Early next morning.
Win mengenakan sweater ungu muda dan celana selutut berwarna putih dan juga sandal putih. Seperti biasa, di pergelangan tangannya ada gelang pemberian Little Rio. Penampilannya terlihat sederhana namun sangat menarik. Bright sedang duduk di sofa membaca koran, dan dia sedikit terpana melihat penampilan Win.
Jika bukan acara special, Win lebih suka tampil dengan gaya sederhana setiap hari. Ini kali pertama dia melihat Win dengan celana selutut…Dia terlihat lebih soft dan tentu saja sangat cantik ^..^
Win melompat kecil di depan Bright dan bertanya: “So, bagaimana penampilanku?”
Bright tersenyum dan mengelus kepalanya dengan lembut. “Kau sangat menarik….”
Win tersipu mendengarnya, jantungnya berdegup kencang. Tidak menyangka Bright akan memujinya. Dia lalu cepat-cepat berkata, “I’m leaving then!”
Baru akan melangkah, Win tidak bisa menggerakkan kakinya. Little Rio memeluk kakinya, lagi! Win tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis saat memandang “aksesoris kakinya”. “Darling! Kenapa bangun pagi sekali?”
Little Rio menggosok matanya yang masih mengantuk dan menjulurkan tangannya, meminta untuk digendong. Tentu saja dengan senang hati Win mengangkatnya. “I’m just going grocery shopping, I’ll be back very soon!”
Anak itu tetap memeluk erat leher Win.
“Can we go with you?” Bright berkata dari samping.
“Eh, kalian berdua ingin ikut bersamaku?” Win mengerjap.
“Yup, ini akan bagus buat Little Rio, kita bisa mengajaknya jalan-jalan di luar,” kata Bright. Little Rio juga menganggukkan kepalanya.
Win menggaruk kepalanya. “Tentu saja kalian bisa pergi! Tapi tempat yang yang akan kita datangi mungkin akan sedikit ramai! aku tidak akan pergi ke supermarket, tapi ke pasar yang agak jauh. Bahan-bahan disana semuanya segar!”
“Tidak masalah. Let’s go.” Bright meletakkan korannya dan mengambil kunci mobil.
And so Metawin’s solo trip became a three-man expedition with Big Bun and Little Bun. ^...^
Di garasi bawah tanah.
Melihat deretan mobil yang mengkilap, Win menelan air liurnya, terutama saat melihat his darling “Little White”. Menyadari arah pandang Win pada Bugati sport-car, Bright bertanya padanya, “Shall we take this one?”
Win tersadar dari lamunannya, dan buru-buru menggelengkan kepala. “Of course not! Kita hanya pergi ke pasar, bagaimana mungkin mengendarai mobil sport kesana? Do you have a more low-key car?” Kepala Win menengok sekeliling garasi. Hmmm benar-benar tidak ada…
Tapi Bright mengangguk. “Yes, I do.” Setelah itu, dia menekan beberapa tombol, kemudian sebuah mobil hitam dikeluarkan dari area partisi lain di garasi.
Sebuah mobil keluarga, harganya pun masih affordable, standar menurut Win, dan terlihat masih baru. Win mengangguk setuju. Tapi, Win mulai bertanya-tanya dalam hati kenapa Bright punya mobil yang sangat tidak pada tempatnya disini?
Bright tampaknya tahu apa yang sedang dipikirkannya, lalu menjelaskan, “Ini disiapkan untukmu ketika kamu pertama kali datang, tapi kamu tidak pernah menyetir itu.”
“Huh…” Ternyata itu adalah mobil yang disiapkan Bright untuknya.
Melihat ekspresi yang sedikit kesepian di wajah Bright, Win merasa seolah-olah telah melakukan kesalahan besar, jadi dia buru-buru menjelaskan, “Itu karena aku biasanya naik subway karena lebih nyaman, dan tidak ada traffic jam!”
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...