21

1.5K 153 1
                                    

Karena Win mengendarai motor sportnya, dia memakai atasan pas badan dan celana kulit warna hitam. Dilengkapi dengan jaket kulit dan sarung tangan. Win segera melepas helm dan sarung tangannya, rambutnya yang sedikit berantakan menutupi dahi. Dia terlihat gagah dan anggun, dan juga cantik. 

Ren yang melihat penampilan Win, hampir saja tidak bisa menahan dirinya untuk bersiul. Tapi sepertinya Ren masih memakai akal sehatnya. 

“Xaverio Luca, did you really think I wouldn't dare touch you?” Suara menakutkan terdengar dari bagian sudut ruang tamu. Bright berhasil menangkap anaknya, yang sudah tersudut tidak ada jalan lain untuk lari. Dalam gendongan Bright, Xaverio sedang berusaha melepaskan diri, bergerak liar seperti hewan kecil yang sedang terluka. 

“Don’t!” Win berseru dan dengan cepat berlari dan merebut Xaverio dari gendongan ayahnya. 

Xaverio mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang menggendongnya, dan membeku selama sedetik sebelum mata besarnya yang indah memerah. Dia semakin masuk dalam pelukan Win, tangan kecilnya memeluk erat leher Win, menolak untuk melepaskannya. 

Melihat anak kecil lucu dan lembut gemetar dalam pelukannya, sedangkan matanya penuh ketakutan, hati Win terasa seperti tercabik. 

Emosinya seketika memuncak dan Win tak lagi peduli apakah di depannya ini berdiri seorang boss besar yang ditakuti seantero negeri, dia melontarkan kata-kata pedas pada Bright. 

“Ceo Walton, I know I'm an outsider and it’s not my place to say this one thing. There’s something wrong with the way you raise him. Anak kecil seumuran Xaverio membutuhkan kehangatan dan kasih sayang, apalagi dengan kondisinya yang unik. He’s had a huge trauma and doesn’t have a mother by his side, Anda seharusnya lebih sabar dan toleran terhadapnya. How can you be so fierce with him? Tidakkah kau melihat bagaimana ketakutannya Xaverio saat ini? And yet you would raise your hand against him?”

Bright: “I was wrong.”

Ren: “...” Hehehe.

Mendengar kakaknya dengan gamblang mengakui kesalahannya, Ren hanya bisa tertawa sendiri. Ketika aku yang mengatakan ada yang salah dengan caranya mendidik Xaverio, you chewed me out. Tapi ketika Win yang mengatakannya the exact same thing, kau dengan patuh mendengarkannya!

Setelah kedatangan Win, Xaverio seperti puppy yang bertemu ownernya, menggemaskan, patuh mendengarkan setiap kata yang diucapkan, completely unlike the wild and fierce little lion from before. Dia mengijinkan Win memegang tangannya, dan menuju kembali ke kamarnya. 

Duduk di sofa, Win mengusap lembut kepala Xaverio. Bertanya pada Ren apa yang sebenarnya terjadi. “Everything was still fine in the morning, right?”

“What else could the problem be? Little Sun missed you dan ingin bertemu denganmu, tapi kakakku tidak mengijinkannya. Dia juga tidak memperbolehkan untuk menghubungimu karena takut akan mengganggu kesibukanmu. Pada akhirnya Little Sun tantrum dan berlari kesana kemari, dan menghancurkan ruang tamu. Kak Bright didn’t want Little sun’s tantrums become habit, so the two of them quarreled. Dan itulah yang kamu lihat saat datang kemari…”

“Just because Xaverio couldn’t see me and couldn’t call me?” Win mendapati penjelasan Ren sukar untuk dipercaya. Meskipun Bright sudah pernah bilang sebelumnya bahwa Xaverio bergantung padanya, tapi apakah memang dampak Win sebesar itu?

“What do you think? You really underestimate your influence!” Melihat Win masih belum juga mengerti, Ren mulai menjelaskan dari awal mula saat kejadian di bar. Saat Win tidak sadarkan diri, Xaverio tidak memperbolehkan satu orang pun mendekati Win. Dan pada akhirnya Brightlah yang menggendong Win ke rumah sakit. 

Refleks, Win menoleh pada Bright. Bright personally carried me to the hospital?

Ren kemudian melanjutkan penjelasannya. Saat Xaverio bangun di rumah sakit dan melihat Win tidak ada dan menyangka Win sudah mati. Dia menjadi liar dan hampir melompat dari jendela. Xaverio berubah tenang saat ayahnya datang dan memberikan note yang berisi tulisan Win. 

Kemudian berlanjut dengan kejadian tadi malam, saat dia mengancam ayahnya dengan membiarkan dirinya kelaparan hanya karena ingin bertemu Win. 

Dan puncaknya malam ini, karena Win sudah menelpon dan menyuruhnya makan, Xaverio makan banyak, jadi dia tidak bisa menggunakan cara kelaparan lagi untuk mengancam ayahnya.

Ate too much? Tadi memang dia menyuruh anak itu untuk makan lebih banyak saat di telpon, jadi apakah ini salahku? 

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang