“Berapa lama kamu akan tinggal?” Nada Bright layaknya seorang boss yang sedang bertanya pada bawahan. Jeff duduk dengan tegap dan menjawab seperti murid yang patuh. “Jika semua berjalan lancar, aku akan tinggal lebih lama disini, atau mungkin akan menetap. Ya walaupun banyak artis kita yang lebih memilih di luar belakangan ini, our local film industry sudah banyak berkembang beberapa tahun belakangan ini, plus, the market is extremely big. Going abroad to learn is necessary, but I don’t want to get ahead of myself. Aku pikir aku masih perlu kembali ke akar dan prinsip di negara ini.”
“Mmmm.” Tanpa diduga, Bright mengangguk setuju dengan kata-katanya. Jeff sedikit tenang dan mulai santai, lalu bertanya bagaimana kabar Little Rio dan dijawab Bright bahwa anaknya baik-baik saja. Jeff lalu mengambil hadiah yang sudah disiapkannya untuk Little Rio dan juga Bright dari dalam kopernya dan memberikannya pada Bright. Berkata bahwa dia berencana untuk mengunjungi mereka besok, tapi tanpa disangka Bright muncul malam ini. Bright berterima kasih untuk hadiah Jeff dan mereka berdua pun sama-sama berdiam.
Pada saat itu, suara air mengalir di kamar mandi terdengar jelas. Merasa canggung, Jeff menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bright tampaknya mengerti situasinya, berdiri dari sofa dan berbicara beberapa kata lagi. “I’m leaving, if you have time, go home and see your mother.”
“Sure, sure, I’ll walk you out.” Jeff berkata dengan sopan, merasa seperti baru saja diberi penangguhan hukuman. Jeff baru akan mengantar Bright keluar, ketika tiba-tiba terdengar suara marah dari belakang mereka…
“Jae Blonde - what kind of shitty clothes are these?! Bagaimana bisa aku memakai sesuatu dengan lobang besar seperti ini di belakang?!”
Bright, yang baru akan pergi, membeku di tempat dia berdiri saat mendengar suara itu. Sedetik kemudian, dengan pelan berbalik, dan menatap dingin dan tajam ke arah datangnya suara.
The guy was bare-foot, his hair damp and his cheeks flushed from the hot shower. Berdiri di luar pintu kamar mandi, ada lobang besar dekat pinggangnya sebelah kanan pada kaos yang dipakainya, memperlihatkan kulit putihnya yang mulus….
Jeff tidak memperhatikan ekspresi Bright, dia merasa seperti akan mati saat itu juga. The devil had been about to leave, why couldn’t that damn guy have waited a little bit longer to come out? “Aku lupa membuangnya setelah itu sobek waktu aku jatuh dari sepeda. Ada banyak pilihan di lemariku, tapi kenapa kamu mengambil yang sobek, Win?” Jeff sungguh sangat kesal pada Win. Dengan malu dia menoleh pada Bright dan mengenalkan Win pada Bright. “Uhh…this is my friend, Metawin…”
Setelah mengatakan itu, Jeff menyadari ada yang aneh pada wajah Win. Sahabatnya itu, berdiri kaku menatap Bright. This damn guy, even if Bright was pretty good-looking, he didn’t have to stare at Bright like that…
Jeff merasa tidak senang melihat Win bertingkah seperti ini, dan dengan datar berkata, “Metawin, this is my uncle, CEO of Walton Corp, Bright Walton. Kenapa kamu berdiri disitu seperti batu? Say hi!”
Win meremas kuat bagian yang bolong pada kaos yang dipakainya, Win finally found his voice. Dengan wajah bingung, dan suara yang terbata dia mengucapkan kata “Un…cle..?” Win mengucapkan kata itu seperti pertanyaan, tapi bagi Bright, itu terdengar seperti affirmative tone, as if he was calling him uncle. Seketika itu juga, wajah Bright berubah layaknya big demon king yang baru saja menumpahkan darah di neraka. Tubuhnya mengeluarkan aura dingin dan menakutkan, membuat dua orang lain yang ada disitu menggigil ketakutan.
