Selama ini Bright mengira bahwa DK adalah salah satu dari mantan pacar Win. Tapi mendengar perkataan orang tersebut tadi, apakah dia dan Win masih bersama? Jika tidak, kenapa dia menggunakan kalimat itu ‘have a foot in both camps’?
Memikirkan kemungkinan ini, wajah Bright langsung berubah menyeramkan. Tapi dengan cepat dia menenangkan dirinya, pikirnya kabar itu belum tentu benar. Lagipula, besar kemungkinannya orang tersebut sengaja berkata seperti itu untuk menyerang love rivalnya.
“Bright, aku sudah mengoleskan obatnya! Are my things here?” Suara Win tiba-tiba membuyarkan lamunannya.
“Yes.” Bright came to himself, and took Win things in.
Setelah Win berganti pakaian, Bright berjalan masuk lagi. Win merasa lebih nyaman ketika sudah memakai pakaiannya kembali. Suasana di ruangan itu pun sudah tidak canggung dan aneh, jadi Win melepas penutup matanya.
Sesaat setelah penutup matanya lepas, dia melihat Bright menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca. Tanpa sadar Win menyentuh wajahnya dan bertanya bingung, “What’s wrong?”
Bright duduk di ranjang. “Can you tell me about yourself, Metawin?”
“About me? What about me?”
“Anything is fine.” kata Bright.
Win yakin Bright sengaja mencoba mengalihkan perhatiannya, jadi dia berpikir sejenak sebelum berkata, “Kalau begitu, izinkan aku menceritakan tentang kampung halamanku!”
Itu bukan jawaban yang diharapkan Bright, tapi itu hanya menggunakan cara yang berbeda untuk mencapai tujuan yang sama, dan pasti akan mengarah ke hal itu. Lagipula, it was the only time, dan juga pertama kalinya, dia akan berbicara tentang dirinya di hadapan Bright. Bright akhirnya mengangguk mengiyakan.
“Bright, ada sebuah tempat namanya Desa Koh Kret di luar kota Bangkok. Do you know it? Mm, it’s so small, you definitely wouldn’t!”
“I do, the scenery is not bad. Film “Times” syuting di sana, kan?”
Ketika Win mendengarnya, dia menjadi bersemangat. “Yes, yes! Ternyata kamu tahu! Ada adegan di film itu dimana main leadnya making love di tengah-tengah ladang gandum, syutingnya di desa kami!”
Uh, damn making love! Why did he mention these words at this time! Metawin! Stop your damn mouth! Maki Win dalam hatinya. Dia terlalu banyak bicara sampai lupa tentang topik making love!
Win langsung menghentikan pembicaraannya yang berbahaya. “Uhuk…. the main point is that because the town isn’t develop, lingkungannya masih bagus dan udaranya bersih juga segar!”
“A few years ago, Rem made some noise about going fishing there, tapi aku sangat sibuk dengan pekerjaanku waktu itu, jadi aku tidak pergi,” Bright berkata dengan nada sedikit menyesal. Jika dia pergi kesana saat itu, mungkinkah dia bertemu Win lebih awal?
In a sense, Ren really was the matchmaker for him and Win. Walaupun dia tidak pergi, tapi tetap bertemu Win setelahnya. Itu karena Ren membawa Little Rio ke bar dan everything else happened. Maybe it was destiny?
Hmmm, Ren perlu diberi reward saat pulang nanti, Bright berkata dalam hati.
“Then if you have the chance, kamu harus kesana, paling tidak sekali, aku jamin kamu tidak akan kecewa! Aku yang akan jadi your guide then!” Ketika bercerita tentang hometown-nya, wajah Win penuh kegembiraan, tapi perlahan menjadi gelap. “Lebih dari dua puluh tahun yang lalu, udaranya masih lebih baik lagi. Saat itu, banyak orang kaya yang datang untuk berlibur, dan bahkan ada yang datang karena kehamilan mereka, including the Plowden family’s madam, Susan Zhang-Plowden.”
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...