Selama ini, Win selalu menganggap Bright sebagai pria yang serius dan terkendali, namun ciuman ini sangat mendesak, hampir biadab dan primitif.
Cengkeraman di pinggangnya seperti besi, dan mulutnya dipenuhi rasa logam dari darahnya sendiri saat bibirnya digigit. Lidahnya juga ditarik sampai mati rasa, dan Win merasa seolah-olah sedang dilahap...
"Mmmm...Bri..." Setiap kali Win mencoba untuk melawan, Bright menahannya lebih erat dan lebih kejam.
Win meringis karena rasa sakit yang menusuk di lehernya dan menatap pria di depannya yang sudah kehilangan kendali atas dirinya. Bright sangat asing baginya sehingga membuatnya khawatir...
Win diam-diam melepas jepit rambut kayu dari kepalanya dan dengan cepat mengarahkan ujung yang tajam ke leher Bright saat dia lengah, dan memberinya warning, "Bright, kau sebaiknya tenang kalau tidak..."
Ciuman bright berhenti di tulang selangkanya, tapi hanya sesaat. Dia tampak seolah-olah sedang memutuskan ke mana harus melanjutkan, sebelum menemukan jalan ke bibir Win lagi, tanpa tanda-tanda akan berhenti...
"You..."Win merasa tidak berdaya.
Orang ini, apakah dia bisa membaca pikiran?
Bright tahu bahwa dia tidak akan melukai bahkan sehelai rambut pun darinya, dia tahu itu... dia tahu bahwa...Win tidak akan mampu memaksa dirinya untuk melakukannya.
Pikiran Winberkelebat ke sebuah cerita yang pernah dibacanya, tentang kekasih seorang gadis yang dikutuk menjadi monster, namun gadis itu tidak tega untuk meninggalkannya. Dia bahkan membiarkan kekasihnya memiliki daging dan darahnya sehingga kekasihnya tidak akan menyakiti penduduk desa setempat dan terbunuh dalam prosesnya...
Ketika dia selesai membaca ceritanya, dia mengira gadis itu benar-benar idiot. Tapi sekarang, dia telah menjadi idiot itu.
Ciuman Bright berulang kali melekat di cuping telinganya yang sensitif, ketika Win akhirnya memiliki kesempatan untuk dengan cepat berkata, "Bright, apa kau lupa apa yang kau janjikan padaku? Atau apa kau melanggar janjimu?"
Ketika Bright mendengar suaranya, beberapa rasionalitas melewati matanya dan dia berhenti sebelum menjawab dengan lembut, "Inspeksi."
Win hampir menertawakan ini. "Inspeksi? Siapa yang menginspeksi sepertimu? Dengan kau duduk di sana, siapa yang tidak akan terganggu saat berakting?"
"Profesional," jawabnya datar.
"Apa kau mencoba mengatakan bahwa aku tidak profesional? You.. Fine! Aku memang tidak benar-benar profesional hari ini, tapi tidak akan ada lain kali! Juga, jika kau disini untuk memeriksa, lalu apa yang kau lakukan sekarang? Win bertanya.
Bright memeluknya erat-erat, seolah memeluk mainan favoritnya yang baru saja dia ambil kembali dari anak-anak lain, dan tidak mengatakan sepatah kata pun.
Pada titik ini, Win benar-benar berantakan. Semua pikiran negatif yang telah dia coba tekan dengan keras muncul, memaksanya untuk menghadapi musik dan mengambil keputusan...
Beberapa saat berlalu, dan saat win akan lemas dalam pelukannya yang hangat dan memabukkan, Win kembali ke akal sehatnya. Dia menghirup nafas dalam-dalam dan mendesah sebelum berkata, "Bright, kau memberiku tujuh hari. Well, kau tidak perlu menunggu selama itu, aku bisa menjawabmu sekarang."
"Aku tidak ingin mendengarnya," kata Bright, yang ekspresinya menegang dan dia segera menciumnya lagi, dalam upaya untuk menghentikan Win berbicara lebih banyak.
Win terlihat putus asa saat dia menghindarinya, "Bright, dengarkan aku."
Seakan takut dia kan ragu lagi, Win meremas matanya dengan erat sebelum menatap Bright dan berkata --
"Bright, aku sudah memberitahumu sejak awal --- sudah ada seseorang yang sangat, sangat, sangat aku sukai! Meskipun ada alasan mengapa aku tidak bisa bersamanya, dia akan hidup di hatiku selamanya, mengisinya sampai penuh, sedemikian rupa sehingga tidak ada orang lain yang bisa menggantikannya. Tidak ada lagi ruang untuk orang lain. Bahkan jika orang itu lebih hebat, dan bahkan lebih sempurna, jawabannya akan tetap TIDAK, kau mengerti?" Win berseru sebelum dia bisa menghentikan dirinya sendiri.