Tidak ada yang tahu berapa lama suasana aneh dan mencekam itu berlangsung, sebelum tatapan dingin Bright mengarah pada Win. “The person you said you were going to pick up, was Jae?”
Jeff yang berdiri di samping Bright terkejut bukan main mendengar kata-kata Bright. “Metawin, you know my uncle?”
_________________________________
Situasi ini membuat Win gila. Dia bertanya pada Jeff dengan suara pelan, “I should be asking you that! How do you know Bright Walton?”
“I told you, he is my uncle!”
“Then why didn’t you tell me?”
“You never asked! How do you and my uncle know each other?” Jeff memandang dua orang itu bergantian, the more he looked, the more he felt that something wasn’t right, tapi dia tidak bisa mengatakan itu apa.
“It’s a long story…” Lelah, Win mengusap dahinya. Empat kata itu ditujukannya buat Bright dan Jeff.
Sementara Jeff sudah sangat ingin menanyakan banyak pertanyaan pada Win, tapi tidak berani membuka mulutnya karena ada Bright disitu.
Aroma segar dan manis menyeruak masuk ke hidung Bright. Aroma segar dari Win yang baru saja mandi. Dengan kaos besar yang dipakainya, menunjukkan kakinya yang ramping dan putih, satu tangannya berusaha menutupi bagian yang bolong pada kaosnya. Pemandangan yang sangat indah membuat darahnya mendidih, dan menyadari dengan penampilan seperti itu dia berada di rumah laki-laki lain tiba-tiba membuat Bright ingin menghancurkan sesuatu.
Hatinya bergejolak marah, tapi dia tetap memasang wajah datarnya. “Are you planning to stay here, or go back with me?” Kata-kata itu diucapkan dengan datar, tapi penuh tekanan.
Jeff menyadari arti tersirat dari kalimat Bright, dan dia menatap Win dengan wajah tidak percaya dan terkejut. What was the meaning of this?? They didn’t just know each other, they were also living together?
Win menatap si patung es Bright, kemudian beralih pada wajah marah Jeff. Win menelan ludahnya dengan susah payah. “I… I’ll go back after all.”
Aura dingin Bright seketika menghilang.
Jeff kehilangan kesabarannya kemudian meraih pergelangan tangan Win, matanya yang indah dipenuhi kegugupan, amarah dan betrayal. “Kau sudah berjanji akan menemaniku malam ini!!!”
Sesaat setelah Jeff mengucapkan kalimat itu, Win ingin sekali melayangkan pukulannya pada wajah pria itu. Young man, don’t make things sound so misleading! Win mengangkat kepalanya dan memandang Bright, as expected, he looked like he was quickly reaching his limit, as if there was only one metal bar left before the beast came bursting out….
Win menarik tangannya kembali dan mencoba menahan amarahnya. “Jae, I need to film tomorrow, didn’t Bro Pim say you also have something on in the morning? Tunggu sampai kita berdua punya free time, aku akan menemanimu bermain PC games another time, okay?” Win mencoba membujuk Jeff dengan kata-katanya, dan sengaja menekankan kata ‘PC games’. Setelah itu dengan cepat mengambil tas besarnya tanpa mengganti bajunya, berlari keluar dari villa Jeff. Bright memandang Jeff dengan intens sebelum keluar mengejar Win.
Seeing the backs of the two as they left together, as well as Bright’s provoking look as they left, flames burned in Jeff’s eyes….
Damn it! No wonder Win tahu kalau jalan di depan sana diblokir. Metawin, how much are you hiding from me!
At that moment, Win was trembling as he ran back, when the weight in his hand was suddenly removed, Bright membantunya membawakan tasnya. Dan merasa ada sesuatu yang disampirkan di pundaknya, Bright menaruh jaketnya di pundaknya. Win dengan malu-malu berterima kasih pada Bright. Tapi Bright tetap dengan mukanya yang datar tanpa menjawabnya.
Any reaction would have been good; as long as there was one, dia akan tahu bagaimana membalasnya – this lack of reaction made people the most nervous……
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...