87

1.2K 113 3
                                    

Syuting akan segera dimulai. Set sudah sesuai untuk adegan yang akan diambil, cuaca pun sangat mendukung. Para aktor yang akan terlibat dalam adegan ini sudah berada pada tempatnya masing-masing. 

Setelah mengganti kostumnya, Jeff tanpa diduga sedikit gugup. Walaupun dia dan Win pernah pacaran sebelumnya, dia bahkan belum pernah menyentuh jari Win, apalagi menciumnya. Dia tidak menyangka ciuman pertamanya dengan Win bukanlah pada saat mereka masih dalam relationship, tapi saat mereka berakting. 

Jeff baru akan menarik nafas dalam-dalam, untuk menenangkan hatinya, tapi tiba-tiba punggungnya dipukul dengan keras dari belakang. Itu Win dengan kostumnya dan makeup yang membuatnya terlihat sangat muda. Dengan santainya, Win merangkul pundak Jeff dan bertanya: “What’s the matter, blondie? Jangan bilang kamu nervous?”

“Get lost! Who’s nervous! Aku sudah banyak melakukan adegan kissing bahkan lebih banyak dari nasi yang kau makan!” Jeff menyingkirkan tangan Win dari pundaknya dengan kasar, tapi pundaknya terasa terbakar. 

Pada saat itu, K’Champ mendatangi mereka berdua dan berkata dengan gelisah. “We can’t clear the film site, will the two of you be okay?”

Biasanya, saat ada adegan seperti ini, tempatnya akan dikosongkan dari orang lain, jadi hanya yang terlibat dalam scene itu yang tinggal, untuk menghindari para aktor merasa malu sehingga mereka bisa berakting dengan baik. 

Wajah Win terlihat rileks dan hanya mengedikkan bahunya. “I’m okay! Senior Jones says he has filmed more kissing scenes than I have eaten rice, jadi tidak perlu mengosongkan lokasi!”

Champ tertawa terbahak-bahak. “Then let’s start!” Setelah mengatakan itu, dia berkata lagi untuk menenangkan mereka. “Karena ciuman ini sangat penting dalam keseluruhan film ini, I’m going to ask more of you. But after all, kalian berdua baru mulai saling mengakrabkan diri satu sama lain, jadi tidak masalah jika kalian tidak bisa melakukan ini dengan benar pertama kali, kita akan melakukannya dengan pelan. Tidak apa-apa jika kalian mencobanya beberapa kali!”

Mendengar perkataan sutradara jika mereka bisa mencobanya beberapa kali, bibir Jeff melengkung. Dia tidak merasa tenang sama sekali, sebaliknya, jantungnya mulai berdegup kencang.

What the actual hell, it’s just a kissing scene, Jeffrey! Kenapa jantungmu malah berulah! Jeff memaki dirinya sendiri dalam hati.

…….

Tidak ada satupun yang menyadari, di atas kepala mereka, beberapa mini HD camera drones terbang melayang di udara. Apalagi, kurang dari seratus meter dari lokasi syuting, sebuah mobil hitam terparkir dengan tenang di sudut jalan. 

Di kursi belakang mobil, beberapa bingkai adegan diproyeksikan dengan jelas ke layar. 

Bright dalam balutan setelan berwarna hitam, kemejanya dikancing dengan rapi sampai ke atas. Jari-jarinya yang panjang berada di dahinya, dan dari pupil matanya yang gelap memantulkan cahaya dari layar di hadapannya. Dia menatap dalam diam seorang pemuda yang muncul di layar setelah berganti kostum. 

Di sampingnya, Ren menjulurkan kepalanya keluar dari mobil untuk melihat keadaan sekitar, kemudian melihat kembali ke layar yang ada di dalam mobil. Wajahnya penuh kebingungan. “Kak, apakah Kakak hanya akan menonton mereka seperti ini, dan tidak akan melakukan apapun? Lalu bukankah lebih baik bagimu untuk tinggal di rumah? Ini diluar nalar, Kak! Bukankah ini hanya akan menyiksa Kakak?”

Ren menatap ketakutan pada profil sempurna kakaknya dalam cahaya redup, dan bergumam pelan, “If you don’t explode in the silence, you’ll die in it…. tapi mengapa aku punya bad feeling tentang ini!”

After all, dia tumbuh besar bersama Bright, dan dia sangat memahami kepribadian kakaknya, juga mengenal tabiat kakaknya dengan sangat baik. Dari luar, kakaknya ini mungkin terlihat sangat dingin, proud dan tidak menginginkan apapun, when in fact, dia sangat posesif terhadap apapun yang dianggapnya sebagai teritorinya. 

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang