Saat Win mendengar percakapan orang-orang itu, jantungnya mulai berdetak tidak normal. Pipinya yang putih mulai merona, telinganya dan juga lehernya ikut merona. Win mulai salah tingkah. Dia mulai berucap dalam hati: Big brother, take it easy, bagaimana mungkin kamu bisa mengatakan caranya menatapku berbeda? Apalagi melihat layaknya aku dunianya?
“Uhuk…uhuk, that big brother over there mungkin punya penglihatan yang buruk!” Win berkata pada Bright.
Begitu Win mengucapkan kata-kata itu, terdengar suara wanita yang berkata pada suaminya. “You’re right, it’s true! Lihat baik-baik anak kecil itu, dia terlihat sangat mirip dengan ayahnya, tapi matanya sebenarnya sangat mirip dengan pria muda itu, terutama ketika dia tersenyum….”
Win merasa seperti mau pingsan. “Ahem, that big sister may also have bad eyesight…”
Bagaimana mungkin mereka bisa berkata seperti itu? Bagaimana mungkin Little Rio mirip denganku? Little Rio bukan anakku!
Bright menatap mata Win dengan tenang. In fact, they did look a bit alike. Dia sudah memperhatikan ini sebelumnya, ketika Little Rio tertawa, wajahnya dan auranya seperti milik Win. Mata mereka akan membentuk seperti bulan sabit saat tertawa.
Jika itu kebetulan, it was really a happy fate…
Setelah mereka duduk, Win menghela nafas lega. “Ah! makan hotpot dengan AC di musim yang panas seperti ini adalah pilihan yang terbaik! Little darling, I swear you’ll love this feeling!”
Ini adalah pertama kalinya dalam dua tahun Xaverio makan di luar. Dia terlihat sedikit penasaran dengan banyak hal, matanya melihat kesana kemari, tapi dia butuh berpegangan tangan dengan Win sepanjang waktu untuk merasa tenang.
Win membuka buku menu, dan bertanya pada Bright pendapatnya. “You can’t eat spicy food, jadi bagaimana kalau kita memesan mandarin duck pot[1]?”
“You decide.” Bright mengangguk, membuka jaketnya dan dengan santai menyandarkan satu tangan di belakang kursinya.
Sebenarnya gerakan itu normal, tapi caranya melakukannya memancarkan aura maskulinitasnya, sehingga membuat Win merasa seperti banyak kupu-kupu yang berterbangan di perutnya. 🦋🦋🦋
For some reason, sepertinya hal ini semakin sering terjadi akhir-akhir ini. Perutnya semakin sering dihinggapi kupu-kupu membuatnya merasa tergelitik.
Was Bright doing it on purpose or not? 🤔🤭
Makanan yang diorder mereka dengan cepat sudah tersaji di meja, Win mengesampingkan semua pikirannya agar bisa memuaskan selera makannya.
Bright memakan makanannya dengan cara yang teliti. Dia menghitung semuanya dengan sangat tepat, hidangan mana yang datang lebih dulu; mana yang datang kemudian, berapa lama masing-masing harus dibiarkan di dalam panci. Dia menyiapkan makanan Win dan Xaverio secara teratur selama mereka makan, bahkan lebih profesional daripada saat mereka makan di rumah Win terakhir kali.
Win belum pernah makan hotpot dengan nyaman sebelumnya, karena baginya sudah cukup untuk bisa makan. Setiap hidangan dimasak dengan tepat, tidak seperti miliknya, yang selalu secara tidak sengaja dimasak terlalu sedikit atau terlalu banyak.
Di tengah acara makan mereka, Bright tiba-tiba bertanya, “Are Jae and you in the same movie?”
Win sedikit terkejut sebelum dia menjawab. Jeffrey Jones adalah hot idol favoritnya Astro Ent, dan juga keponakan Bright, jadi tidak mengherankan jika Bright mengetahui semua tentang Jeff. Win mengangguk. “Yes, he joined the crew today. Sebenarnya, aku juga baru mengetahuinya hari ini, dan terkejut waktu melihatnya…”
Bright menaruh bakso ikan di mangkok Win, dan bertanya dengan santai, “Do the two of you have a good relationship?”
Win menggaruk tengkuknya dan merasa tidak ada yang perlu disembunyikan, jadi dia menjawabnya langsung, “Uhmm… hubunganku dan Jae agak sedikit sulit untuk dijelaskan. We dated for a short while, tapi sudah lama sejak kami berpisah. Sekarang, kami hanya berteman! Tapi kurasa itu akan segera berakhir. This guy, since coming back, telah membuatku mendapatkan banyak kebencian, he’s about to get me killed…”
Win mengatakan kalimat terakhir dengan marah tapi dengan pipi yang digembungkan, membuatnya terlihat sangat menggemaskan.
“If he bullies you, let me know,” kata Bright dengan nada yang dibuat senormal mungkin. Dia setengah mati menahan keinginannya untuk mencubit pipi Win.
“Haha, he won’t. I’m the one who bullies him in our scenes. Sedangkan di luar syuting, hmpph, jika dia berani membullyku, I’ll just become his uncle, and use my status all the time to suppress him!”
Tawa yang tadi masih terdengar dari Win seketika berhenti, sesaat setelah Win mengatakan kalimat itu. Win dan Bright sama-sama tercengang.
Win benci dirinya tidak bisa membenturkan kepalanya ke lantai, atau biarkan lantai menelannya saat ini juga.
Why. Couldn’t. He. Control. This. Loose. Flirty. Mouth!
*********
*note
[1] ‘a mandarin duck pot’ – hot pot yang dibagi menjadi dua kompartemen, biasanya satu untuk bahan dasar soup pedas dan satu lagi untuk bahan dasar soup ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...