51

1.5K 128 3
                                    

Bright pernah bertanya pada Jimmy bagaimana rasanya jika kita menyukai seseorang; Jimmy bilang padanya bahwa Bright akan mengetahuinya ketika dia bertemu orang itu. Bright kira itu semua hanyalah omong kosong. 

Sampai ia bertemu Win, dia menyadari semua itu benar. 

“Congrats! So many asexuals may never meet the one for them!” Jimmy memberikan ucapan selamat pada teman lamanya dengan tulus. 

Asides from heterosexuals, homosexuals and bisexuals, in this world, there are also asexuals. 

Asexuality is not an illness and does not mean an unclear sexual orientation or fear of intimacy; sederhananya, kurangnya minat akan sex. 

Karena alasan inilah, lima tahun yang lalu, ibunya bahkan mendesak Ren to drug his own brother….

…………

“Ini pasti yang dinamakan double blessing. So when do I get to drink your wedding wine?” Jimmy menggoda Bright.

“I’m working on it.” Bright, yang selalu tampak tak terkalahkan, memiliki ekspresi ketidakpastian yang langka di wajahnya. 

Jimmy terkejut. “It actually still hasn’t happened? I thought Big CEO Walton would have it in the bag now. Well, a guy able to catch your interest must be quite something. Jadi alasanmu kali ini memintaku untuk kemari adalah untuk mengajarimu cara mengejar seseorang? Meskipun aku tidak bisa dibandingkan dengan Ren dalam prakteknya, aku cukup bagus dengan teori! Jimmy berkata dengan antusias.

Mengapa semua orang ingin mengajarkannya soal ini? Wajah Bright menggelap, lalu berkata dengan dingin. “Don’t bother with that, I wanted to confirm the effect of his appearance on Little Rio, that’s all.”

Jimmy returned to the real issue after joking around. “It’s like this, ada dua sisi untuk semuanya; itu bisa jadi bagus untuk Little Rio, kau bilang tadi Xaverio menghancurkan rumah hanya untuk bisa melihat pemuda ini, so most of it depends on your guidance. Apakah itu karena keegoisan atau tidak, membuatnya tinggal di rumah ini untuk sementara waktu adalah hal yang benar untuk dilakukan. Aku akan menyarankan langkah selanjutnya yang harus diambil adalah bertanya pada pemuda itu apakah dia mau mengajak Little Rio keluar lebih sering, bahkan mungkin membawanya ke sekolah jika waktunya tepat, and slowly ease him into normal life. Dia mungkin bisa melakukan apa yang tidak bisa aku lakukan bahkan selama dua tahun ini….”

“I understand, I’ll try.”

…………….

Studio film.

Semua bisik-bisik berhenti sesaat setelah Win berjalan masuk ke lokasi syuting. Semua orang menatap ke arahnya. Tentu saja berita tentang dirinya telah menyebar. 

Di sebuah pojokan, seseorang menyeletuk dengan nada yang aneh. “Who does he think he is, a rookie like him arriving late; doesn’t he know how Luke was early to arrive?”

Actually, Win tidak telat sama sekali, Luke-lah yang datang lebih awal. 

“Nong Luke, kamu dan Win berada di agensi yang sama, apakah gosip tentangnya yang beredar itu benar?”

“People say that he slept his way up through the production team to get this role!”

“Shameless! Doesn’t GMM care about this kind of unfair competition?”

…………

Menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari para crew, Luke memasang wajah tak berdaya dan menarik nafas. “Everyone has his or her own way, the company won’t say anything…”

Setelah mengatakan itu, Luke bertingkah seolah-olah dia keceplosan dan tiba-tiba menyadari dia telah mengucapkan sesuatu yang salah, dan buru-buru melanjutkan, “I’m not saying my Junior Brother really did those things, online gossip tidak bisa dipercaya!”

Cara dia mengatakannya terdengar seperti sedang menutupi sesuatu, yang mana membuat orang yang mendengarnya berpikir bahwa semua itu benar. Tidak sampai Champ datang dan mendesak semua orang untuk bergegas dan mulai bekerja, kerumunan penggosip itu bubar. 

Ekspresi yang tadi ditampilkan Luke pun menghilang, dan dia memanggil asistennya dan bertanya dengan suara pelan. “How did it go?”

