“Ahhhh! It’s raining — “ Teriak seseorang dalam kerumunan.
Karena lenteranya terbuat dari kertas, dan sebagiannya berbentuk teratai yang tidak tertutup, nyalanya langsung padam karena hujan.
Win, yang baru akan mencium Jeff, berhenti karena perubahan mendadak ini, dan secara naluriah menutup kepalanya dengan tangannya. “Kenapa tiba-tiba hujan? Awwww, it hurts! Kenapa malah hujan es?!”
Jeff yang tadinya gugup, menahan nafas karena ciuman hingga jantungnya hampir berhenti berdetak, tapi karena adegan itu tiba-tiba berhenti, hampir pingsan karena kekurangan udara. “Damn it! Bukankah ini musim kemarau? Sudah berbulan-bulan tidak turun hujan! dan kenapa hari ini panas sekali?!”
Di dalam mobil, Ren kebingungan.
Hujan? Tapi tadi cuacanya bagus, bagaimana bisa hujan? Eh, tunggu…. mendengar dentuman di atap mobil, sepertinya malah terdengar hujan es yang deras….
Ren tiba-tiba tersadar, mulutnya menganga, tak sanggup berkata-kata saat matanya menatap kakaknya, diam seperti gunung dan sama sekali tak terlihat terkejut. “You actually made it rain…Kak, kamu menentang surga, Kak! dan bukankah ini terlalu brutal? Ini bahkan hujan es!”
Melihat syuting terpaksa berhenti, pressure di sekitar Bright mundur seperti air pasang, dan dari bibir sexynya keluar satu kata yang dingin: “Drive.”
“Yes, Sir.” Supirnya Bright langsung menyalakan mesin, dan dalam kegelapan, mobil hitam itu diam-diam melaju meninggalkan lokasi.
Champ sangat frustasi, tidak menyangka kejadian semacam ini bisa terjadi. Jika saja adegan tadi dilanjutkan, itu pasti akan menjadi gambar yang sangat indah. “Ah lupakan saja, nothing good comes easy! Gumam Champ, dia kemudian berkata dengan riang pada semua orang, “Let’s call it a day! Tapi jangan pergi dulu, ayo makan malam bersama! Last time kita tidak bisa makan malam untuk menyambut Jeff, jadi kita harus melakukannya hari ini!”
Kru produksi telah mengalami banyak kemunduran akhir-akhir ini, jadi ini saat yang tepat untuk berbaur satu sama lain. Para staf yang tadinya lesu karena perubahan cuaca yang tiba-tiba, langsung bersemangat dan bersorak.
Respon Jeff terlihat kurang antusias – dia jelas sedang bad mood.
Win melemparkan handuk ke arahnya. “What kind of expression is that? Apa kamu kecewa aku tidak jadi memaksakan ciuman untukmu?”
“Rubbish, I’m just no happy karena aku harus mengulang adegan itu bersamamu lagi! Jeff menatap Win dan berkata lagi dengan nada mengancam, “Don’t tell me you’re busy again tonight?”
“I’m not, why would I be busy!” Win berkata sambil mengetikkan pesan pada Bright untuk membiarkannya tahu acaranya malam itu. Entah sejak kapan itu dimulai, tapi sepertinya Win menjadi terbiasa untuk mengabari Bright kegiatannya jika dia pulang terlambat.
Jeff mengintip ponsel Win dan melihat siapa yang sedang dikirimkannya pesan, kemudian dia menyadari sesuatu yang aneh. “Metawin, why did you change your Line nickname?”
Awalnya Win menggunakan nickname yang panjang dan aneh, mereka berdua selalu bertengkar karena saling mengejek nama yang digunakan masing-masing. The original “Loneliness like Never-ending bla..bla…” had been changed to “Sugar Win”.
“Mmmm, because of Bright,” Win menjawab.
Pupil Jeff membesar. “Bright made you change it? He told you to change, and you did! Kamu menggunakan nama itu bertahun-tahun, tidak peduli seberapa sering aku mengejekmu sebelumnya, kau terlalu malas untuk menggantinya! Tapi kau langsung menggantinya begitu my uncle menyuruhmu?”
Win menatap Jeff dengan kesal. “Bisakah kamu tidak marah-marah dan mengambil kesimpulan sendiri? Bright tidak menyuruhku untuk menggantinya, okay?”
“Lalu mengapa kamu menggantinya?”
Win lalu menjelaskan pada Jeff, awalnya dia tidak ingin menggantinya, tapi saat dia mengirimkan foto-foto itu pada Bright, sebelumnya mereka already adding each other as friend, Bright berkata bahwa nickname yang dipakai Win lucu, dan dia meminta Win untuk mencarikan nama yang mirip dengan punya Win untuk dipakainya.
Belum selesai Win menjelaskan semua, Jeff memaki: “Fuck!” His uncle had savage skills in picking up someone! Even this could work?
Win menghembuskan nafas pelan. “Kau tahu, tidak apa-apa for a rough guy like me untuk menggunakan nickname yang aneh seperti itu. Tapi, Bright seorang CEO perusahaan besar internasional, jika aku menyesatkannya dengan gayaku, bukankah aku telah melakukan dosa besar? Jadi aku menghabiskan waktu yang lama untuk meyakinkannya bahwa tidaklah pantas mengikutiku yang childish ini memakai nama seperti itu, lagian aku sudah berniat untuk menggantinya karena itu sudah ketinggalan jaman. Jadi untuk membuktikan ucapanku, aku mengganti nickname punyaku!”
………….
Karena kegiatannya mengetik pesan tadi terganggu oleh Jeff, Win akhirnya mengirimkan voice note. “Bright, kru production mengadakan makan malam bersama hari ini, bisakah kamu memberitahu Little Rio? Oh iya, tolong bilang juga, tidak usah menungguku, makanlah lebih dulu! Thank you, Bright!”
Dengan cepat ponselnya bergetar dengan bunyi buzzed balasan dari Bright, yang isinya juga voice note. Win membukanya, dan suara jernih dan penuh perhatian Bright terdengar lewat ponsel Win. “Okay, have fun.”
“Metawin….” Di samping Win, Jeff menyebut namanya dengan nada kesal.
“What?”
“Kau tidak hanya buta, apakah kamu juga tuli? Tidakkah kau menyadari ada sesuatu yang salah dari cara uncle Bright berbicara padamu?”
“Jeffrey Jones! Do you want to get beaten up again?” Win sudah bersiap untuk menghajar Jeff lagi.
Jeff langsung menutup mulutnya rapat-rapat. Dalam hatinya berkata, hehe, Metawin, tunggu saja. By the end tonight, aku akan mendapatkan bukti to convince you! Con. Vince. You!
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...