2.3

1.1K 106 5
                                    

Mereka akhirnya tiba di bangsal 307. 

Terengah-engah, Win membungkuk, dan tidak bisa menunggu lebih lama lagi, Ren mendorong pintu hingga terbuka sebelum Win bisa berdiri tegak. 

Sedetik kemudian, Win masih belum bisa melihat siapa yang berada di dalam ketika wajah Ren tiba-tiba menyembul keluar sambil menutup pintu. Dia meraih bahu Win dan mendorongnya keluar, sambil berkata, “Nong Winwin, go, go, go… lupakan saja tentang ini! Tuan muda ini sudah menunggu-nunggu momen ini, tapi ternyata tidak sesuai yang kuharapkan! Biarkan saja dia mati!”

“Siapa itu, kenapa kau bertingkah seperti ini?”

“Well, kau tidak akan menyesal meskipun kamu meninggalkannya, percayalah, Winwin!”

“Joss Wayar?” tebak Win. 

Ren menegakkan wajahnya. “Hell yeah, itu dia! Sekarang kita bisa pergi!”

“Kita tidak bisa pergi jika itu dia!” Win mendorong tangan Ren dari pundaknya dan berbalik untuk masuk ke dalam ruangan. 

Ren dengan gelisah menghentakkan kakinya. “Nong Win, kenapa kamu peduli padanya! You, you, you… apakah masih belum berakhir antara kalian berdua?”

Win mengacuhkannya dan berjalan masuk ke ruangan. 

Itu memang Joss yang berada di dalam. Terbaring diam di ranjang, kepalanya dibalut kasa tipis dan infus di tangannya. Win duduk di tepi tempat tidur dan mengulurkan tangannya untuk merapikan rambutnya. Wajah Win terlihat lembut, dan bahkan suaranya terdengar lebih lembut lagi, “Kak Joss…”

Ren: “....!!!” What the fuck did I just see! What did I hear! Win masih menyukai laki-laki ini? Untung saja kakaknya tidak bersama mereka, jika tidak kakaknya pasti akan sangat marah!

Tiba-tiba Ren merasa aura dingin berhembus dari belakangnya. Dia menoleh ke belakang dan melihat…..

Kakaknya tepat berada disini!!!!

“Kak…Kakak… kenapa ada disini?” 

Little Rio dalam gendongannya dan Jeff tepat di belakangnya; ketiganya datang. Dia menebak pasti Little Rio tidak bisa menunggu lebih lama lagi dan ingin ke atas juga, jadi kakaknya membawanya dan Jeff mengikuti mereka. 

Now…. it was over!

Di tempat tidur, Joss terlihat pucat dan mengernyit, perlahan membuka matanya. “Nong Win….”

“Bagaimana perasaanmu?” Win bertanya lembut.

Joss menatap pemuda di hadapannya dengan tertegun. “Apakah aku bermimpi?”

Setiap kali dia bertemu Win, mereka selalu beradu argumen dan akan berakhir dengan buruk. Dia tidak bisa lagi mengingat sudah  berapa lama sejak terakhir kali Win berbicara dengan manis padanya. Sesaat setelah dia bangun, dia melihat ketulusan untuknya dimata Win. Dia bahkan memanggilnya dengan sebutan Kak Joss…

Win berdiri di samping tempat tidur dan kembali ke dirinya yang dingin. “Kau baru saja dioperasi, dokter bilang kau baik-baik saja sekarang. Kau hanya mengalami gegar otak ringan dan perlu tinggal di rumah sakit sedikit lebih lama untuk memulihkan diri. Jika tidak ada yang lain, aku harus pergi…” Win membalikkan badannya setelah selesai berbicara, tapi pergelangan tangannya tiba-tiba diraih–

“Jangan tinggalkan aku! Nong Win, jangan pergi…”

“Ada yang lain?”

“Aku…” Joss mengamati Win dan meluapkan semuanya dalam satu tarikan nafas. “Walaupun aku tahu kau tidak akan peduli ataupun membutuhkan ini, I’m sorry… aku masih ingin mengatakan bahwa aku minta maaf! Aku salah paham padamu, Nong! Apa kamu tahu? Ketika aku pikir aku akan meninggal, saat itu, aku tidak bisa memikirkan apapun selain bagaimana aku masih belum punya kesempatan untuk meminta maaf padamu…”

Di luar pintu, Ren menatap pergelangan Win yang masih dicengkram Joss. Dia gemetar ketakutan dan menelan ludahnya, lalu menoleh dan melihat wajah kakaknya. Seperti dugaan, itu benar-benar menakutkan…

Kakaknya benar-benar marah, apa sebenarnya yang dipikirkan Metawin?

“Joss Wayar, kau tidak perlu meminta maaf. Bahkan jika kau diberi kesempatan kedua, kau pasti lebih memilih untuk mempercayai Luke.”

Joss buru-buru menjelaskan, “Aku tidak akan…”

“Jangan katakan kau tidak akan melakukannya, ambil kejadian ini sebagai contoh. Luke mengatakan padamu bahwa dia tidak bersalah dan menyalahkan Cuppa, benar? Dan kau, kau pasti mempercayainya lagi, bukan? Jika aku bilang padamu bahwa dia berbohong padamu, apakah kau akan percaya padaku?” Win mengatakannya dengan perlahan dan jelas. 

Joss tanpa sadar menghindari mata Win dan berkata dengan tegas, “Aku akan berusaha lebih keras untuk menyelidiki masalah ini!”

Win tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Keyakinan sejati tidak perlu diselidiki. Kembali ketika kamu memilih untuk percaya padanya, kau tidak mendengarkanku sama sekali.”

“Nong Win, aku…”

“Kak Joss…”

“Nong Win! Joss tiba-tiba mengangkat kepalanya. Kali ini, dia dengan jelas mendengar itu; Win memanggilnya “Kak Joss.”

Win melihat keluar jendela, dalam kegelapan, dan merasa seolah-olah dia kembali ke masa lalu. Suaranya menjadi samar. “Kak Joss, apa kamu masih ingat? Ketika aku berumur 9, aku sangat ingin tas ransel dengan gambar idolaku tercetak di atasnya, tapi orang tuaku tidak akan membelikan itu untukku. Lalu di rumah kehilangan 250 baht. Grandma sangat yakin bahwa aku yang mencurinya, orang tuaku pun curiga, dan bahkan Nanon yang selalu membelaku, dia berpikir bahwa aku yang mengambil uang itu, karena dia tahu bahwa aku benar-benar menyukai idolaku itu…”

Joss tidak sanggup lagi untuk mendengarkan kelanjutan cerita itu. Setelah mendengar setengahnya, tubuhnya bergetar dan matanya berubah merah. 

Win menertawakan dirinya sendiri, kelihatannya hampir kehilangan suaranya. “Hanya kamu, hanya kamu, Kak, yang percaya bukan aku yang mengambil uang itu. Kau membawaku keluar dari rumah, mendatangi semua anak yang yang datang bermain ke rumahku, dan mengetuk dari pintu ke pintu sampai kau menemukan anak yang mengambil uang itu…

Apa kau tahu? Back then, aku berpikir ketika aku tumbuh dewasa nanti, pria di hadapanku ini akan menjadi calon suamiku!”

“Nong Win, stop…” Joss memejamkan matanya merasa sangat malu. 

Diluar pintu, Ren berteriak dalam hati, brother-in-law, stop!!! Aku takut seluruh rumah sakit ini akan menghilang dalam semalam!

Saat itu, aura Bright terasa sangat mengerikan, bahkan menutupi kecemburuan Jeff. Ren berdehem dan melangkah sedikit menjauh dari kakaknya. 

Saat semua orang masih melihat ke dalam bangsal, Little Rio, yang berdiri di samping ayahnya, melepaskan tangan ayahnya dan berlari masuk ke dalam bangsal. 

Seperti anak serigala, Little Rio dengan cepat menyambar tangan Win, lalu melingkarkan tangannya dengan erat di paha Win. Dia menatap Joss dengan marah, dengan amarah yang menyala-nyala di matanya yang cantik….

“Darn it! Little Rio –” Ren benar-benar takut, tapi saat dia akan berlari menyusulnya, Bright menghalanginya dengan tangannya. Ren langsung mengerti dalam sedetik itu akan menjadi lebih rumit jika dia juga ikutan masuk ke dalam. 

Little Rio, yang berlari ke dalam dengan tiba-tiba, mengejutkan Win. “Eh, darling… why are you here?” Dia lalu melihat lewat jendela kecil di pintu dan melihat Bright dan yang lainnya semuanya berdiri di koridor. 

Little Rio mendongak dan menatap Win dengan air mata yang menggenang di matanya. Dan dia mulai menangis, air matanya menetes di pipinya…. Win melihatnya dan langsung khawatir. “Aii, jangan menangis, sayang! Ada apa? Be good, don’t cry! Uncle akan segera membawamu pulang!” 

Win langsung menggendongnya dan bersiap untuk pergi, ketika Joss memanggilnya untuk berhenti setelah akhirnya tersadar dari keterkejutannya —

“Nong Win! Anak ini…. siapa… siapa dia, Nong Win?”

……………….

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang