Gadis-gadis yang menonton di lokasi mulai menggila lagi. “Ahhhhh! Jeff bondage play! In my dreams I want to tie Jeff up and throw him onto the bed!”
“What are you so excited about, you’re not the one going up there later!”
“I’m so mad! I’m so mad! Why does it have to be that hateful Win?!”
“Seriously, it sucks, can’t Jeff tell the director to switch him out? Win doesn’t deserve Jeff at all!”
………….
“Ahem….” Champ coughed to signal for everyone to be quiet, dan menepuk tangannya lalu berseru, “Okay, everyone get ready! Three, two, one, action!”
Win terlihat tidak terpengaruh sedikitpun dengan omongan-omongan orang di sekitarnya. Sesaat setelah mendengar kata-kata sutradara, mata Win tiba-tiba berubah. Matanya seperti mata gadis berusia 16 tahun, clear and lively. Ekspresi malas dan peduli setan di wajahnya juga sempurna. Dia mengangkat keliman pakaiannya, mengangkat satu kaki, dan menendang pintu kamarnya hingga terbuka.
Kamera kemudian berpindah pada Jeff.
Melihat seorang pria muda dengan tangan dan kaki yang terikat, berbaring di atas tempat tidur yang beralaskan selimut merah, warna itu membuat wajahnya terlihat lebih pucat dan lemah, benar-benar membuat orang ingin mencabulinya.
Mendengar tendangan di pintu, dokter Han perlahan membuka matanya, dan memandang dengan bingung ke arah gadis muda yang mendekati tempat tidur, siluetnya melawan cahaya.
Tine duduk di samping tempat tidur, dan dari dadanya, dia mengeluarkan sebuah pouch kecil yang terbuat dari kertas minyak. “Sugar-fried chestnuts from the Siam building, I had to queue for an hour to buy them. Want any?”
Dokter Han menoleh ke samping dan memejamkan matanya, menolak untuk merespon Tine.
Tine mengupas sebuah chestnut dan melemparkannya ke dalam mulutnya dengan mengulas sebuah senyuman. “Not eating? Then I’ll feed it to you! And I’ll do it in a way that makes you shy…”
“You….” Dokter Han langsung membuka matanya yang penuh dengan kemarahan dan humiliation. “How can you be so shameless as a girl?”
Tine meliriknya dari samping dan menaikkan alisnya. “Shame? What use is shame? Can shame slay your enemies, or get you a daughter-in law?”
Wajah dokter Han penuh dengan kemarahan. “The Arc family has been loyal for generations, your ancestors always fought on the frontlines, but you…. kamu membuang waktumu being a good-for-nothing and tyrant, bagaimana bisa kau menghadapi leluhurmu?”
Tine sudah bosan mendengar tentang ceramah ini dari orang-orang sekitar, jadi dia memasukkan jarinya ke telinganya. Kemudian berkata lagi masih sambil mengunyah, “You’re so old and still unmarried; among the three ways to be unfilial, tidak menikah dan tidak punya keturunan is the worst. Can you face your ancestors?”
Dokter Han sangat marah mendengar Win memelintir kata-katanya kembali padanya, dan berkata dengan tegas, “This and that are two different things. Terlebih lagi, aku memiliki ambisi di luar ini!”
Tine mengokohkan dirinya di tepi tempat tidur dengan satu kaki dan mencambuk dokter Han berulang kali dengan cambuk yang dipegangnya di satu tangan. Akhirnya ia mengangkat dagunya dengan gerakan yang tidak lembut atau kasar. Ekspresi di wajahnya seperti rubah kecil yang licik dan nakal. “Dokter Han, bagaimana dengan ini? I’ll be your wife. When I become your wife, then I’ll listen to everything you say. If you want me to go east, I won’t go west. Jika kau ingin aku belajar menjadi lebih baik, aku juga dengan patuh akan menurutinya. This way, won’t we all be able to face our ancestors?”
Dokter Han tercengang, dan kilatan urgensi melintas di wajahnya. “You…don’t talk nonsense!”
Tine tampak seperti telah menemukan dunia baru. Dia semakin mendekat ke arah dokter Han sampai wajahnya hampir tepat berada di atas wajah pria itu. “Hmmm? Doctor Han, you’re blushing! You actually like me, don’t you? Jadi kenapa kita tidak melakukan sesuatu yang tak bisa dibatalkan?”
“Cut —”
Sampai suara sutradara berseru ‘cut’, semua orang penuh dengan antisipasi. Mengapa mereka berhenti, why don’t they continue?! We want to keep watching! Kami ingin melihat what cannot be undone, done!
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...