99

1.1K 101 2
                                    

Mata Win terbuka penuh. Seketika, sosok pria tercermin di matanya yang jernih dan putus asa, dia membeku kebingungan pada awalnya, lalu matanya dengan cepat berkabut oleh air mata, yang berubah menjadi tetesan besar yang mengalir di wajahnya satu demi satu, seperti air terjun yang tak berujung…

“Metawin…” Bright benar-benar dibuat bingung oleh air mata pemuda itu. “Ada apa? Dimana yang sakit? Maaf aku terlambat… don’t cry… I’ll take you to the hospital… you… please don’t cry…”

Jantungnya seolah berhenti berdetak.

Mata Win merah dan air matanya tidak berhenti mengalir. Dia mengulurkan tangannya, tapi jatuh kembali. 

“Do you want to get up?” Bright langsung membungkuk untuk membantu Win duduk. 

Saat dia hendak membantunya turun dari ranjang, pemuda itu tiba-tiba melingkarkan lengannya di sekeliling leher Bright dan membenamkan wajahnya di bahunya. Win menangis dengan nyaring, badannya gemetar dan air matanya membasahi bajunya, mengalir melewati lehernya…

Hati Bright terasa seperti ditusuk. Dia lalu mengusap punggung Win dengan lembut, dengan telapak tangannya yang lebar, seolah sedang memegang kaca yang rapuh. “Don’t be afraid… it’s alright now…it’s alright… I’m sorry… I’m sorry…” Bright bergumam lembut di telinga Win.

Karena rasa panik dan takut yang ekstrim, Win menangis lebih dari sepuluh menit sebelum berhenti, dan dia mulai cegukan. Bright dengan sabar membantunya mengatur nafasnya, tapi dia takut mengejutkan Win, jadi dia tidak berani menggerakkan tubuhnya yang kaku.

After a long time, Win finally calmed down, and said hoarsely in Bright ears in a soft and helpless voice, “Luckily it’s you…”

Win said: Luckily it’s you. Kata-kata itu menghantam hati Bright, dan bergema berulang kali di telinganya. Mungkin Win sendiri tidak menyadarinya, tapi somehow along the way, dia sudah menaruh rasa percayanya pada Bright. 

Dengan sedikit usaha, Win memberinya sebuah senyum pahit dan berkata dengan terputus-putus, “Bright, you don’t know, it’s been a really bad day for me… before I saw you… I was doubting my life, I was already giving up on this world…”

Dia mengira bahwa dia tidak bisa dihancurkan dan nothing could keep him down, tapi ketika apa yang terjadi di malam lima tahun yang lalu akan terjadi lagi, he couldn’t take it anymore, and broke down. 

Dia sudah memikirkan ini, bahkan jika bukan Gon yang memakainya untuk dirinya sendiri, dia pasti akan memberikannya pada orang lain. 

Birds of a feather flock together, jadi pria manapun yang bergaul dengan Gon pasti akan lebih menjijikkan darinya. 

Saat ini, dia sangat bersyukur karena… tebakannya salah. Dia tidak pernah menduga bahwa orang yang akan dibuat senang oleh Gon adalah Bright Walton. 

Mata Bright berkilat dengan kilatan niat membunuh, tapi ketika dia berbicara, suaranya sangat lembut. “I’m sorry, I’m the one who got you involved. Niatku hanya ingin menyelamatkanmu malam itu, tapi Gon salah mengerti situasinya. Aku tidak pernah menduga dia akan melakukan sesuatu seperti ini.”

“How can I blame you, you did it to help me.” Baru sekarang Win menyadari, dia masih bersandar di bahu Bright, dan dia mencoba untuk menegakkan tubuh sambil berkata malu-malu, “I’m sorry, I’ve dirtied your clothes.”

Win berlutut dengan air mata di pipinya. Tanpa kelopak mawar yang menutupi, bahan yang dikenakannya sangat tipis, sama sekali seperti tidak memakai apapun.

Bright berdehem dan memalingkan wajahnya. “It’s fine.”

Tubuh Win oleng sesaat setelah dia berdiri, dan Bright dengan cepat menahannya. “Are you alright? I’ll take you to the hospital!”

Win merona malu dan dia menggelengkan kepalanya. “It’s no use going to the hospital for this type of drug! Um… Bright, can I ask one thing of you?”

“What?” Saraf Bright menegang tanpa disadarinya. 

