39

1.4K 126 0
                                    

"What...what do you want?" Melihat Bright masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi penumpang secara tiba-tiba, Win semakin erat memeluk kemudi, mencoba melindungi kepunyaannya.

Bright duduk bersandar, tatapan matanya menggelap. Apa yang aku inginkan? Heh...it was better for him not to know!

Bright sekarang hanya memakai kemeja putihnya saja, kerahnya terasa terlalu ketat, jadi dia dengan kasar merobek kancing pertama, lalu kancing yang kedua, lalu yang ketiga...

Win memperhatikan Bright di sebelahnya dengan tajam, bingung melihat seorang pria tampan merobek bajunya sendiri, untuk mempertontonkan dadanya yang kokoh, sampai-sampai his beloved Little White terlupakan.

Bright tidak menyadari tatapan Win. Bright sedang berusaha untuk menekan emosinya, kekonyolannya yang tanpa alasan jelas bersikap cemburu pada sebuah mobil. Dia menyalakan sebatang rokok, menghisapnya dalam-dalam, lalu mengeluarkan asapnya lewat mulutnya.

Dari saat Bright mengeluarkan rokoknya, Win tidak tahan lagi. Dia menatap pria itu tanpa berkedip, gerakan kecil jakunnya, rokok putih yang terjepit di antara bibirnya yang seksi, dan asap yang keluar dari mulutnya....

Bright merasakan tatapan panas yang terarah padanya, dan ketika dia menoleh, dia melihat tatapan 'lapar' dari Win.

Untuk sesaat, Bright hampir tertipu dengan tatapan itu, lalu dia menyadari bukan padanya tatapan itu dimaksudkan.

Win was 'hungry' for the cigarettes between Bright's lips.

Jika bukan karena Ren, yang sangat ahli dalam menggali informasi, dia mengecek backgroundnya Win dengan amat sangat detail, mulai dari saat dia lahir sampai hobinya, bahkan fakta bahwa Win sedang berusaha untuk berhenti merokok......

Bright langsung memahami bahwa Win sedang sangat ingin merokok.

Bukan saja dia kalah dari mantan kekasih dan mobil sport, bahkan sekarang sebatang rokok lebih attractive dari dirinya.

Bright tidak pernah merasa se-frustasi dan se-insecure seperti saat ini seumur hidupnya.

Dari pertama kali dia melihat Win, dia sudah menginginkannya untuk menjadi miliknya. However, Bright decided to take it slow to protect Win's feelings. Win, disisi lain, tidak pernah benar-benar tertarik padanya, dan selalu menetapkan boundaries.

He would rather hug someone else's thigh, than be his husband.

People say that if an ex cannot be forgotten, itu artinya the new lover tidak cukup baik. Does that mean he really wasn't good enough? Win bahkan dengan konyolnya mabuk hanya karena seorang laki-laki yang sudah membuangnya!

Bright sangat tahu bahwa cara terbaik untuk approach seseorang yaitu take it slow, dan dia selalu mengikuti aturan ini. Dia tidak pernah membayangkan dia bisa seperti ini, bahwa sesuatu yang tidak penting ini could blow all his senses away.

Bright menghisap rokoknya, pikirannya berkelana kemana-mana. Cahaya merah dari ujung rokok terpantul di matanya, dan dia bertanya dengan suara yang dalam dan rendah. "Mau?"

Win mengangguk tanpa ragu, tidak jelas apakah dia tertarik pada rokok atau pada pria di sampingnya.

Bright menjentikkan abu rokok dan menghisap rokok sekali lagi dibawah tatapan Win, di detik berikutnya sebelum Win menyadari, bibir Bright yang beraroma rokok ditekan dengan kuat pada bibir Win....

Mata Win terbuka lebar, ia dikelilingi aroma kuat tembakau disertai dengan nafas beraroma mentol dari Bright, sedetik kemudian, bibirnya terbuka dengan lembut, dan asap masuk ke mulutnya.

Tak siap dengan itu, Win mulai terbatuk-batuk karena asap rokok. Air matanya menggenang.

Rokok di jari Bright tersisa separuh, dan dengan wajah muram, dia menghisapnya sekali lagi. Dengan air mata yang masih menggenang di matanya karena batuk, pemuda di sampingnya terlihat lebih menarik dari sebelumnya, Bright pun bertanya lagi, "Mau lagi?"

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang