2.10

1.1K 112 12
                                    

Ahhhhhhhhhhhh! OMG!

Situasi apa ini????

Ini seolah otak Win telah diserang virus, membuat pengkodean menjadi kacau balau. Ketika akhirnya sadar kembali, reaksi pertamanya adalah mendorong Bright dengan cepat. Tapi Bright mengeratkan pelukannya, dan suara yang masuk ke teling Win terdengar sangat menyedihkan. “Jangan bergerak, okay? Biarkan aku memelukmu sebentar saja…”

Win: “....” Bagaimana seharusnya dia menanggapi permintaan ini?

Damn it! Apa-apaan ini? Permainan apa yang sedang dimainkan Bright? Dia sudah dengan sengaja menghindarinya dalam dua hari terakhir ini, dan sudah sangat berhati-hati untuk tidak membuat Bright marah. Kenapa dia tiba-tiba…

Sepuluh detik berlalu…

Tiga puluh detik berlalu…

Satu menit berlalu…

Tiga menit berlalu…

Seharusnya hanya sebentar saja!!! Sangat tidak bisa dipercaya!!!

Di saat Win sudah tidak bisa menahan lagi, Bright mengurai pelukannya. “Maaf. Aku lupa diri.”

Win menelan dengan susah payah. “Uh hehe, tidak apa, tidak apa-apa…”

Fuck it! Bright hampir membuatnya takut dan terkena serangan jantung, dan dia pikir dia bisa membuatnya baik-baik saja hanya dengan kata “aku lupa diri”?

Yang membuat keadaan Win semakin sengsara adalah dia tidak bisa mengatakan “tidak”! 

Melihat ekspresi cemberut di wajah Win, ada kilatan geli yang tak terlihat di mata Bright. “Tidurlah lebih awal. Good night.”

“Hehe, goodnight, goodnight, goodnight to you too…”

Goodnight my butt, aku tidak perlu tidur malam ini!

….

Pagi berikutnya, Win, yang seperti dugaan hanya bolak balik di tempat tidur sepanjang malam, tidak berani bangun.

Akhirnya diam-diam menghubungi Wendy. “Wen, apa Tuanmu sudah berangkat bekerja?”

“No! Tapi menurut saya Eldest Master sedang sangat sibuk. Ponselnya tidak berhenti berdering sejak Tuan bangun dan turun ke bawah. Asisten Foei juga datang kesini dengan buru-buru, dan sepertinya bertanya pada Eldest Master kapan mereka akan pergi…”

“And then?”

“Then Eldest Master hasn’t left! Dia di lantai bawah sepanjang pagi! Saya tidak tahu apa yang sedang ditunggunya…”

Win: “...”

Sepertinya dia memang tidak bisa menghindari Bright. 

Win menarik nafas dalam beberapa kali, mengatur pikirannya, mengenakan topeng yang tidak bisa ditembus alias membangun kembali tembok tinggi yang beberapa waktu lalu sempat runtuh, dan turun ke bawah dengan ekspresi tenang dan normal. 

Dia melihat Bright duduk denan santai di sofa. Didekatnya, Asisten Foei memegang tupukan dokumen di tangannya, terlihat sangat gelisah tapi tidak berani mendesak bosnya untuk segera pergi. 

Win menggeliat saat menuruni tangga. Saat dia melihat Bright, dia sengaja menunjukkan ekspresi heran. “Eh? Bright, sudah jam segini, kenapa kamu belum berangkat kerja?”

Bright mendengar suara Win, dan mengangkat matanya untuk menatapnya dengan ekspresi lembut. Matanya seperti benang, dengan hangat dan lembut melilit di sekeliling Win…

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang