100l

1.2K 104 2
                                    

“You’re awake.” Bright takut membuat Win terkejut dan mengganggunya, jadi dia berjalan pelan dan mengusap rambutnya yang berantakan dengan lembut. 

“Bright….” Respon Win agak lamban melihat Bright. 

“Yes, bagaimana keadaanmu??” 

Win masih tampak bingung. “Is this the hospital? apa yang terjadi padaku?”

“Kamu pingsan tadi malam karena demam tinggi.” Mengingat momen dimana Win tiba-tiba tak sadarkan diri, membuat ekspresi di wajah Bright menggelap.

Win menggelengkan kepalanya. “Aku demam? Tapi mengapa badanku terasa ringan, aku seperti merasa tidak punya energi sama sekali!”

“Kau pasti lapar. Kamu tidur hampir satu hari satu malam,” ucap Bright sambil membantunya membuka meja makan di tempat tidurnya. Lalu dia meletakkan bantal di belakang punggungnya. “Aku sudah menduga kau akan segera bangun, jadi aku membelikanmu makan malam.”

“Thanks…” Win menatap pria yang sedang sibuk di hadapannya. Dia mengatupkan bibirnya, dan tidak bisa menahan dirinya untuk mengulurkan satu tangannya untuk menyentuh dagu pria itu. 

Rasa hangat dari ujung jari Win membuat Bright membeku, dan menatap mata pemuda manis itu, yang balik menatapnya dengan hangat. “Yes? What is it?”

Win mengernyitkan alisnya saat melihat penampilan Bright, yang acak-acakan, dengan bulu-bulu tipis diatas dan dibawah mulutnya. “Did you take care of me all night? Semua janggutmu telah tumbuh!”

“It’s alright. I did sleep for a while.” In reality, dia belum mengistirahatkan matanya bahkan semenit pun, bahkan tidak mood untuk mencuci muka ataupun mulutnya. Hanya ketika Win sudah bangun barulah dia merasa sedikit relax. 

“Eat you dinner. Karena kamu belum bisa makan makanan yang berat sekarang, hanya ada bubur biasa. Tunggu sampai kamu lebih baik, dan aku akan membelikanmu sesuatu yang enak.” Bright meletakkan semangkuk bubur dan sendok di tangannya. “Do you have the strength to eat? Kau perlu bantuanku?”

Win tidak menjawab, bahkan tidak bergerak sama sekali. 

Bright mengangkat kepalanya dengan curiga lalu menatapnya. “Ada apa? Apakah kamu merasa tidak nyaman di bagian tubuhmu? Aku akan memanggil dokter…”

Win dengan cepat menarik Bright. “Uh, I’m fine. Aku hanya belum sepenuhnya sadar, jadi aku sedikit bingung…”

Bright menghembuskan nafas lega. “Sekarang, yang kamu butuhkan adalah istirahat, jangan terlalu banyak berpikir.”

“Mmm.” Win menganggukkan kepalanya dan mulai memakan buburnya. Tapi dia masih terlihat dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, dan terlihat masih setengah sadar. 

Bright memperlakukannya dengan sangat baik, dan itu membuatnya merasa ketakutan. Dari awal, cara Bright memperlakukannya memang sudah seperti ini. Dan dia terus menerus mengabaikannya, sampai-sampai tanpa disadarinya, dia menjadi terbiasa dengan itu. 

Segala sesuatu yang dilakukan pria ini, apakah hanya untuk membayar hutang budi? Bahkan jika hanya sebagai teman, akankah seorang teman melakukan begitu banyak sampai sejauh ini?

Karena pikirannya dipenuhi dengan berbagai macam hal berantakan yang harus ditangani, pada akhirnya Win hanya memikirkan itu sekilas. 

……

Setelah menghabiskan makan malamnya, Win akhirnya merasa energinya sudah mulai pulih. Dengan cepat dia menyingkirkan pikiran-pikiran rumit yang mampir di otaknya, dan mulai berurusan dengan masalah penting. “Bright, is my phone here?”

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang