Ren sudah akan menerobos masuk ke ruangan untuk menyelamatkan Win, ketika dia melihat situasi di dalam sudah berbalik 180 derajat, dan dia hanya bisa berdiri melongo disana.
“Single-handedly… dan bahkan dengan sebuah pistol! Holy shit! Jika aku tidak salah, itu adalah sebuah Beretta 92F! Darimana dia mendapatkan senjata itu?” Ren terkesima.
Tiba-tiba Ren teringat kejadian tadi dan sebuah pikiran menyedihkan melayang di benaknya setelah itu; kesempatan keduanya hari ini untuk menyelamatkan seseorang telah gagal lagi!
Di dalam rumah, Ojan menatap tajam pistol yang berada di tangan Win, takut apabila dia akan melepaskan tembakan lagi jika sedikit saja terprovokasi seperti tadi. Dia tidak memberinya kelonggaran untuk bereaksi sama sekali, how cruel!
“Aku…aku… aku mengatakan yang sebenarnya! Every single word is true! Jika tidak, biarkan langit menyambarku dengan guntur dan kilat!”
Win tidak mengatakan apapun, dan dia tidak tahu apakah Win mempercayai perkataannya atau tidak. Win memutar pistol di tangannya dengan lihai.
My little granduncle! Please don’t set it off accidentally! Ojan berteriak dalam hati. Dia hampir ngompol di celananya saat menonton aksi Win, lalu bertanya dengan gugup. “Apakah… apakah kamu ingin aku membuat bukti palsu dengan menyebutkan nama seseorang… jika kamu mau aku menyebut Luke Plowden, maka Luke Plowden-lah orangnya! Tanpa syarat! Aku akan melakukan apapun yang kamu mau tanpa syarat! Siapa pun yang kau ingin namanya aku sebutkan!”
Bukti palsu?
He wanted concrete proof!
Win mengarahkan moncong pistolnya pada dagu Ojan dan berkata, “Beri aku nomor rekening bank dari orang yang mengirimkanmu uang, dan email yang kamu terima.”
“Okay, okay, itu semua ada di dalam laptopku, aku akan pergi dan mengambilnya! Tapi emailnya anonim dan akun banknya dari luar negeri, jadi mungkin itu tidak berguna untukmu…” Ojan meraih laptopnya dari bawah selimut, dan menunjukkan email juga detail dari pengirim uang.
Win memeriksa semuanya untuk memastikan tidak ada masalah, dan berkata, “Laptop ini sekarang adalah milikku, apa kau punya masalah dengan itu?”
Ojan menggeleng dengan cepat, “No, no, Granduncle is free to take it! Apapun yang mau kau ambil, ambillah!”
Win tertawa dingin. Heh, statusnya meningkat dari big brother menjadi granduncle.
Bajingan seperti ini tidak akan mendengarkan alasan, dan jika kamu memberinya satu inci saat mendiskusikan kondisi, dia akan mengambil satu mil. Dia bahkan lebih licik daripada yang kamu bayangkan saat bermain trik, jadi satu-satunya cara untuk menghadapinya adalah melawan api dengan api.
Setelah kembali ke Bangkok, ini adalah kali pertama Win menggunakan pistol ini. Tidak mungkin dia tidak gugup, tapi dia seorang aktor yang baik, dan selama dia berpura-pura dia sedang berakting, dia akan langsung tenang. Dia hanya memilih peran sebagai seorang psikopat pembunuh untuk bermain, dan sepertinya hasilnya sangat memuaskan.
Akting adalah passion-nya dan karirnya, dan juga cara dia melindungi dirinya sendiri.
“Then, Granduncle, apakah ada yang lain?” Ojan menyadari Win belum juga pergi, dan dia menelan ludah dengan gugup.
Win menatapnya seolah sedang berpikir untuk mencincangnya. “Mm… let me think…”
“Think…think about what?”
“Of course I’m thinking… whether I should kill you to silence you. Bagaimana jika kamu berbalik lalu mengatakan pada orang-orang bahwa aku memaksamu untuk membuat pengakuan?” Win berkata blak-blakan, ekspresinya sangat serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...