9

1.8K 161 0
                                    

Win sampai ke tempat audisi saat audisinya sudah selesai. Para staff terlihat sedang membereskan peralatannya. Win sudah berusaha agar bisa sampai tepat waktu, tapi tetap saja dia telat dikarenakan lalu lintas yang padat. 

Linda berjalan keluar dari gedung audisi bersama Luke dengan wajah sumringah, ikut bersama mereka juga ada rombongan yang sedang memberi Luke ucapan selamat. 

Dari kejauhan mereka melihat Win yang berjalan cepat dengan keringat membasahi tubuhnya. Luke menatap Win dengan tatapan yang sama seperti lima tahun lalu, tatapan meremehkan dan merendahkan, seperti melihat semut kecil.

Win menyaksikan Luke masuk ke dalam mobil vannya dan mobil itu segera melaju. Tapi Win tidak ikut pergi dan tetap melanjutkan langkahnya memasuki gedung audisi.

It was still not too late, pikir Win. 

Setengah perjalanan sebelum sampai ke tempat yang ditujunya, dia bertemu dengan rombongan yang sedang berdiskusi riang. Mereka adalah para juri audisi untuk film My World. 

“I’m sorry I’m late!” Win meminta maaf sambil membungkukkan tubuhnya. 

Menyadari bahwa Win, tanpa diduga, memblokir jalan mereka, beberapa orang juri menunjukkan wajah tidak senang. Adakah orang yang menyukai orang yang suka terlambat?

Seorang asisten sutradara meringis sambil berkata, “Audisi sudah berakhir. Apa pentingnya untuk terburu-buru sekarang? Ahhh anak muda jaman sekarang tingkahnya semakin buruk saja!”

“I’m not here to audition for the leading role!” Win menjawab. 

“Ehhh…Jika kamu kesini bukan untuk peran utama, lalu untuk peran apa kau datang hari ini?” Penulis naskah bertanya penasaran. 

“Aku kesini untuk pemeran kedua. Setahuku, kalian belum mendapatkan orang yang cocok untuk peran tersebut!” Setelah menjawab pertanyaan, Win mengangkat kepalanya. 

Saat Win mengangkat kepalanya, terjadi keheningan selama beberapa detik, dan ekspresi ketidaksukaan pada wajah juri menghilang. Digantikan dengan ekspresi kaget dan kagum.

Yang berdiri di depan mereka seseorang dengan bibir merah muda, gigi putih yang rapi (mirip kelinci), rambut hitam dan kulit mulus seputih susu. Dia mengenakan kemeja merah cerah yang berkerah. Namun tidak membuatnya terlihat norak, malah semakin menonjolkan kecantikannya. Yup…wajah Win memang cantik walaupun dia seorang laki-laki. 

Dia berdiri diam dengan aura yang dalam sedalam hutan, layaknya roh rubah berusia seribu tahun, dengan matanya yang seperti menyihir orang di sekitarnya untuk mengikuti keinginannya. Memancarkan aura kedewasaan dan menggoda, tapi tampak polos. His eyes had a crystal clear depth to them.

“What’s your name?” Baru setelah Sutradara Champ berbicara, semua juri tersadar kembali, mereka seperti baru saja terbangun dari mimpi.

“Metawin Plowden”

P’Champ bertukar pandang dengan astrada, produser dan penulis naskah sebelum dia berkata, “That sounds familiar. Kamu artis dari GMM Enterprise, bukan? Go back and prepare, the role is yours! Kami akan menghubungimu saat filming start.

“Thank you, Sir! Aku akan bekerja keras! Win berterima kasih dengan membungkukkan badannya. 

Dari awal, Win memang berencana untuk menjadi pemeran kedua dalam film itu. Dia sudah mempersiapkan dirinya selama tiga bulan, dia berusaha keras untuk mengerti karakter yang akan dimainkannya. Ia ingin para juri terkesan hanya dengan tatapan matanya. Walaupun dia telah mengalami banyak kesulitan, it had been worth it. He had succeeded.

Setelah Win pergi, Champ tidak bisa menahan rasa kagumnya. “Kita berusaha keras mencari aktornya, tapi malah sebaliknya sang aktor lah yang menemukan kita! Walaupun dia tergabung dalam GMM Ent’, dia tidak punya banyak pengalaman, and with such qualifications, I never once thought of him for the second male lead. Who knew in real life he would be so much more charming and beautiful than in his photos.”

Chandra, si penulis naskah, tak bisa menahan diri berkata, “His more admirable qualities were his temperament and manners. Lirikan dan tatapan matanya sungguh sempurna untuk peran Tine. Perannya sebagai seorang Jendral perang arogan yang menyamar dengan menggunakan crossdress, akan sangat cocok untuknya. Dia cantik dan mempesona tapi tetap terlihat elegan. Beberapa orang yang audisi sebelumnya, tidak ada yang bisa menampilkan sisi yang diperlihatkan Win tadi. Mereka membuat Tine seolah-olah menjadi seorang penggoda. I almost died of anger!”

“Hahaha, don't be angry. Bukankah kamu sudah menemukan your long-awaited Tine?”

…………..

Meanwhile, at Bangkok Nation Hospital.

Di ruangan VIP tempat dimana Xaverio dirawat terlihat chaos. Bocah itu berjongkok di tepi jendela. Emosinya sangat tidak stabil. Tidak peduli apa perkataan dokter dan perawat, dia tidak mau turun. 

Di bawah Xaverio, Ren berusaha untuk membujuk dan menenangkannya. Tapi tidak ada satupun cara yang berhasil. Tidak ada pilihan lain, Ren terpaksa menghubungi Bright di kantor agar segera kembali ke rumah sakit. 

“Kak, you’re back, Little Sun tadi baik-baik saja, tapi tiba-tiba saja dia menjadi seperti ini.”

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang