Penasaran dengan apa yang sedang dilakukan para gadis, Jaemin pun menghampiri mereka sambil memperhatikan luka dikaki Yangyang "Loh, kok diolesin revanol?" celetuknya, membuat semua orang dikerumunan tersebut menoleh termasuk sang pemilik luka
Melihat Jaemin ada disana, seketika beberapa orang pun tersenyum senang "Nahh, ini baru nih─ pakarnya, calon dokter" sahut Yuhi, seperti menemukan titik terang
"Ini ketimpuk batu kan?" tanya Jaemin, membuat mereka semua mengangguk dengan kencang "Kenapa dikasih revanol, siapa yang ngasih revanol?" tanyanya, seraya menahan diri untuk tidak menertawakan
"Lili yang ngasih─ mo apa lo!" sentak Ana, membuat laki-laki itu langsung terdiam tanpa kata "Mampus, kicep kan" ledeknya, puas
Tanpa berkata apapun, Jaemin melangkah kembali ke tendanya untuk meraih tas camping miliknya, lalu kembali ke kerumunan anak gadis ditikar dengan selembar koyo "Ngga usah dikasih revanol... lukanya ngga sobek, percuma ngga bakal ngebantu apa-apa" gerutunya, sambil melepaskan bagian belakang koyo
"Kalo ada balsem mendingan dioles balsem aja, atau kayu putih" kata Jaemin, seraya berjongkok hendak menempelkan koyo tersebut "Luka memar tanpa goresan, butuh sesuatu yang bisa nyerap ke dalem pelan-pelan" tambahnya, kali ini malah menatap Lili padahal tangannya sibuk menempelkan koyo dipunggung kaki Yangyang
Lili yang merasa kesal karena secara tidak langsung telah disalahkan pun, hanya membuang muka dengan perasaan campur aduk "Udah, selesai" kata Jaemin, seraya menepuk kaki Yangyang sebelum bernajak berdiri
Laki-laki itu meringis, namun tidak bersuara "Ehh, jan ditabok napah─ kasian sakit gitu" yang mengomel bersuara malah para gadis, seakan bisa merasakan bagaimana sakitnya memar dikaki Yangyang tersebut
"Udah gapapa, thanks btw udah tanggungjawab sama kaki gue" kata laki-laki itu, sambil mulai beranjak juga untuk segera kembali ke habitatnya "Thanks juga sama lo─ Jae?" tanya Yangyang, sejenak melupakan nama yang harus disebutkannya
"Jaemin" tambah Jaemin, membantu mengingatkan laki-laki itu dengan senyuman penuh keikhlasannya
"Ohh, iya thanks Jaemin" kata Yangyang
"Sama-sama" sahut Jaemin lagi, sudah mulai menerapkan visi dan misi dari mahasiswa kedokteran dimana dalam kalimatnya tertera, tidak boleh memilih-milih orang dalam hal mengobati ataupun menyembuhkan
Setelah Yangyang pergi dengan tumpukan ranting kering dan kaki pincangnya, para gadis juga berhamburan mengurusi kegiatan mereka masing-masing, Lili yang masih dalam mood setengah menyesal terlihat memasuki hutan sambil menunduk, membuat Jaemin yang memperhatikannya jadi tertarik untuk mendekatinya karena khawatir atas kondisinya
"Jaem" tapi, saat baru akan melangkah menyusuli, Haechan menepuk pundaknya tiba-tiba "Ngapain sih lo bantuin tuh orang─ kan lo tau dia sapa" omelnya, membahas masalah luka dikaki Yangyang
"Ya elah chan, masa mau bantu aja harus pilih-pilih sih─ udahlah, damai" kata Jaemin, yang masih terlihat khawatir "Udah ah, gue mau susulin Lili dulu" pamitnya, buru-buru berlari memasuki hutan sebelum kekasihnya itu menghilang lebih jauh lagi
Sampai didalam hutan, Jaemin langsung menemukan kenampakkan seorang gadis dengan jaket cokelat susunya itu tengah meraih dedauan kering yang ada dikakinya "Lil..." Jaemin menghampirinya dan menyapanya perlahan
"Apa?" sahut Lili, bukannya menatap laki-laki itu tapi malah berjongkok untuk meraih lebih banyak dedaunan kering, biasanya mereka dipakai untuk memancing nyalanya api ditumpukan kayu, lalu akhirnya perlahan-lahan menjadi api unggun
Jaemin yang merasa bersalah entah mengapa pun, hanya mulai mengantungi tangannya disaku celana, lalu menandangi Lili dari atas sana "Lagi marah yah... karena apa kalo boleh tau?" gerutunya, perlahan-lahan karena tidak mau salah sangka atau sampai menyakiti gadis itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Putih Abu!
Teen Fiction"Kalau masa SMA lo cuma putih abu aja, coba diteliti ulang. Siapa tahu warna lain lagi sembunyi di suatu tempat!" @Nadarayoo, 2018