Dengan setiap kata yang dikeluarkan Win, Bright merasakan seluruh tubuhnya menegang, wajahnya menyendiri. Jari-jarinya menyentuh dagu Win saat dia menyangkal, "Bohong! Metawin, kamu berbohong!"
Win mengangkat dua jari, dan menatapnya dengan penuh tekad, "Kalau begitu aku bersumpah, jika aku berbohong, aku tidak akan pernah terkenal seumur hidupku, aku akan tersambar petir dan guntur, aku akan tertabrak mobil..."
"Hentikan!" Bright tidak tahan lagi dan keluar dari ruangan.
Mendengar suara langkah kakinya pergi, Win merasa agak lega.
Kau melakukan hal yang benar... Metawin, kau melakukan hal yang benar... matanya mulai berkaca-kaca...
Kau seharusnya melakukan ini sedari awal... kau hanya terlalu lama serakah....kau hanya tidak memotongnya dari awal....
Kau akan baik-baik saja, Metawin! Itu adalah pilihan yang paling benar! Air mata mengalir di pipinya yang putih dan Win merosot ke lantai...
.....Ketika Win perlahan berjalan keluar, dia terkejut menemukan seseorang bersandar diam-diam di dinding dengan sebatang rokok yang hampir habis terbakar di tangannya, menunjukkan sudah berapa lama dia berdiri di sana.
"Jeff..." Win terdiam karena terkejut.
Jeff menghembuskan asap panjang, menunduk dan menertawakan dirinya sendiri, "Orang yang kamu bilang sangat, sangat, sangat kamu sukai... sangat menyukai sehingga bagaimana pun luar biasanya orang lain, mereka tidak akan bisa menggantikannya... kau sedang membicarakan Bright, bukan? Hah, sayang sekali Uncle Bright yang pintar bisa tertipu oleh ini..."
Win tetap diam.
Jeff menoleh untuk melihat Win dan berkata, "Kau yang menolaknya, namun sepertinya keadaanmu lebih buruk darinya..."
Sudah lama sejak dia melihat Win seperti ini. Dia tampak seperti berada di peringatan kematian seseorang, diliputi aura gelap tanpa tanda cahaya atau energi...
Jeff tiba-tiba tidak tahu harus berkata apa, dan dengan frustasi menyalakan sebatang rokok lagi.
Setelah mendengar penolakan Win pada Bright, dia tidak merasa senang sama sekali, dia malah merasa kasihan pada mereka.
Dia tahu, Win secara resmi sudah head over heels for Bright...
Tapi jika bahkan orang seperti Bright tidak berhasil, apa lagi dia? Seseorang yang bahkan tidak punya nyali untuk mengakui "aku menyukaimu"...
Jeff mendesah, dan akhirnya mengucapkan kata-kata yang membuatnya dilema apakah harus mengungkapkan ini atau tidak, "Metawin, kau tidak harus seperti ini. If you really like him, then just get together with him!"
Begitu kata-kata itu terucap, Jeff benar-benar merasakan sedikit kelegaan.
Win tersenyum pahit dan berkata, "Jeff, bukankah kau yang tidak setuju dengan ini?"
Jeff menaikkan alisnya dan berkata dengan santai, "Aku tidak menyetujuinya ini hanya karena aku tidak ingin kau menjadi pamanku! Tapi karena kau adalah teman terbaikku, aku berharap kau bisa bahagia..."
Jeff dengan sungguh-sungguh menatapnya, "Metawin, sebelumnya aku tidak percaya bahwa Uncle Bright benar-benar tulus, tapi sekarang... jika dia benar-benar menyukaimu, dia tidak akan peduli soal status dan pekerjaanmu. Dia juga bahkan memiliki power untuk melindungimu dari orang-orang yang akan menyakitimu!"
Wajah Win menggelap saat dia berkata memohon, "Jeffrey Jones, just stop."
Jika masalah mendasar hanya karena statusnya, itu hanyalah masalah kecil di jalan. Bagiamana pun statusnya, kelasnya ataupun pekerjaannya, selama dia hidup, dia bisa mengubah keadaannya. Tapi bagaimana seseorang bisa mengubah masa lalu? Bagaimana dia bisa mengubah itu?
Bagaimana dia bisa mengubah fakta bahwa dia pernah diperkosa lima tahun yang lalu dan melahirkan seorang anak haram?
************
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...