“Ini pertama kalinya Xaverio menggambar orang,” suara Bright menyela pikiran Win yang sedang melanglang buana, matanya menatap gambar yang sedang dipegang Win.
“Really? Then I’m honored!” Win berkata sambil tersenyum lebar, memamerkan deretan giginya yang rapi, membuat Bright yang melihat senyum itu seketika membeku. Sweet smile……
Tiba-tiba suara ponsel Win yang berdering menginterupsi suasana hangat itu. Manager Win, Linda, menghubunginya. Belum sempat Win mengucapkan kata ‘halo’ suara nyaring Linda sudah terdengar.
“Metawin, opening ceremony untuk film terbarumu akan berlangsung siang ini, tepatnya jam dua belas siang di Ritz Hotel. Don’t be late!”
“Apa? Siang ini? Hari ini?”
“Ya. Acaranya siang ini.”
“Sis Linda, kenapa baru mengabariku sekarang? Ini hampir jam sebelas!”
“What do you mean? Bukankah aku mengabarimu sejam sebelumnya?” Linda menjawab dengan sarkas.
“Satu jam mungkin tidak akan cukup waktuku untuk kesana, belum lagi aku harus dress up dan sedikit makeup…”
“That’s your problem, not mine. Aku sibuk, jadi aku harus menutup telepon ini sekarang!”
Suara tut tut langsung terdengar dari seberang telpon, sesaat Linda selesai mengucapkan kata-kata itu.
“Linda!!! F*** you!! This mf!!! Win memaki Linda sambil melemparkan ponselnya ke sofa.
Keheningan melingkupi ruangan itu, dan Win membeku. Bright dan Xaverio terdiam membeku.
Win mengusap wajahnya, membenci dirinya sendiri saat tersadar ucapannya, berharap saat itu juga ada lubang di depannya, jadi dia bisa bersembunyi di dalam lubang tersebut.
He had been to impulsive, lupa bahwa sekarang dia berada di kediaman Bright dan disitu bahkan masih ada Xaverio.
Dia tidak peduli tentang bertingkah seperti well-bred young master didepan Bright, tapi akan berdampak buruk jika Xaverio mempelajari hal yang tidak baik darinya.
“Uhuk…uhuk,” Win terbatuk kecil. “Little Sun, let’s pretend you didn’t hear anything just now! Kamu tidak bisa meniru cara Uncle memarahi orang seperti itu, karena yang Uncle marahin bahkan bukan orang!” Win menjelaskan dengan serius pada Xaverio.
Xaverio mengedipkan matanya beberapa kali, kemudian mengangguk tanda mengerti.
Kilatan rasa lucu melintas di mata Bright. “What happened?”
Win mengatupkan rahangnya. Dia mulai menjelaskan bahwa acara opening ceremony untuk filmnya akan digelar siang ini. Dan sekarang hampir jam sebelas dan managernya baru mengabarinya sekarang. Dari rumah Bright menuju Ritz Hotel akan memakan waktu kurang lebih lima puluh menit. Dia tidak akan punya waktu untuk makeup tipis sekalipun.
“Am I supposed to appear on camera bare-faced?” Win bergumam lirih.
“Why not? You’re pretty enough as it is.”
Win tertegun sejenak. He never thought Bright would say such words, dan dia menggeleng kepalanya malu.
“Ughh, thank you Mr Bright untuk pujiannya… tapi untuk events semacam ini, its only polite to be dressed properly. Dan yang jadi masalah aku tidak punya pakaian yang pantas untuk dipakai, dan akan ada banyak paparazzi disana. Ahhhh, so frustrating…”
“Wait a moment.” Bright mengangkat tangannya menyuruh Win tidak usah khawatir, dan membawa ponselnya ke teras, menjauh dari Win untuk menghubungi seseorang.
Sepuluh menit kemudian, seseorang bergegas mendekat, terengah-engah.
“CEO Walton, barang yang Anda minta semuanya ada disini. Do we start now?” Orang yang baru saja datang itu memakai ripped jeans dan atasan katun, di telinga kirinya ada tindikan warna biru tua yang mencolok.
Win terkejut saat melihat, orang ini terlihat familiar. Tentu saja yang dimaksud Win dengan ‘familiar’ adalah dia kenal orang itu, tapi orang itu tidak mengenalnya.
Orang ini adalah Leon, bernaung dibawah Astro Enterprise dan dikenal sebagai Tangan Dewa, dan stylist pribadi dari raja film, Brandon Frank.
Orang ini sangat terkenal, a small artist seperti dirinya hanya mampu mengagumi Leon dari jauh!
“This is?” Wajah Win penuh dengan kecurigaan.
“Kau tidak mengenalnya?” Bright bertanya pada Win.
“This is the famous Leon, tentu saja aku mengenalnya! I meant why did you call him over..”
“Dia disini untuk menjadi stylist-mu.” Kata Bright dengan ekspresinya sedikit lembut.
Garis-garis gelap menghiasi dahi Win saat dia mendekat dan berbisik ke telinga Bright. “You… you would actually make Astro Enterprise people style me? Are you kidding? Tidakkah kau tahu aku artis dari GMM Ent’? Astro and GMM are practically enemies!”
“So what?” Bright memasang ekspresi CEO sombong. Wajahnya seakan berkata : Dia anak buahku! Aku bahkan bisa membuat dia menghilang dari dunia ini hanya dengan menjentikkan jari!
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...