“Jangan khawatir, Bro Luke, semuanya sudah siap! Kau bilang dia alergi terhadap benda logam, kan? Aku memasukkan metallic powder ke dalam perlengkapan penata rias tanpa ada yang menyadarinya. Saat dia memakainya, wajahnya akan hancur…”

____________________________

Win akan syuting adegan menari hari ini, jadi kostumnya tidak berat seperti kemarin. Ketika dia memasuki dressing room, Win surprise melihat Kao berada di situ. Win kira Kao tidak akan bergabung di film ini. 

Kao gagal saat audisi peran untuk Tine, tapi sutradara Champ mengundangnya untuk menjadi third male lead Prince Let. Perannya juga sebagai pembawa kehancuran negeri, tapi perannya lebih kecil dari Win. 

Selain itu, dia akan disiksa dengan kejam oleh Win di film.

Meskipun manajernya telah menerima undangan atas namanya, Kao sangat tidak puas dan menolak hadir pada acara opening ceremony. Bahkan ada desas desus yang beredar bahwa dia menolak peran yang ditawarkan padanya.

Win menduga Kao datang karena mendengar film tersebut mendapatkan suntikan dana tambahan yang besar. 

Kao sudah hampir selesai dirias saat melihat Win dari cermin. Dia menatap Win dengan dingin dan kebencian yang tidak berusaha untuk disembunyikannya. Seperti Luke, ayahnya juga kaya raya, jadi dia selalu bersikap arogan dan tidak terlalu disukai di lokasi syuting. Tapi para buzzer yang disewanya sangat ahli dalam membuat imagenya tampak bagus. Para buzzer ini juga yang memberinya title sebagai No.1 Beauty in the entertainment industry. 

Dan tentu saja dia membenci Win, karena Win sudah ‘mencuri’ peran dan juga fame-nya. 

“Wow… isn’t this our number one beauty? With so many rich sponsors supporting you, kenapa kau masih berbagi dressing room dengan artis kecil seperti kami?” Tiba-tiba Kao melontarkan kalimat sindiran. 

Win mencari kursi kosong, duduk dan mulai membaca scriptnya, completely unaffected. Dia adalah tipe orang yang sangat fokus pada pekerjaannya sesaat setelah sampai di lokasi syuting, dan tidak akan terpengaruh oleh apapun atau siapapun. 

“Metawin, are you ignoring me?” Kao membanting sisirnya dengan keras. 

Win tetap melanjutkan kegiatannya membaca seolah dia tidak mendengar. Saat itu, makeup artist yang berdiri dekat Kao mendehem dan berkata padanya. “Win is wearing earphones, so dia mungkin tidak mendengarmu, Kao!”

Baru saat itulah Kao melihat dua earbuds putih kecil di telinga Win. He felt like he had just been punching cotton. Alias kata-katanya tadi tak ada gunanya.

B***h! Dia pasti melakukan ini dengan sengaja! Gerutu Kao.

Of course Win was doing it on purpose. Disaat dia melihat Kao, dia mengeluarkan earphone-nya dan memakainya supaya bisa berpura-pura dia tidak mendengar Kao. 

Karena dalam kasus ini, tidak peduli siapa yang benar atau salah, selama ada konflik, itu tidak akan baik untuknya. Jadi lebih baik menghindari masalah sama sekali. 

Makeup artist sudah selesai merias Kao, jadi dengan hati-hati bertanya apakah Kao puas dengan hasilnya, karena dia tahu Kao client yang sulit. 

Tanpa menengok hasilnya, Kao dengan ketus berkata bahwa dia tidak puas dengan hasilnya, dan menyuruh makeup artist untuk mengulangi riasannya. 

Wajah penata rias kaku karena menahan amarah, tapi dia hanya bisa menghapus riasannya dan mengulanginya kembali. 

Melihat sikap Win yang mengabaikannya, Kao semakin marah, dan melampiaskannya pada penata rias dengan mencari-cari kesalahan perias tersebut. 

Tak bisa membalas Kao, penata rias hanya bisa memelototi Win yang duduk di sudut ruangan dengan kesal. Dia juga tahu tujuan Kao sebenarnya adalah Win tapi dia ikut terseret di dalamnya. 

Yang punya dressing room pribadi hanyalah para pemeran utama, jadi selain mereka, semua orang berbagi satu dressing room. Jika Kao belum selesai dengan make upnya, otomatis win harus menunggu sampai selesai.

Dan sekarang Kao sengaja berlama-lama. Sampai managernya datang untuk memanggilnya, barulah dia meninggalkan ruangan itu, tidak lupa meninggalkan tatapan marah pada Win. 

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang