Putih Abu #Spesial 03 (Tentang SMP final)

1.3K 52 38
                                    

Jeno terdiam bingung melihat riwayat panggilan dilayar ponselnya terputus begitu saja, laki-laki itu mendengar dengan jelas kalau Ana menyemangatinya, tapi entah mengapa ia tidak diberikan celah untuk sekedar mengatakan ucapan terimakasih

"Aneh" gumamnya, seraya berjalan memasuki masjid lalu kembali menaruh ponsel dibaskom, karena sudah menjadi tradisi kalau selama latihan tidak boleh ada yang memainkan benda tersebut atau sibuk sendiri, kecuali ada telepon yang dirasa penting

"Ana ngomong apa, no?" tanya Jaemin, menjadi perwakilan teman-temannya yang padahal juga penasaran

"Kata-kata Mama semua─ dia cuma nyampein pesen" kata Jeno, tanpa memberitahukan yang selebihnya

"Yahh elahh, gak asik" sahut Eric

"Tipeng ah" celetuk Haechan, satu-satunya yang tidak percaya kalau Ana hanya menyampaikan hal tersebut "Kagak mungkin nyampein pesen ampe bikin senyum-senyum─ eh, malahan ketawa tadi, terus pipinya merah"

"Nahhh, setuju" sahut Jaemin

Terbongkar sudah, Jeno yang tidak bisa berbohong pun akhirnya tersenyum sambil membuang mukanya "Ea-eaaa kan, apa gua bilang... orang mesra-mesraan gitu" ledek Haechan lagi, membuat masjid jadi ramai lagi

"Ehh, udah disuruh adzan sama Kang Bayu─ katanya digoogle udah waktunya isya" ucap Chenle, yang tadi sempat bertukar pesan dengan pembinanya lewat whatsapp

"Oke, sapa yang mau adzan? Silahkan..." kata Renjun, bergerak mundur membuat teman-temannya menghela nafas

"Elo Ren, giliran lo kan" sentak Jisung, tiba-tiba saja asal menunjuk orang sambil mendorong tubuh Remjun membuat yang lain juga jadi ikut-ikutan mempush laki-laki itu

"AH, IYA-IYA UDAH STOP" protes Renjun, tidak suka tubuhnya disentuh-sentuh apalagi dipaksa begitu "Ih, chan─ suara gua serak, chan" keluhnya, padahal sudah menyentuh mikerofon

"Jan banyak alesan, Haechan lagi jaga suara buat lomba besok... udah lo aja buruan!" kali ini satu pasukan membela Haechan, membuat Renjun jadi makin terdesak saja

"Hahah, mampus Ren" ledek laki-laki itu, puas

Melihat Renjun tak kunjung mulai, Chenle pun bergerak maju menyingkirkan laki-laki itu dengan segera "Lama lo, udah gue aja" ucapnya, dengan tegas membuat yang lain langsung menyorakinya

"Widihhh, sultan mau adzan─ persiapan hujan emas guys" kata Haechan lagi, membuat seisi masjid jadi makin berisik

"Amin ya Allah" sahut Jisung, seraya menadahkan kedua tangannya takut-takut emas memang benar-benar turun saat Chenle sedang adzan

###

Siti merebahkan dirinya diranjang setelah melaksanakan sholat isya, gadis itu tiba-tiba kepikiran soal cerita teman-temannya saat ditempat makan cepat saji tadi

Diam-diam ia jadi membayangkan, ternyata jadi Ira sangatlah sulit dimana ia harus berjuang keras demi mendapatkan hati seorang Jisung, sedangkan dirinya bisa semudah itu berada didekat laki-laki yang menjadi kesulitan dari masalah Ira tersebut

Harusnya, Siti bersyukur dan tidak menutup dirinya dengan banyak alasan seperti sekarang ini, karena dibalik kemudahannya, ada pula orang lain yang berjuang keras menghadapi kesulitan untuk melelehkan bongkahan es yang membalut hati seorang Jisung

"Ahh!" tapi, semakin dipikirkan semua itu malah semakin membuatnya bingung "Gue suka sama Jisung... nah, Jisung bilang suka sama gue... dia ngajak pacaran, sedangkan gue masih mikirin setuju atau ngga" gerutu Siti, meringkas semua masalah hidupnya

"Ini jatohnya egois yah kan? Udah tau kalo suka ya tinggal ngaku aja, karena dia juga udah ngaku, terus kenapa lo masih sok-sokan ngegantungin cowok ganteng, tinggi, baik, perfect luar dalem kek begitu?! Riyanti Andini, kenapa anda bodoh sekali?" omel Siti, untuk seorang Riyanti atau lebih tepatnya dirinya sendiri

Putih Abu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang