Masih terbatuk, Win menatap dengan marah pada Bright seolah dia adalah bajingan tengik. Raut wajahnya terlihat seperti kelinci yang sedang marah.
Win terlihat cute saat marah membuat Bright tertawa pelan, matanya pun berbinar. Dia mematikan rokoknya dan menghembuskan semua asapnya sebelum menoleh dan membungkuk ke arah Win dan menutupi bibir Win dengan bibirnya.
Insting pertama Win adalah kabur, tapi tangan Bright menahan pinggangnya yang ramping, dan suara rendah dan serak terdengar di telinganya. “Aku akan melakukannya dengan pelan kali ini.”
Dan sebelum Win bisa mencerna semuanya, dia merasakan sebuah ciuman yang ganas beraroma tembakau. Ciuman itu membuatnya bingung dan pusing, seolah melayang di udara.
Satu-satunya hal yang masih membuatnya sadar adalah pria yang sedang menciumnya sekarang lebih berbahaya dari rokok.
Tiba-tiba sandaran kursinya diturunkan, dan tubuh panas seorang pria menutupinya.
Win hampir tidak bernafas, oksigen dalam paru-parunya seolah menghilang dan tubuhnya terasa tenggelam, dalam dan semakin dalam, sampai ke dasar lautan…..
Saat Bright merasa pemuda yang berada dibawahnya tidak bergerak, ia mengangkat kepalanya dan melihat Win sudah jatuh tertidur, bahkan mendengkur pelan….
Mata Bright yang tadinya sempat memerah berubah normal kembali, dan kemarahan yang masih berkobar di hatinya menghilang sama sekali. Apakah dia sudah gila? Menganggap serius orang yang sedang mabuk……
Ini bahkan baru tiga hari! Mereka baru mengenal satu sama lain selama tiga hari. What was he rushing for?
His attraction to this sweet boy made no sense.
Pertama kali dia melihatnya, dia sudah memiliki crazy feeling bahwa dia telah dihidupkan kembali.
Walaupun mereka belum pernah bertemu sebelumnya, dia merasa Win adalah seseorang yang dia kenal di masa lalu.
Saat dia menggendongnya di gudang bar, dia merasa lengkap, seolah-olah Win adalah hal yang hilang sebelumnya di dunianya.
Bright menginginkan Win, all of him, for his own, dan tidak ingin menunggu walau sedetik pun.
Bright tidak bisa kehilangan pemuda ini, jadi menunggu adalah satu-satunya pilihan untuknya.
Bright meraih selimut dan bantal dari belakang, menyesuaikan suhu AC sebelum berbaring di samping Win, mencium kening Win dan berbisik lembut, “Goodnight, my cutie.”
……………….
Early next morning.
Win terbangun dalam pelukan hangat seseorang. Dia menggosok matanya pelan, dari jendela di atas kepalanya, terlihat dedaunan hijau, sinar matahari mengintip dari celah-nya dan menghangatkan tubuhnya, suara kicauan burung terdengar….. Where was he?
Dia melihat sekeliling dan terkejut menemukan dirinya tertidur di dalam mobil — atau lebih tepatnya, di pelukan Bright.
Oh my freaking God!!!! Dia….. dan….Bright Walton… in the car…
Win bergegas bangun, kepalanya membentur atap mobil dengan keras.
Damn it!!! What the hell happened last night? Why did he have to deal with all this crap right after waking up?
Sangat sulit untuk tidak salah paham untuk apa yang dilihatnya!
“What are you thinking?” Suara serak Bright terdengar.
Win menggigit jarinya gugup, otaknya berputar, dan menjawab tanpa berpikir, “I’m wondering if I really had car sex with the Big Demon King last night… itu akan sangat mengerikan….”
“Big Demon King….car sex…? If that was really the case, you think you would still have energy to jump around dan membayangkan hal-hal konyol keesokan paginya?” Bright terdengar seperti sedang menggertakkan giginya.
“AHHH–” Win baru sadar Bright sudah bangun. Dia melompat kaget, dan hampir membenturkan kepalanya lagi. Untungnya, Bright dengan cepat menutupi kepalanya dengan tangannya yang besar dan kuat.
“Mister… Mister Walton…”
“Use my name.” Bright terdengar sedikit dingin.
Win memanggilnya “Mister Walton” ketika dia menyembunyikan sesuatu darinya, dan memanggilnya ‘Master Bright’ ketika tidak ingin membuatnya kesal, dan dia membenci keduanya.
Mungkin Win hanya berimajinasi, tapi dalam semalam, dia merasa bahwa Bright entah bagaimana sikapnya terlihat berbeda…
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...