Setelah Joss pergi, mood Jeff masih jelek. Dia mendengus dan melirik Win dari samping. “Itu lelaki yang pernah kamu cintai mati-matian? Ada yang salah dengan matamu!”
Win hanya meliriknya sekilas dan berkata dengan santai, “I think it’s your eyes that aren’t working. Dari 10 poin, Joss adalah type pria yang bisa mendapatkan 9 dari 10, okay?”
Mendengar ini, emosi Jeff langsung meledak. “Fuck, whi is it nine points, so high? Bagaimana bisa dia mendapatkan sebanyak itu!”
Win berkata tanpa basa basi, “Because he’s man I once loved. If I say he’s bad, bukankah itu sama saja aku menampar diriku sendiri? Dan terlepas dari hubunganku dengannya dulu, tidak dapat disangkal bahwa dia memang bernilai sembilan poin, secara objektif.
Penampilannya memang tidak sepertimu, yang bisa membutakan orang dengan hanya sekali lihat. Dia menang pada pembawaannya yang kalem, dia juga punya gaya yang lembut dan elegan. In a fairytale world, he would be a prince, di zaman kuno, dia akan menjadi putra bangsawan. Seorang pria dengan martabat dan keanggunan yang tak tertandingi… Singkatnya, dia adalah tipe yang paling aku sukai saat aku masih remaja seorang pemuda lugu, the kind that I would fall for the first sight!”
Api dalam diri Jeff semakin membara mendengarnya. “Fuck, Metawin!! Do you still have feelings for him? Kau memujinya setinggi langit!”
Win memandang Jeff dengan curiga. “Itu karena aku benar-benar tidak peduli padanya lagi, makanya aku bisa membicarakannya denganmu dengan kalem dan objektif, oke? Why is your IQ so low?”
Lagipula, laki-laki yang digambarkannya tadi adalah remaja laki-laki yang lincah dan sempurna yang hidup dalam memorinya, bukan Joss yang sekarang.
Terkadang karena ingatannya terlalu sempurna sehingga kenyataan menjadi lebih brutal jika dibandingkan.
Memerlukan waktu lama untuk Jeff menenangkan dirinya. dan bertanya dengan suara lirihnya. “Then how many points would you give me?”
Win mengelus dagunya berpikir, dan di bawah tatapan gugup Jeff, Win berkata, “9,9 points! Wajahmu saja sudah bisa membantumu mendapatkan banyak poin!”
Setelah mendengar ini, Jeff langsung terhibur, dan menyentuh wajahnya dengan sedikit bangga. “Of course! Bro-mu ini bergantung pada wajahnya untuk mencari makan! Tapi mengapa kamu mengurangi 0,1 poin?”
Win menatap Jeff seolah dia orang bodoh. “Do you still need to ask? Sudah jelas dikurangi karena IQ-mu!”
Jeff terdiam, bingung mau menanggapi Win seperti apa. Forget it, forget it, katanya dalam hati. Dia sudah mendapatkan poin yang tinggi 9,9, tidak ada gunanya arguing with this damn guy.
Matanya berkedip, penasaran, dia tidak tahan untuk bertanya, “Then… how about my uncle Bright? Berapa poin yang akan kau berikan untuknya? What kind of man do you think he is?”
“Hmmm, Bright ya….” Pertanyaan ini agak sedikit sulit untuk dijawab oleh Win. Dia memikirkan jawabannya untuk waktu yang agak lama sebelum menjawabnya, “I don’t dare grade the Big Demon King. As for the type of man he is, salah satu cara menggambarkannya adalah bahwa ia hanya bisa dikagumi dari kejauhan, tapi tidak bisa dipermainkan.
Laut mungkin tampak tenang di permukaan, tapi kamu tidak pernah tahu betapa menakutkannya arus dalamnya dan gelapnya lautan itu. Pria seperti Bright tidak terduga, jika kamu dengan gegabah mendekat padanya, kamu mungkin akan menemui ajalmu di dasar laut!”
Wajah Jeff menjadi lebih lembut mendengar kata-kata Win. “Hmmpp, jadi kamu masih punya sedikit kewarasan!”
“But…” Win berkata lagi sambil merenung.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...