“Sepotong kain untuk penutup mata… Can you use it to blindfold me again?” Win meminta dengan suara yang pelan. 

Ekspresi kaget melintas di wajah Bright. “Why?”

Win berkata dengan pasrah. “Because, out of sight, out of mind!”

Meskipun ucapan Win agak susah dijelaskan, tapi Bright langsung memahaminya. Dengan terbatuk kecil, Bright mengambil kain yang tadi dilemparkannya ke lantai, dan dengan lembut mengikatnya di belakang kepala Win. 

Gairah dalam tubuh win berkobar begitu Bright mendekat, dan dengan buru-buru mengucap dalam hati “Null is zero and sex is zero”. Gejolak di tubuhnya sedikit mereda hingga dia memiliki jarak yang aman dari Bright dan matanya menjadi gelap kembali. 

Untung saja orang yang datang bukanlah orang sakit dan mesum seperti Gon, tapi itu adalah Bright. Buat Win yang sudah diberi obat perangsang, Bright adalah katalis yang memperkuat efek obat dan dapat membuatnya mengalami reaksi kimia yang mematikan. 

“Is it ok?” Tanya Bright. 

Win mengangguk. “I have another thing that needs to bother you. I have no strength at all. Would you please help me go to the bathroom? Aku akan merasa lebih baik jika aku mandi air dingin!”

“Wait a minute. Aku akan mempersiapkan airnya dulu.”

“Thanks.”

Suara benturan di kamar mandi terdengar jelas di ruangan yang sunyi. Itu adalah situasi yang sama yang tidak bisa dilihat oleh matanya, tetapi dia merasa sangat aman. 

Sesaat kemudian, suara air berhenti dan suara langkah kaki masuk ke telinganya. “Can you walk?” Bright bertanya.

“I should be ok. Just help me up.”

Bright mengulurkan tangannya untuk membantu Win berdiri, dan dengan berhati-hati menjaga jaraknya dari Win, hanya menggunakan lengannya untuk menyentuh Win. 

Setelah tubuhnya terendam dalam bathup yang berisi air dingin, Win mendesah dengan nyaman. “Hmmmmm…”

Bright menjadi nervous. “I’m going out first. Jika kamu perlu sesuatu, kamu bisa memanggilku. Jangan berendam terlalu lama, kamu bisa demam.” Tanpa menunggu jawaban Win, Bright berbalik dan pergi. Sosoknya tergesa-gesa dan bingung, seolah-olah dia sedang berlari jauh. 

Setelah keluar, Bright membuka pintu hotel, kemudian melihat sesosok tubuh yang jatuh ke dalam kamar tanpa ditopang. 

Ketika Ren berdiri dan menepuk-nepuk bokongnya, dia mengintip ke dalam, seperti maling yang mengendap-endap. “Oh..hehe.. I just worry about you… Just worry… aku tidak ingin bergosip…”

Bright sudah bisa menduga bahwa adiknya pasti masih berada di balik pintu, dan berkata dengan nada dingin: “Fetch me the papers in the car.”

Mulut Ren terbuka membentuk ‘O’. “Kak, do you make a mistake? Kakak akan membaca kertas-kertas itu dalam situasi ini? Are you a man?”

Bright menatap tajam adiknya. “Need I prove it to you?”

“No..no..no! You needn't! Aku akan segera pergi mengambilnya!” Cara pembuktian kakaknya pasti berupa a specially masculine beating. Setelah membawakan kertas-kertas yang diminta kakaknya, Ren mendengar suara samar air, lalu mendesah dengan sedih. “Kenapa mandi air dingin? Kenapa tidak menjadi antidote buatnya? What a waste! Too wasteful!”

Bright: “You can leave now.”

“Actually I don’t want to leave, actually I want to stay ~ stay with you each spring summer autumn and winter~~~” Ren menyanyikan lirik-lirik lagu sambil berjalan keluar dengan wajah ditekuk.

……..

Kembali ke ruangan, Bright berusaha keras mengabaikan sosok blur di balik pintu buram di kamar mandi dan memaksa dirinya untuk fokus pada kertas-kertas yang ada di tangannya. 

Well, it was rather efficient… dia sudah membaca dua halaman selama setengah jam….

Tiba-tiba, terdengar suara teriakan Win dari kamar mandi. “Brighhhhtttt –”

…………….

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang