71

1.3K 115 1
                                    

“Mmmmmphh….” Suara erangan keluar dari mulut Win, secara naluriah ingin melarikan diri, tetapi tangannya ditangkap dan kakinya dijepit oleh lutut Bright, seolah-olah dia memintanya…

Situasi aneh macam apa ini????

Hanya sampai Win hampir tidak bernafas karena kurangnya pasokan oksigen di paru-parunya, Bright akhirnya melepaskan bibirnya dan pindah kembali ke lehernya tempat di mana dia baru saja menggigitnya. Lidahnya yang panas membasahi lukanya, seolah mencoba menenangkannya, tapi aksi itu membuat Win merinding…..

“Bright…hey, Bright…” Win memanggil namanya beberapa kali, tapi tak ada reaksi selain sibuk dengan tubuh Win. 

Bright saat ini, bukanlah Bright yang gentlemen seperti biasanya, dan juga tidak memiliki kelembutan yang dia kenal. Gigi-gigi tajam itu meluncur penuh hasrat dari lehernya ke tulang selangka, dan bahkan lebih rendah…..

“No…no…!”

Kenangan yang tidak aktif dalam benak Win mulai bangkit untuk menelannya, seperti rawa tebal yang menariknya tak terelakkan, membuat tubuhnya bergetar dan kejang.

Just as it hurt so much that Win wanted to die, gerakan di atasnya tiba-tiba berhenti, meninggalkan tubuh seberat dan sekokoh gunung yang menekannya, tidak bergerak. 

Perasaan yang dalam dan mencekik itu menghilang seketika, membuatnya sangat bingung…

“Bri…..Bright?” Win mencoba menepuk pundak pria itu, tapi tidak ada respon sedikitpun. 

Setelah sepuluh detik, masih juga belum bergerak. Dengan hati-hati, Win mencoba membalikkannya ke samping dengan lembut. 

Dengan cahaya bulan yang masuk melalui jendela, dia melihat pria itu berbaring dengan damai dengan mata terpejam, seperti seorang raja yang tertidur lelap, seolah-olah hewan buas yang menakutkan dari sebelumnya bukanlah dia sama sekali. 

What the hell, what was going on?

“Don’t tell me…. was he sleepwalking?!” Win bergumam pada diri sendiri. 

Sepertinya ini satu-satunya penjelasan yang masuk akal. Tapi bukankah sleepwalking-nya Bright agak terlalu unik? Datang ke kamarnya larut malam, menggigitnya seperti vampir, dan bahkan bisa mengobrol dengannya?

Nafas Bright panjang dan stabil, sepertinya dia benar-benar tertidur sekarang. 

Win tidak berani membangunkannya, kalau-kalau dia mulai bertingkah gila kembali, tapi dia juga khawatir meninggalkannya seperti ini. Tapi di larut malam seperti ini, siapa yang bisa dimintai pertolongan?

Setelah beberapa pertimbangan, satu nama terlintas di benaknya. Dia kemudian mengambil ponselnya dan menelepon Ren. 

“Hello, Nong Winnie! Wow! You actually calling me pada jam segini! What’s happened, what’s happened? Suara Ren sangat keras, seolah-olah dia sedang berteriak. 

Awalnya Win khawatir menghubunginya selarut ini akan mengganggunya, tapi suara dari ujung telepon Ren terdengar sangat lively dan bising di latar belakang. Sepertinya dia berpesta semalaman. 

“Ren Damian, call me Winnie again and I will smack your head when I see you!” Win mengatupkan rahangnya kesal mendengar Ren memanggilnya Winnie.

“Sorry, Nong. I won’t tease you na! Jadi ada apa kamu menghubungiku, Nong?” tanya Ren dengan serius.

“Ren, let me ask you something!”

“Ask, ask!”

“Your brother…”

“My brother what, what?”

😤 Apakah orang ini sebuah recorder? He was repeating everything!

Win terdiam sebentar, dan bertanya dengan cemas: “Apakah kakakmu menderita sleepwalking?”

Karena Win sedang berbicara di telepon, dia tidak menyadari bahwa pria yang sedang berbaring di sampingnya menegang secara halus mendengar pertanyaan yang Win ajukan pada Ren. 

Bright hanya mendapatkan ide ini untuk bisa keluar dari situasi ini, dia tidak pernah berpikir Win akan menghubungi adiknya. Jika secara kebetulan Ren si bodoh itu membuka mulutnya….

He would break his legs!!!!

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang