa kendala, dan akan membuka pintu berwarna silver ruang kontrol, robot-robot di belakang mereka tiba-tiba membuat suara berisik, dan mereka mengangkat senjata di tangan mereka secara serentak. Senjata terbidik ke arah Bright dan Win. 

Win memucat karena ketakutan. “Holy shit! Apakah itu sungguhan? Aku kira senjata itu hanya mainan?”

Apakah bijak membolehkan seorang bocah lima tahun bermain-main dengan sesuatu yang berbahaya seperti ini? Win tidak tahu lagi bagaimana mengkritik cara didikan Bright sebagai orang tua. 

Mereka hanya ingin bertemu Little Rio, kenapa harus mengalami sesuatu seperti ini, pikir Win. Mereka seperti berada dalam sebuah game, bertarung melawan para robot. 

Bright menarik bahu Win dan mendorongnya ke pintu di belakang mereka. Kemudian dia menggunakan tubuhnya untuk menutupi Win, dengan tangan satunya berada di belakang Win yang menempel di pintu. Win sempat tertegun sejenak, dan menelan ludahnya dengan susah payah, lalu berkata lirih: “Lord Boss, apakah tahu posemu ini adalah pose kabe-don yang sempurna?”

“Kabe-don?” Ini jelas merupakan istilah lain yang tidak dipahami Bright.

Win menepuk jidatnya dan berkata dalam hati. My dear, flirting without meaning to is the most deadly of all!

Tiba-tiba dari sudut matanya, Win melihat sebuah robot di seberang mereka menembakkan sesuatu ke punggung Bright. “Bright! Watch out!” 

Tapi sudah terlambat. Bright menjaganya dengan ketat, dan Win mendengar suara erangan tertahan. 

“Bright —” Win memanggil nama Bright dengan panik. 

“I’m fine.” Bright mengangkat kepalanya perlahan.

“How can you be fine? Bright, apa yang kamu rasakan? I’ll take you to… ugh…” Win berhenti ditengah kalimatnya, dan tiba-tiba Win mual. “Bright, you stink… what is that awful smell?”

Dengan wajah yang sudah menggelap, Bright melepas mantelnya. Dibagian belakang mantelnya ada sesuatu yang lengket terlihat menjijikkan. Win menutup hidungnya. Meskipun dia lega bahwa Bright baik-baik saja, dia tetap tercengang. “What is that thing? Don’t tell me it’s shit?”

Bright melemparkan mantelnya sejauh yang dia bisa ke lantai bawah, dan berkata datar, “Ikan Haring kalengan, kata orang itu adalah makanan kaleng paling bau di dunia. Itu adalah ide Ren.”

Win menyeringai. “Heh, Second Young Master is indeed talented…. ini tidak hanya bau, tapi ini benar-benar senjata biokimia!”

Begitu Win selesai berbicara, pintu di belakangnya tiba-tiba terbuka sendiri. 

………

“Let’s go.” Bright menggenggam tangan Win dan berjalan masuk. Itu gesture yang sangat alami. 

Win menatap tangan mereka berdua yang menyatu. Meskipun dia tahu Bright melakukan itu karena khawatir sesuatu yang lain bakal terjadi, ada perasaan hangat aneh dalam hatinya. 

Cahaya di dalam ruang kontrol itu redup, hanya ada cahaya dari lusinan layar komputer yang menyala. Win mengekor di belakang Bright melewati komputer-komputer itu, dan finally menemukan Little Rio di samping mesin yang sangat besar. 

Di bawah mesin kolosal itu, dengan kabel-kabel yang tak terhitung jumlahnya terpasang padanya, Little Rio tampak sangat kecil duduk di sebuah kursi yang dibuat khusus, dan menatap urutan kode yang tak terhitung jumlahnya yang berkedip-kedip di layar dengan tanpa emosi. Berdiri persis di sampingnya, sebuah robot yang tampak seperti versi kecil dirinya. Di tangannya, ia memegang senapan laras panjang yang dibidikkan ke arah Bright dan Win. 

Melihat wajah dingin tanpa ekspresi, seolah mayat hidup dari Little Rio, Win merasa seolah jantungnya dijepit erat oleh cakar besi, dadanya sesak, dan hampir tidak bisa bernafas oleh rasa sakit.

“Little Rio…” suara Win bergetar.

Starring at the screen, the little guy didn’t react at all. 

Win benar-benar takut sekarang, dia hanya pernah mendengar dari Bright dan yang lainnya sebelum ini, dia tidak pernah menyaksikannya dengan mata kepalanya sendiri bagaimana kondisi Little Rio saat kambuh. 

“What should we do… this is all my fault…”

“Metawin, don’t blame yourself, it’s alright, ini sering terjadi padanya. Panggil namanya beberapa kali, dan dia akan baik-baik saja,” kata Bright mencoba menenangkan Win. 

Faktanya, karena orang itu adalah Win makanya Bright berani berkata seperti itu. Jika itu adalah orang lain, tidak akan mungkin bisa segampang itu untuk menghandle anaknya. 

Dengan susah payah, Win mencoba menenangkan dirinya sendiri, dan dengan hati-hati, selangkah demi selangkah perlahan mendekati Little Rio. Robot kecil mengikuti setiap pergerakan Win, tapi Little Rio tidak bereaksi sama sekali. 

Ketika Win mencapai tempat dimana Little Rio duduk, dia perlahan berlutut, dan dengan hati-hati meraih tangan kecilnya. “Little Rio….. Uncle’s back… I’m sorry… sesuatu terjadi padaku tadi malam, jadi Uncle tidak bisa kembali tepat waktu…”

Win tidak bisa menjelaskan dengan detail apa yang terjadi, dan hanya bisa menundukkan kepalanya. Dia tidak tahu sudah berapa lama waktu yang terlewat sampai tiba-tiba, sebuah tangan kecil yang terkepal muncul di depannya. 

Kemudian kepalan kecil itu perlahan terbuka, dan di tengah telapak tangannya yang kecil dan lembut itu ada sebuah gelang. Gelang itu berhiaskan seratus berlian kecil di atasnya, yang membentuk bentuk hati, dan berkelap-kelip di bawah lampu mesin yang dingin. 

“Ini…” Win langsung mengangkat kepalanya, terkejut dan juga senang, meskipun belum tampak ekspresi apapun di wajah Little Rio. 

Di sampingnya, Bright menatap gelang yang ada di tangan putranya, dan berkata, “Ini hadiah ulang tahun dari Little Rio untukmu.”

“Untukku….” Itu benar-benar berlian! Win berkata dalam hati dan merasa sedikit tidak nyaman. 

Bright mengerti perasaannya, dan menjelaskan, “Itu hanya kristal biasa, dan tidak mahal. Tapi Little Rio yang melekatkan semua kristal itu sendiri.”

Win langsung tersentuh setelah mendengarnya. Dia tidak mengambil gelang itu, tapi berkata pada Little Rio, “Can you help Uncle put it on?”

Little Rio sedikit lamban ketika tatapannya jatuh pada gelang itu. Kemudian dengan kikuk memasangkan gelang di tangan Win. 

Win menyentuh gelangnya dengan wajah sumringah. “Does it look good?”

Little Rio mengangguk. Senang sudah mendapat respon dari Little Rio, Win tidak bisa menahan dirinya lagi, dia menarik Little Rio masuk ke dalam pelukannya. Saat yang sama, robot kecil di samping mereka menembakkan pita warna-warni dengan keras, dan mulai memainkan lagu ulang tahun. 

Air mata Win bercucuran saat melihat pita warna-warni yang bertebaran di udara. “Thank you darling, this is the most romantic birthday I’ve ever had!”

…………………

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang