Minnie Walton memperhatikan anak dan cucunya. Sepasang ayah dan anak itu duduk diam, dengan tubuh yang kaku seperti kayu. It really broke her heart.
“Bright, did you hear what I said? And what’s going on with Little Sun? Dia belum makan sama sekali. My baby darling is only staring at the cellphone!”
Ren berkata pada ibunya bahwa Xaverio sedang menunggu panggilan dari seseorang. “He is waiting for the pretty uncle’s call!” Tapi karena sedang mengunyah makanan, kata-kata Ren jadi kurang jelas terdengar.
Ibunya bingung dan bertanya, “What pretty uncle?”
Ren melambaikan tangannya, “Aiyaaa, dad and mom, you don’t have to worry. Kakak sudah menemukan seseorang yang disukainya.”
Orangtua mereka terkejut tapi tidak mempercayai ucapan Ren. “Are you telling the truth? Jangan berbohong pada kami! Ibunya menunjukkan ekspresi mengancam. Tidak berbeda dengan istrinya, Mr. Sunny dengan wajah serius meletakkan sumpitnya, mengamati Ren.
“Why would I lie? this is the truth! Jika kalian tidak percaya, tanyalah pada Kakak!”
Mr. Sunny: “Bright, apakah yang dikatakan adikmu benar?
Mrs. Minnie: “Bright, why don’t you say something?”
Bright: “Yes.”
Mrs. Walton rasanya akan mati karena ketidaksabaran, seperti menunggu setengah hari hanya untuk mendengar satu kata “Yes”. Geregetan rasanya menghadapi anak sulungnya ini. “You brat, why can’t you say more than one word? Berbicara denganmu rasanya sia-sia saja!”
“Is that so?” Bright menjawab ibunya.
Great, so he could say more than one word.
Ibunya masih terus mencecar Bright dengan pertanyaan seputar ‘pretty uncle’. Ibunya mencurigai bahwa itu hanya akal-akalan dari Bright saja, agar terhindar dari bahasan tentang pasangan. Bahkan ibunya sempat keceplosan bertanya apakah Bright benar-benar bisa “tegang” atau memang rumor yang beredar tentang “impoten” itu benar adanya.
Ren tertawa terpingkal-pingkal saat mendengar pertanyaan ibunya, dia bahkan hampir terjatuh dari kursi kalau saja Bright tidak cepat menahannya. Wajah Bright memerah menahan amarah.
“Off course orang itu ada Mom, bahkan dia sangat cantik dan menarik. Little Sun likes him so much that he’s even waiting for his call!!” Ren berkata setelah tawanya reda.
Ketika mendengar apa yang dikatakan Ren, Minnie terlihat sangat senang. Dengan antusias bertanya siapa namanya, dari keluarga mana dia berasal, berapa umurnya, apa pekerjaannya, bahkan meminta dikenalkan kepadanya secepatnya.
Ren yang melihat ibunya terlalu excited langsung memotong perkataan ibunya. “Calm down, Mom! Nothing has ever happened between them yet. Kami belum memberitahu Mom tentang semua ini, karena kami takut Mom akan ikut campur dan merusak semuanya!”
Jika mereka tahu tentang Win dan mencari tahu siapa dirinya, tentang reputasinya yang kurang baik dan fakta bahwa Win bekerja di entertainment industri, rencana mereka pasti akan gagal.
Sunny yang sedari tadi diam akhirnya bersuara. “Since Bright likes this person, then he must be decent. Don’t worry too much.”
“What don’t worry? Aren’t you worried yourself? Siapa yang kepikiran sampai-sampai tidak bisa tidur di malam hari, dan merokok di teras?” Istrinya tanpa ampun mengexposed suaminya.
Tapi setelah mendengar perkataan suaminya, dia merasa tenang.
“Bright’s standart is so high, the one he likes must be pretty good. Even Xaverio likes him.”
Setelah semua orang diam, ponsel yang dipegang Xaverio sepanjang malam akhirnya berbunyi. Itu adalah Bright’s personal cell phone. Jadi tidak banyak orang yang mengetahui nomor tersebut.
Ren buru-buru menghampiri untuk melihat siapa yang menelpon, dan nomor Win yang tertera di layar.
Minnie dengan antusias bertanya apakah itu calon menantunya yang menghubungi. Ren menjawab dengan anggukan dan membantu Little Rio untuk menjawab panggilan, karena dia belum tahu caranya menggunakan ponsel. Bright sudah pernah membelikannya sebelum ini, tapi Xaverio tidak menyukainya, dan entah dimana ponsel itu sekarang.
Disaat yang sama, semua orang di meja makan terdiam dan fokus mereka tertuju pada panggilan tersebut.
Ren dengan tidak tahu malunya, menempelkan telinganya pada ponsel untuk menguping.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...