Win tersedak ludahnya sendiri. Dia merasa tidak ada gunanya berdebat dengan Bright, dia kalah telak. Win kemudian bilang bahwa dia hanya bercanda, apa yang dikatakannya hanyalah sebuah joke.
Bright sepertinya ketagihan membagikan kunci. Dia memberikan Win sebuah kunci mobil dengan alasan, bahwa dari kompleks rumahnya sekarang tidak mudah mendapatkan taxi dan akan membuat Win kerepotan saat hendak pergi bekerja.
Win bingung menanggapinya. Why… Win bertanya-tanya dalam hati. Dia hanya akan tinggal disini dalam waktu yang singkat, kenapa dia jadi merasa seperti seorang simpanan?
No, itu tidak benar, jika dia adalah simpanan, dia pasti akan disembunyikan jauh-jauh, tidak diberikan kunci-kunci, bahkan diberikan tanggung jawab untuk menjaga seorang anak.
Wooowww, ini terasa seperti newlywed…
Tiba-tiba Win ingat saat pertama kalinya bertemu Bright, dan bagaimana Bright melamarnya….
Win kira dia mengerti semua tentang laki-laki, tapi yang berdiri di hadapannya saat ini sama seperti komputer dengan program top-notch firewall yang tidak bisa ia hack.
Dia tidak tahu apakah menyetujui permintaan Bright hanya karena simpati akan menjadi bencana atau keberuntungan…
Ahh sepertinya dia sudah masuk dalam jebakan.
Keadaan emosional Xaverio malam itu sedikit tidak stabil, jadi Win memutuskan untuk untuk tidur bersama anak itu.
In the middle of the night.
Pintu kamar Xaverio terbuka pelan. Suara langkah kaki mendekat dan seorang pria berlutut di samping tempat tidur.
Cahaya kekuningan redup yang berasal dari lampu tidur, menerangi sosok seorang pria muda yang terlelap dalam tidurnya, tangannya masih berada di punggung Xaverio, menunjukkan bahwa ia tertidur di tengah-tengah kegiatannya menepuk punggung Xaverio.
Dadanya naik turun dengan irama teratur dan ekspresi wajahnya hangat. Bibir merah mudanya yang lembut seperti summer cherry blossoms, terbuka sedikit layaknya unspoken invitation…
Sialan!!! Ada apa denganku? Bright terpukau melihat bibir itu. Beberapa saat kemudian, bayangan gelap menutupi cahaya lampu dan dia semakin mendekati pria muda yang sedang terlelap.
He was only a breath away — just a bit more, dan bibir mereka akan bertemu. Tapi kemudian dia menghentikan dirinya, dia hanya meninggalkan satu ciuman samar di dahi pria muda itu sebelum meninggalkan kamar anaknya.
Win, we have long days ahead of us.
……………….
The next morning.
Awalnya, Win mengira dia tidak akan bisa tidur di tempat tidur yang unfamiliar, tapi ternyata dia bisa tidur dengan nyenyak tanpa bermimpi.
Ketika dia terbangun, dia menyadari Xaverio sudah bangun lebih dulu.
Anak kecil itu sedang membaca buku di sampingnya dengan ekspresi yang serius, tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Dia kelihatannya anak yang baik, Win sungguh tidak bisa membayangkan akan seperti apa anak itu saat tantrum.
“Good morning, darling.” Win menyapa anak itu sambil duduk di kasur.
Xaverio mendongak dengan wajah yang happy. Walaupun dia tidak mengatakan apapun dan ekspresinya tidak berubah, Win bisa melihat dari matanya bahwa anak itu sedang senang.
Merasa geli, Win kemudian merapikan rambutnya yang susah diatur dengan tangannya. “Today, Uncle doesn’t need to work, so uncle akan menemanimu!”
Mendengar perkataan Win, Xaverio sungguh sangat senang. Dia bahkan tersenyum kecil. Melihat senyumnya, Win merasa seolah berdarah-darah, karena anak itu sangat imut. Dia tak bisa menahan dirinya untuk mencubit kecil pipi Xaverio. “Sering-seringlah tersenyum, darling. You are too cute when you smile!”
Setelah mandi, Win turun ke bawah menuju meja makan dan melihat sarapan sudah disiapkan. Win tidak melihat Bright, dan para pelayan pun tidak mengatakan sesuatu, seperti menunggu Bright untuk makan, jadi dia berasumsi jika Bright sudah berangkat ke kantor.
Setelah sarapan, Win khawatir dia tidak begitu tahu cara untuk menjaga dan merawat anak kecil, apa yang harus dilakukannya jika dia tidak merawatnya dengan benar. Pada akhirnya semua kekhawatirannya sirna.
Sepanjang pagi, dia hanya duduk di sofa sambil membaca scriptnya, sedangkan Xaverio duduk di sebelahnya membaca buku ataupun menggambar. Mereka tidak menggangu satu sama lain, tapi berbagi udara yang harmonis.
Para pelayan hanya terlihat sekali saat membawakan snack dan buah-buahan. Gerakan mereka pun sangat tenang seolah takut mengganggu Xaverio.
It appeared Xaverio especially liked peace and quiet.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...