5

2.1K 191 5
                                    

Sementara itu, di dalam ruangan VVIP Rowel Bar, suasananya begitu tegang. Pemilik bar, manager, security, dan semua staff berdiri dalam satu barisan, gemetar ketakutan seolah sedang menghadapi bahaya besar. 

Semua itu karena sang pewaris muda Walton Corp, Bright Darius Walton’s precious son, hilang di bar itu.

Bright duduk di sofa dengan ekspresi yang dingin. Dia seperti patung es, tanpa sedikitpun emosi, tapi dia memancarkan aura penuh tekanan, sehingga semua orang dalam ruangan itu merasa lutut mereka gemetar, dan keringat dingin mulai bercucuran. Tidak ada satupun yang berani bersuara.

Dikakinya, seorang pemuda sedang menangis sambil menyeka air mata dan ingusnya. “Kakak, maafkan aku, this is all my fault! Tidak seharusnya aku membawa Xaverio ke bar! Jika sesuatu terjadi padanya, aku tidak akan bisa hidup lagi!”

Sesaat setelah dia mengeluarkan kalimat itu, sebuah tendangan melayang ke dadanya. Suara tulang retak membuat merinding. Menyebabkan semua yang ada di ruangan tersebut gemetar ketakutan.

Ren mencengkram dadanya, terbatuk-batuk, sebelum kembali mendatangi Bright. 

Saat ini, orang tua mereka sedang berlibur ke luar kota, jadi mereka tidak mengetahui kalau Little Rio hilang. Jika mereka tahu, bukan hanya sebuah tendangan seperti yang kakaknya lakukan, tapi mereka pasti akan mengulitinya hidup-hidup. 

Ren sudah merasa sangat putus asa dan sedih, ketika tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu.

Pemilik bar yang berdiri dekat pintu, segera membukanya tapi merasa aneh karena tidak terlihat siapapun. Tapi ketika menunduk, dia tertegun. “Tuan…Tuan Muda!!!”

“Little Rio..? Oh My God! Little Sun! Little Rio! My Xaverio! My Darling! Where have you been?” Ren melompat berdiri dan langsung memeluk erat Xaverio. Dia sungguh emosional, masih menangis dengan ingusnya yang mengalir bebas. 

Semua orang di ruangan itu bernafas lega seolah-olah mereka selamat dari bencana. 

Bright berjalan beberapa langkah ke pintu. Dia menarik Ren pada kerah bajunya dan menyingkirkannya ke samping. Kemudian berlutut dan bertanya pada putranya. “What is it?”

Lolos dari cengkraman pamannya, Rio meraih tangan Bright dan buru-buru menariknya ke depan. Mendekat ke arah anaknya, Bright tidak hanya mencium aroma wine, tapi juga aroma lain yang samar, tidak seberat aroma parfum tapi lebih ke aroma segar bunga yang menyejukkan. It gave him a sense of vague familiarity, but also a small dose of fear.

Menyadari ayahnya tidak bergerak, Rio menunjuk ke salah satu arah dengan jari kecilnya, dengan wajah yang penuh kekhawatiran. Bright mengangkat anaknya dan menggendongnya, kemudian mulai berjalan ke arah yang ditunjuk anaknya. 

Di belakangnya, orang-orang mulai bertukar pandang dan dengan tanpa daya mengikutinya. 

Lima menit kemudian, rombongan itu berdiri di depan pintu gudang di lantai atas.

Xaverio memutar tubuhnya berusaha turun dari gendongan Bright dan setelah itu dia mulai memukul-mukul pintu gudang dengan tangan kecilnya. 

“Ada apa, Xaverio? Ada apa di dalam sana?” Dahi Ren mulai berkeringat. 

Tanpa ekspresi, Bright berkata, “Open the door!” 

“Yes, yes, yes!” Pemilik bar berkata sambil menganggukkan kepalanya, kemudian menoleh pada manager di sampingnya. “Manager Sandra, kenapa kamu masih berdiri di situ? Cepat buka pintunya! Dimana kunci-kuncinya?”

“Ah…buka..buka pintu?” Sandra berkata dengan gugup. 

Sialan!! Win masih di dalam! Dia sudah berjanji pada Linda untuk mengurung Win, sampai audisi itu selesai besok. 

Namun, dengan kehadiran bosnya dan dua dari Walton’s masters di sini, dia tidak bisa berkata tidak. Dia hanya bisa gemetar dan membuka pintu gudang itu. Setelah pintunya terbuka, semua orang bisa melihat seseorang terbaring di lantai tidak sadarkan diri. 

“Apa ini? Kenapa bisa ada seseorang di sini?” Pemilik bar berteriak dengan marah. 

“Saya..saya tidak tahu Boss! Saya sudah mengecek area ini sebelumnya tapi tidak ada seorangpun disini!” Sandra berkata gugup berusaha membela dirinya.

“Hurry up! Let’s just save him first and then discuss it!” 

Saat itu, seseorang berlari ke arah Win. Xaverio melemparkan tubuhnya ke atas Win, dengan ekspresi galak, tidak membolehkan siapapun mendekati Win.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang