Saat ini, yang ada di pikiran Bright adalah...lobak.
Dia mengingat kembali kata-kata Win padanya beberapa hari lalu, "Wortel dan sayuran lebih disukai; mereka yang suka wortel, sesempurna apapun sayuran hijau, mereka tetap tidak akan menyukainya."
Pada saat itu, dia yakin bahwa Win membalas perasaannya. Dia kemungkinan besar hanya mengarang alasan, itulah sebabnya Bright tidak terlalu memikirkan kata-katanya, tapi sekarang.... dia tidak punya pilihan selain mengakui masalah ini.
Mungkin, dia benar-benar hanya dianggap sayuran hijau, dan bukan wortelnya....
Ren mengamati tatapan dingin kakaknya pada sepiring wortel di depannya dan seketika rasa dingin menjalari punggungnya. "Kak, are you okay?"
Kenapa kakaknya menatap sepiring wortel dengan tatapan membunuh?
Dengan poker face, Bright menekan bel untuk memanggil kepala pelayan, menyuruhnya untuk membuang semua wortel dan tidak pernah menyajikan sayuran seperti itu lagi di meja makan.
Ren: "..."
Ren bingung. Bahkan jika dia adalah jenius yang tak tertandingi, dia tidak akan pernah bisa memahami jalan pikiran seseorang yang sedang jatuh cinta...
Sementara itu, pria yang ada di TV tadi, mendatangi Win ke hotel.
Win sudah memakai skincare malam dan sudah siap untuk tidur ketika bel pintunya berdering.
Mengintip siapa yang ada di luar, Win berseru kaget, "Jeffrey? Kenapa kamu ada di sini?"
"Aku juga mengikuti tim produksi. Aku akan tinggal di sini, satu lantai di atasmu!"
Win terdiam, "Aku mengikuti kru karena aku punya terlalu banyak adegan. Untuk apa kau ikut, kau pikir aku di sini untuk bersenang-senang?"
"Aku mencoba menghemat waktu agar bisa bermain lebih banyak video game, tidak bisakah aku melakukannya?" kata Jeff tanpa basa-basi.
"Fine! You win!" Win mengacungkan jempolnya, lalu bertanya, "Jadi, kenapa kau di sini dan tidak bermain video gamemu?"
Setelah mendengar ini, Jeff tidak senang. "Play, my ass! Internet di sini sangat lambat sehingga aku kehilangan lima game berturut-turut, bahkan levelku turun! Cepat! Temani aku ke warnet untuk bermain! Cepat!"
Win berkata dengan putus asa, "Aku tidak akan pergi main denganmu. Aku baru akan pergi tidur!"
"Ini baru jam sembilan malam, Metawin, kenapa kamu sudah mau tidur, sih?! Kau mau ikut denganku atau tidak? Ingat ketika kamu menelepon seseorang pada jam tiga pagi untuk menemanimu? Kau ingat siapa orangnya? Ini baru jam sembilan malam dan apa kau pikir aku tidak bisa membuatmu ikut denganku? Hehe..." Jeff menyeringai, menghakimi temannya.
Sayangnya, hari-hari bermain-main harus dikembalikan suatu hari nanti!
Win tidak punya pilihan lain selain menyerah, "Okay fine, I'll go, okay? Biarkan aku berganti pakaian dulu!"
Sepuluh menit kemudian, keduanya berganti pakaian biasa, sebelum memasuki warnet dengan masker menutupi wajah.
Karena ini adalah Movie City, kafe maya sering dikunjungi selebritas sehingga pemiliknya tidak merasa aneh melihat dua orang dengan memakai masker pada malam hari. Mereka bahkan dibiarkan masuk tanpa memeriksa kartu identitas mereka secara detail.
Tidak ada lagi ruang privat yang tersisa, jadi mereka harus mencari ruang terpisah.
Sudah lama sejak Win logged in untuk bermain game sehingga Win lupa passwordnya. "Uhh, blondie, apa passwordku?"Jeff memutar matanya dan mulai mengetikkan serangkaian kata sandi.
"Thanks!" Win berkata sambil mengklik tombol 'Enter' untuk login.
Setelah masuk, banyak pesan sistem muncul tanpa henti. Win berbinar saat melihat semua pop up windows, "Woahh! RKOI! Kenapa kau mengirimuku begitu banyak skin? Ini bahkan limited edition!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...