"Persetan dengannya! Mereka pikir mereka siapa?" Tiba-tiba Win melontarkan pukulan keras. Jika Bright tidak bereaksi cukup cepat, melihat pukulan itu, dia pasti akan berakhir dengan rahang yang patah.
"Anak baik seharusnya tidak mengatakan hal-hal vulgar." Bright mengerutkan kening.
Although, he was also very cute when he was swearing.
Win sangat mabuk, tapi dia masih memiliki kesadaran yang tersisa. Dia bisa merasakan bahwa orang yang memeluknya tidak bermaksud untuk menyakitinya dan sangat lembut, jadi dia perlahan menurunkan kewaspadaannya. Membiarkan dirinya tetap berada di pangkuan Bright dan berhenti melepaskan diri dari pelukannya, hanya terus meracau.
"This old man doesn't think it's worth doing... jika tidak, based on this old man's face... I can find even bigger... the biggest and thickest thigh to hug* ... kalian semua pikir kalian bisa menekanku... then I'll go out and find... i'll go now..."
Mendengar itu, Bright mengangkat alisnya, lalu dengan kasar memegang tangan Win dan menaruhnya di antara pahanya. "Paha paling tebal dan besar di negeri ini ada di sini. Do you still want to go and look for one?"
Win secara acak meremasnya otot di pahanya dan meraba sekitarnya kemudian berseru nyaring, "Not thick! Not thick at all!"
Bright terdiam. Aku ditolak karena punyaku tidak cukup tebal? Tidak ada pria manapun yang bisa menerima ini!
Keadaan semakin memburuk tatkala tangan Win menyentuh tempat yang tidak seharusnya disentuh, dia bahkan menepuknya. "Hmmm, what is this... menyebalkan... benda ini menusukku..." Nada suaranya penuh penghinaan.
Bright's expression turned ugly.
Jika dia membiarkan Win terus seperti ini, Bright mungkin akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan moralnya.
Orang yang berada di luar tadi sudah lama pergi, jadi bright segera membuka pintu dan membawa Win keluar.
Mereka akhirnya sampai di tempat parkir bawah tanah.
Orang yang dengan sombong membukakan pintu untuk mereka adalah Ren.
"Why is it you?" Bright mengerutkan keningnya.
Ren kemudian menjelaskan bahwa dia tadi mencari Bright ke rumahnya, tapi Bright dan Xaverio tidak ada. Jadi disinilah dia mencari Bright.
"Kak Bright, kapan kakak membeli mobil ini? It's even cooler than the one you gave me! Aku merasa seperti aku tidak tahu apapun! Ren bertanya pada kakaknya dengan ekspresi sedih di wajahnya.
Bright mengabaikannya dan menaruh Win di kursi belakang. Ren duduk di depan, dan menoleh untuk mengamati pakaian kakaknya dan Win yang terlihat acak-acakan. Wajahnya terlihat senang dan jiwa tukang gosipnya pun muncul. "Di mana Kakak menemukannya? Kenapa kalian lama sekali? Lihatlah anakmu Kak, dia hampir lumutan karena lama menunggu kalian!"
Xaverio menempelkan badannya pada jendela kaca begitu melihat Win.
Awalnya Bright khawatir jika Win akan bertingkah kasar karena mabuk, tapi siapa yang mengira saat Xaverio mendekatinya, dia tidak bereaksi seperti yang dibayangkan Bright. Win hanya memandang Xaverio dan memeluknya seperti bantal yang nyaman.
Bright bukan tipikal orang suka menyebarkan gosip, dia dengan pelan melepas dasi dan jaketnya kemudian bertanya pada Ren. "What happened today?"
Saat menyebut keahliannya - yaitu investigasi - Ren langsung bersemangat. "According to my sources, semuanya berjalan lancar. Kau bahkan memakai Leon untuk mendandaninya, jadi tentu saja Win berhasil memukau semua orang, bahkan respon media positif terhadapnya."
"Who did he see tonight?" Bright memberikan pertanyaan lagi.
Ren berusaha mengingat-ingat. "Besides the cast and crew, ada Mario Plowden, dan juga ada..."
Ren menatap wajah kakaknya, menelan ludahnya sebelum melanjutkan. "Joss Wayar... my guess is that he got drunk like this because he saw his ex-bf, yang sekarang bersama dengan his arch nemesis, Luke plowden, so he probably didn't feel good..."
Walaupun Ren sengaja untuk bicara berhati-hati, wajah Bright menjadi gelap dalam sekejap.
He was really terrifying.
______________________
'notes : *To hug a big / thick thighs is to curry favor with someone, biasanya orang dengan status atau kekuasaan lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...