“Bright! Briggghhhttt –”
Bright dengan cepat menjatuhkan kertas yang ada di tangannya dan berlari ke pintu kamar mandi. “Metawin, what’s the matter?”
“Bright!”
“I’m here.”
“Come in!”
“...” Go in?
“Hurry up! Hurry up! Ahhhh…”
“What… what’s wrong?” Nada suara Bright menjadi semakin gugup, tapi dia tidak berani gegabah membuka pintu.
“Kakiku sepertinya kram! Hurry up dan help me! Ouchhh…” Win berteriak kesakitan.
Bright menepuk dahinya, merasa lega sekaligus pasrah, dan buru-buru membuka pintu dan masuk.
Karena air yang digunakan Win untuk berendam adalah air dingin, dan tak ada uap di dalam, bajunya yang basah sudah menempel seperti kulit kedua di tubuh Win, membuat Bright menelan ludah dengan susah payah. Jakunnya naik turun, meskipun Bright sendiri tidak terpapar obat seperti Win, tapi derita yang dirasakannya sekarang kurang lebih sama seperti Win.
“Bright…. Bright?” Panggilan Win membuyarkan pikiran Bright, dan dia dengan cepat mendatangi Win. “Which leg?”
“Right leg, right leg!” Wajah Win semakin memucat karena kesakitan.
Bright menyingkirkan semua pikiran yang sempat singgah di otaknya, kemudian mengangkat kaki Win dengan tangan satunya, sementara tangannya yang lain mulai memijat paha Win. “How is it?” tanya Bright.
“Not good, not good! It’s still cramping! Harder!”
“Bagaimana sekarang?”
“Ah! It hurts! Softer!” “Almost, almost….”
…….
Hanya dalam waktu beberapa menit saja, Bright sudah basah oleh keringat. Lelah, dia dengan lembut menurunkan kaki Win. Detik berikutnya, dari sudut matanya, tiba-tiba Bright menyadari ada beberapa tanda merah dan memar di tubuh dan kakinya Win, wajahnya seketika menjadi dingin. “Tanda apa di tubuhmu? Apakah Gon menyakitimu?”
“On my body?” Win tanpa sadar membelai pahanya yang sakit. “Do you mean here? These are from the suspension wires today.”
baru saat itulah wajah Bright rileks, tapi kemudian dia mengernyit. “I’ll buy you some medicine.” Kemudian dia berkata lagi dengan penuh perhatian. “Come out of the bath, lebih lama lagi kamu bisa sakit.”
Win menarik masuk dirinya ke dalam air sambil mengacungkan sepuluh jarinya. “Ten minutes. Beri aku waktu sepuluh menit lagi. Aku hampir selesai tadi, but then you came in, so…”
“Alright.” Jawab Bright lalu keluar dari kamar mandi dan menuju ke pintu kamar lagi.
Sure enough, Ren rolled inside again!!
Ren dengan kikuk langsung berdiri, dan membungkuk meminta maaf pada kakaknya. “I’m sorry, Kak, I’ll leave at once!”
“Wait, go downstairs and help buy me some medicine.” Bright berkata pada Ren.
“What medicine?” Ren bergoyang-goyang ke kiri dan ke kanan, layaknya seekor anjing yang mengibas-ngibaskan ekornya; ekspresinya penuh makna.
“For swelling and bruising, something like that.”
Mata Ren langsung berbinar. “Kak, apakah akhirnya Kakak menunjukkan kehebatan Kakak?”
Bright menatapnya tajam. Melihat tatapan kakaknya, Ren buru-buru berkata, “I’m sorry, I was wrong. Bagaimana mungkin kakak melakukannya hanya dalam waktu yang sebentar? Your humble servant will run errands at once!”
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...