“Yes.”
Win menarik rambutnya dengan gugup. “This… aku rasa ini tidaklah pantas, isn’t it? Jika Xaverio ingin bertemu denganku, aku bisa kemari lagi kapan saja untuk mengunjunginya!”
Bright terlihat lelah saat mengusap dahinya. “Ada bakalan banyak faktor tak terduga yang terlibat disini. Apalagi jika ada emergency saat malam hari, akan sangat berbahaya buatmu untuk menggeber laju motormu saat kesini lagi. Dan karena posisiku, tidaklah nyaman apabila aku membawa Xaverio untuk menemuimu. Aku tahu ini troublesome request, tapi aku tetap meminta ini sebagai ayah dari Xaverio. I hope you can agree to it.”
Win’s head hurt.
Jika Bright menggunakan kekuasaannya untuk memaksa Win, dia pasti akan menolaknya dan langsung pergi, tapi dia meminta dengan sungguh-sungguh, tanpa peduli dengan identitasnya ataupun posisinya. Not to mention, faced with such supreme beauty, how was it possible to say no!
Ren yang berdiri di samping, menatap kakaknya dengan tatapan terpesona. Amazing!!!
Siapa yang menyangka kakaknya menggunakan high-end technique, mengubah a disadvantage into an advantage yang akan menghilangkan rintangan di jalan untuk memenangkan Win.
Keberadaan Xaverio bukan lagi kelemahan kakaknya, tapi sekarang his biggest advantage.
Tiba-tiba terdengar suara keras. Xaverio melompat dari tempat tidur dalam keadaan ketakutan, dan menyenggol jatuh lampu tidur. Ketika melihat Win, ketakutan dimatanya memudar, dan melesat ke arah Win seperti anak panah.
Ketakutan di matanya akan memelintir hati siapa saja yang melihatnya.
Win langsung membungkuk dan menggendong Little Sun. “Darling, kenapa kamu bangun?”
Xaverio menyandarkan kepalanya pada Win dan tangan kecilnya melingkar erat di leher Win, tidak ingin dilepas.
“It’s okay, Uncle is here. don’t be scared, don’t be scared…” Win menepuk pelan punggungnya berusaha menenangkan Xaverio. Win bisa mencium aroma sweet milk dari anak dalam gendongannya, dan emosinya menjadi sedikit complicated.
Dia sebenarnya menghindari untuk tidak dekat dengan anak-anak, tapi kenapa dia tidak bisa membuat dirinya untuk tidak menyukai ini ketika anak itu Xaverio?
Win membujuk Xaverio tidur sekali lagi sebelum menutup pelan pintu kamar anak itu dan keluar.
Dia menyadari ruang tamu di lantai bawah sudah dirapikan oleh para pelayan, dari kekacauan yang dibuat Xaverio. As expected of servants of the Walton family, tidak hanya efisien, tapi juga well-trained.
Mereka semua penasaran setengah mati atas kunjungan Win, still, tidak ada yang berani menatapnya dua kali atau berani menggosip. Mereka hanya melakukan tugasnya dan langsung pergi dari sana.
Bright tahu Win sudah keluar dari kamar, tapi dia tidak mengucapkan apapun untuk menekannya. Dia hanya menatapnya dalam diam.
Win ragu-ragu. Bayangan wajah Xaverio, tangan yang memeluknya erat dan tidak mau melepaskannya, akhirnya dia menyerah dengan perasaannya. Dia menarik nafas dalam dan menghembuskannya. “Alright, Mister Bright. Aku setuju dengan permintaanmu. Anggap ini bayaran karena Xaverio sudah menyelamatkanku waktu itu.”
Bright diam-diam bernafas lega. “Thank you.”
“Xaverio akan bangun kapan saja, kelihatannya aku tidak bisa pergi malam ini, tapi barang-barangku masih di apartment..” Win was troubled.
“Itu tidak akan menjadi masalah, aku akan menyuruh seseorang untuk mengambilnya untukmu,” Bright memotong kalimat Win, dan menyuruh salah seorang staf untuk segera pergi.
Ren, yang tidak mengeluarkan sepatah kata pun sepanjang pembicaraan itu, tertegun bagaimana cepatnya situasi meningkat.
So..so just like that they were now living together?
“Did you still need something?” Tiba-tiba suara Bright menginterupsi lamunan Ren. Lirikan kakaknya dingin.
“I’m leaving now!” Ren sang third wheel yang merasa diusir kakaknya segera pergi. Dia kira Win sudah cukup galak, ternyata kakaknya juga tidak lemah.
Ren akhirnya menyadari bahwa sebenarnya kakaknya itu tidak clueless dalam hal mengejar orang yang disukai. It was just that for the past 30 years, kakaknya tidak pernah tertarik menunjukkannya.
Bright menunjukkan kamar yang akan ditempati Win, yakni di samping kamar Xaverio. “Mulai sekarang, kamar ini akan menjadi milikmu. Aku akan menyuruh orang untuk mendekorasi ulang kamar ini menurut style-mu sendiri.”
Win melambaikan tangannya protes. “No need at all. Aku hanya akan disini untuk beberapa hari saja, it’s not like it’s permanent. Redecorating is too troublesome!”
“No… it’s not!” Bright menjawab dengan cepat. Bright kemudian mengambil serangkaian besar kunci dari kepala pelayan dan memberikannya pada Win.
“These are the keys to the house. Kau bisa datang ataupun pergi semaumu. Anggaplah ini rumahmu sendiri. The main entrance uses a passcode, XXXXXX. Ini kunci untuk ke loteng, kau harus memegangnya, karena disana tempat favorit Little Rio bersembunyi, jadi dia suka mengambilnya diam-diam. This is…”
Win buru-buru memotong kalimat Bright, karena Bright akan memberikan kunci brankas padanya. “Wait..wait..wait… Mister Bright, you’re being a bit too carefree! Tidakkah Anda khawatir aku akan merampok rumahmu?”
“Apa saja yang kamu inginkan, Win? Aku akan memanggil seseorang untuk membantumu memindahkannya.” Bright bertanya dengan wajah yang serius. Kata-katanya tidak terdengar seperti sedang bercanda sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...