Sunyi langsung menyelimuti ruangan itu.
Setelah beberapa lama, Win berusaha untuk mencairkan suasana, dia menelan ludahnya dengan susah payah, dan berkata dengan lucu mencoba mengganti topik. “Haha… Lord Boss, tembakanmu benar-benar jitu! Awesome, awesome! Tapi sayang sekali, Boss, vas itu pasti sangat mahal, kan?”
Mata Bright masih tetap menatapnya dingin. “Jika kamu tidak ingin membicarakannya, you don’t have to.”
Win menundukkan kepalanya dan dengan bibir cemberut dia berkata lirih. “Tapi ekspresi wajahmu seolah berkata jika aku tidak mengaku, kau akan memutuskan semua hubungan denganku, you’re not being sincere at all.”
Selain mengaku untuk keringanan hukuman, memangnya dia punya pilihan lain? Win menarik nafas dalam, dan hanya bisa menjelaskan seluk beluk masalah ini. “Aku sudah mengatakan padamu tentang masalah prop, bukan? Ketika aku melukai Luke tanpa sengaja? Sekarang si prop master itu bilang bahwa aku yang menyuapnya untuk mengutak-atik prop-nya, isn’t he pushing me towards death? Hanya dengan satu pernyataan darinya, bukan hanya karirku yang hancur, aku juga bisa di penjara!”
Bright menatapnya: “So?”
Win terbatuk, dan dengan pelan berkata, “So I forced that guy to tell the truth!”
Melihat sikap acuh tak acuh Win, wajah Bright berubah semakin mendung. “Metawin, apakah kau tahu yang kau lakukan itu sangat berbahaya? You’re alone…”
“I know, I know!” Win memotong perkataan Bright, sambil menundukkan kepalanya. “Tapi bukankah aku memaksanya melakukan itu karena aku tidak punya pilihan lain? Kau tidak mengenal Ojan. Pria itu penjahat dan bajingan mesum, aku hanya bisa melakukan metode simple dan kasar seperti ini untuk berurusan dengan tipe orang seperti itu!”
“Aku sudah pernah mengatakan ini sebelumnya, kau bisa mencariku jika kamu butuh pertolongan. Sebaliknya, kau memilih cara yang berbahaya daripada bicara padaku?” Mata Bright penuh dengan kekecewaan.
Entah mengapa, untuk alasan yang dia sendiri tidak ketahui, ekspresi di mata Bright membuat hati Win seperti tertusuk, berdenyut nyeri.
Ini pertama kalinya Bright marah padanya, dan Win gelisah. “No, no! I…”
Win menarik nafas, menenangkan dadanya yang terasa sesak. "I’m just… aku hanya… sudah terbiasa seperti itu…"
Aku sudah terbiasa menyelesaikan semua masalahku sendiri, aku terbiasa untuk tidak bergantung pada orang lain, sambungnya lagi dalam hati.Mereka berdua terdiam kembali, tenggelam dalam pikiran masing-masing.
“Hey, tapi, bagaimana kau tahu aku membawa pistol?” Win tiba-tiba ingat, dan bertanya dengan curiga.
“Smell.” jawab Bright masih dengan wajah dingin.
“Eh, so that’s it! Apakah itu bau mesiu? Aku tidak menyangka Lord Boss memiliki indra penciuman yang begitu tajam, hehehe…”
Wajah Bright masih tetap sedingin es, seperti es yang berumur ribuan tahun. Beku! Pujian Win gagal.
Win lalu berkata dengan putus asa, “Bright, ini bukan karena aku tidak ingin memberitahumu, sungguh, tapi untuk hal sepele seperti ini, kau tidak perlu bertindak secara pribadi. Kalau tidak, bukankah ini sama saja dengan menggunakan godam untuk menghancurkan kulit kacang? Tapi sekarang, aku benar-benar butuh bantuanmu dengan yang satu ini! You definitely must, must help me! Aku sudah memikirkan ini over and over again, dan hanya kau yang bisa membantuku dalam hal ini! If you won’t help me, I’ll pester you to death!”
Kali ini, meskipun Bright masih terlihat dingin, dia akhirnya menatap Win. “Speak.”
Win sedikit lega, lalu buru-buru berkata: “It’s like this! Walaupun aku punya pengakuan Ojan dan email serta detail dari uang yang ditransfer, bukti itu hanya bisa dipakai untuk menghilangkan kecurigaan terhadapku, dan tidak bisa membantu mengidentifikasi orang di balik ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...