64

1.2K 135 3
                                    

Bright was playing “The Last Judge” over there, why should he go and save them? Telpon dari Ren benar-benar konyol! 

Awalnya, Win ingin mencuci tangan dari situasi ini, tapi untuk alasan yang dia sendiri tidak pahami, he felt a little guilty deep in his heart….

Damn it! Why did he care?

The moment he decided to leave it alone, Ren again sent him a video. 

Di video itu, Bright’s icy expression layaknya sebuah pisau yang menancap melewati layar dan membuatnya ketakutan. Dia menatap kosong layar ponselnya sebentar sebelum dia menyadari bahwa tatapan Bright sebenarnya ditujukan pada Ren. 

“Ren Walton, you have half an hour to redo this proposal. Do it right here; if you can’t get it done, go to the finance department and get your last paycheck!” Suara dingin menakutkan itu terdengar dan layarnya berubah hitam. 

The second before the screen turned black, it was as if Win could hear Ren’s last bloody cry for help…

Bahkan outsider seperti dirinya tahu bahwa redoing a proposal dalam waktu setengah jam was impossible. 

But!

He really, really didn’t know how to save him! 

Win memutar otak, mencoba mengingat-ingat lembar demi lembar Sun Tzu’s Thirty-Six Stratagems dalam benaknya….

Menunggu santai sementara musuh menghabiskan tenaganya sendiri? Ren’s ghost would kill him! 

Kalahkan musuh dengan menangkap pemimpin mereka? Bright was the king himself!

Distract the enemy by attacking their weakness? Tapi Bright tidak punya kelemahan yang bisa membantunya untuk melancarkan serangan!

Then…the honey trap? No…no..no…

In the end, Win smacked himself over the head. “Got it! Lure the tiger away from his cave!”

Win menarik nafas panjang, menenangkan pikirannya dan jantungnya yang tiba-tiba berdegup kencang, dan menelpon nomor Bright….

Meanwhile, at Walton Corporation. 

In the meeting room, the projector which was connected to Bright’s cellphone was screening internal company data. 

Sekelompok staf senior sedang fokus 12.000% pada presentasi, karena Bright akan mengajukan pertanyaan pada mereka nanti. 

The terror was too much mirip seperti di sekolah dasar, ketika guru galak hendak mengajukan pertanyaan. 

Pada saat itu, handphone Bright tiba-tiba berbunyi. Tanpa melihat siapa yang menghubungi, Bright menjawab teleponnya. Detik berikutnya, sebuah suara manis dan lembut terdengar lewat speaker meeting room — 

“Hello, Bright, are you busy?”

Huh?!!!!

Satu ruangan membeku, dan semua orang yang ada disitu tercengang, dengan ekspresi bingung menghiasi wajah mereka. 

Apa yang terjadi?

Ini ponsel pribadi boss mereka, kan?

Someone had actually called Bright, sounding so sweet and calling him by name….

Tapi yang lebih mengejutkan lagi belum datang…

Saat Bright mendengar suara lembut itu, seluruh auranya berubah secara halus….

Seperti angin sepoi-sepoi yang datang ke dunia untuk menyentuh jiwa-jiwa yang telah mati…

Terkubur dalam tugas yang mustahil untuk menyelesaikan proposal, Ren meneteskan air mata haru saat mendengar suara Win. 

Brother-in law, you’ve come, hiks…hiks…hiks…

Bright berhenti di tengah-tengah pembicaraan, lalu mencabut kabel yang menghubungkan ponselnya ke proyektor. Menempelkan ponselnya ke telinganya, ekspresinya masih tetap sama, dan dia berbicara dengan nada dingin yang sama. “What do you want?” 

Di ujung telepon yang lain, Win merasa sudah ingin mundur ketika dia mendengar suara menakutkan itu. Tapi pada akhirnya, dia mengumpulkan semua keberaniannya, dan melakukan yang terbaik untuk menggunakan nada yang lebih lembut dan memohon, saat dia bertanya dengan ragu, “Itu, apakah kamu akan kembali malam ini? Kita sudah berjanji pada Little Rio, kita akan makan hotpot hari ini!”

Wajah Bright tetap dingin dan berkata datar, “Not sure, I’m busy.”

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang