"Apakah kamu sudah mengetahui siapa mereka?" Di wajahnya terpancar ekspresi yang menakutkan, seolah mengatakan jika dia tahu siapa mereka, dia akan membunuh mereka saat melihatnya.
Ren mengetuk meja dengan jarinya. "That is what I wanted to tell you. Bahkan dengan jaringan intelijenku, tidak ada yang bisa mengetahui siapa mereka. Sepertinya kita hanya bisa menunggu mereka melakukan another move before we can try again."
Tapi the Big Demon King terlihat seperti sudah siap untuk membunuh seseorang saat ini, apakah dia harus menunggu sampai mereka bergerak lagi?
Bright kemudian menghubungi seseorang, dengan suara yang sedingin es dia berkata, "Foey, help me investigate two people."
Ren benar-benar terkejut. Kakaknya bahkan menyuruh tangan kanannya untuk mencari tahu siapa kedua orang misterius itu. Ren's gossip network couldn't be compared with his brother's intelegence network, yang bisa dengan mudah menggali rahasia paling dalam dari masa lalu seseorang bahkan hanya dengan satu petunjuk kecil sekalipun.
"Kak, aku sudah pernah bilang sebelumnya, masa lalu Win tidaklah sesederhana yang terlihat, apakah kakak percaya sekarang? Menurutku kakak harus menyuruh Foei untuk mencari tahu masa lalunya Win, semuanya, jangan sampai ada yang terlewat!" Ren memberi saran pada Bright.
Tapi Bright langsung menolaknya. Menurut Bright, setiap orang pasti punya rahasia yang tidak ingin diungkapkan. Dia tidak ingin menyentuh apa yang tidak ingin Win perbolehkan untuk disentuh. Jika Win ingin mengatakan padanya, maka dia akan menunggu saat itu tiba.
........................
Filming finally wrapped up at six o'clock in the evening.
Scenes hari ini lebih banyak untuk para pemeran utama. Tidak banyak adegan dialog buat Win, tapi wajahnya tetap harus muncul di beberapa scene. Berperan seperti pajangan sepanjang hari.
Meskipun menjadi pajangan tapi tetaplah melelahkan. Win merasa lehernya hampir patah karena mengenakan kostum yang berat, dan tubuhnya juga banyak ruam.
Setelah mengganti baju dan menghapus make up, Win mengambil masker dan memakainya, bersiap pulang dengan menggunakan kereta bawah tanah. Dia belum terkenal, jadi masih aman untuk menggunakan transportasi umum, karena belum banyak orang yang mengenalinya. Lagipula dia tidak harus terjebak dengan kemacetan lalu lintas.
Win baru akan berjalan menuju station, ketika sebuah Maserati hitam berhenti di sampingnya. Jendela mobil diturunkan, dan Joss tersenyum padanya. "Nong Win, let me drive you home!"
Win membeku di tempatnya berdiri. Pikirannya ruwet.
Mantan pacar lagi...... Why was it yet another ex-boyfriend...
Tidak bisakah mereka meninggalkannya dan membiarkannya hidup damai dan tenang?
Win menolaknya. "No need." Ucap Win dan berjalan menjauh, tak ingin berlama-lama melihat wajah Joss yang menjijikkan.
Namun, Joss tidak mau pergi, dia malah mengemudikan mobilnya dengan pelan mengikuti Win. "Nong, can we talk?"
Win mencibir. "What is there to talk about? Do you hate the fact that there aren't enough scandals about me today? Kau ingin seseorang mengambil foto kita dan menyebarkannya dan membuat skandal yang lebih besar lagi?"
Joss mengerutkan kening, sedikit tidak terbiasa dengan kata-kata dan sikap dingin dari seorang pemuda lugu yang dulu selalu mendengarkan dan melakukan semua yang dia katakan. "Nong, that's not what I meant, aku punya sesuatu yang penting untuk dibicarakan denganmu."
Win benar-benar takut ada yang akan mengambil foto mereka jika mereka terus berdebat seperti ini di jalan. Apalagi mobil orang ini terlalu eye-catching. Win kemudian menoleh ke kiri dan ke kanan, untuk memastikan tidak ada orang di sekitar, lalu dengan cepat membuka pintu dan masuk ke dalam mobil.
Setengah jam kemudian, meraka sudah berada di sebuah ruangan di salah satu restoran. Joss memanggil seorang pelayan dan memesan makanan. Dia memesan beberapa makanan yang semuanya adalah makanan favorit Win. Joss memulai percakapan dengan basa basi seperti kita sudah lama tidak bertemu. Bahwa dia sudah lama tidak bertemu dengan Win dan tidak tahu apakah selera Win masih sama atau sudah berubah. Bagaimana keadaan Win selama beberapa tahun tinggal di luar negeri. Dia juga bertanya kenapa mengembalikan uang yang dikirimnya untuk Win, dan mengganti nomor rekeningnya.
Win memotong pemicaraan Joss, menyuruhnya mengatakan apa yang ingin dikatakannya tentang dirinya, dan menyuruh Joss untuk berhenti basa basi. Sambil menopang kepalanya dengan satu tangannya, tangannya yang satu lagi mengetik pesan pada xaverio, memberitahunya bahwa ia akan sedikit terlambat sampai ke rumah.
Joss berhenti bicara dan menaruh sebuah cek di depan Win. Dari sudut matanya, Win bisa melihat angka 100 juta tertera disana. Win melirik sekilas pada cek itu dan menyipitkan matanya lalu bertanya apa maksud Joss memberinya cek.
Dengan tatapan tajam dan suara yang tegas, Joss berkata pada Win.
"Metawin, don't do anything that you will regret."
Win memasukkan hpnya ke dalam saku dan menatap Joss dengan senyuman sinis di wajahnya. "Oh? Tell me, what did I do?"
"Tell me, how did you get this role?" Joss berkata dengan tiba-tiba dengan penekanan yang berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...