Arc 1 Chapter 38 : Monster Gurun

1.2K 150 12
                                    

[Raul PoV]

Kemarin malam tidurku tidak nyaman sekali. Aku harus tidur di sebuah gua yang ada di sebuah tebing bebatuan tidak jauh dari tempat Valeria dan aku berpisah sebelumnya.

Berbicara mengenai Valeria, saat ini dia sedang berlari dari kejaran tiga ekor kadal gurun besar yang mengejarnya dari belakang. Tampaknya gadis berambut hijau itu meninggalkan perlengkapan yang ia bawa sebelumnya agar dapat berlari lebih cepat.

Sudah hampir satu jam aku melihatnya tanpa henti dikejar kadal-kadal itu sambil menikmati sarapan pagiku di atas bebatuan ini.

Sedari tadi, Valeria tidak menggunakan sihirnya untuk mengalahkan kadal-kadal itu. Dugaanku saat dia tertidur semalam, seekor kalajengking Pinktail menyengatnya hingga mengakibatkan ia tidak dapat menggunakan sihirnya saat ini.

Aku sengaja tidak langsung menyelamatkannya saat mendapati ia sedang dikejar sekumpulan monster. Aku ingin dia mengingat pelajaran ini agar selalu tetap berhati-hati jika berada di alam liar.

Aku sudah memperingatinya sore kemarin tentang menyisir area tempat istirahat untuk memastikan tidak ada monster yang dapat membahayakannya di saat ia tertidur.

Akan tetapi, sangat wajar untuknya lengah ketika kondisi tubuhnya sudah sangat kelelahan. Manusia biasanya cenderung mengendurkan perhatiannya pada sekitar di saat tubuh sudah merasa lelah dan ingin segera beristirahat.

Terkadang aku juga melakukannya setelah pulang bekerja. Aku saat itu lupa mengunci pintu saking ingin cepatnya tidur yang membuat seorang pencuri dengan mudah masuk ke kediamanku pada kehidupan sebelumnya.

"Well ... Sepertinya sudah saatnya untuk menyelamatkannya sekarang."

Aku melihat wajah Valeria sudah memerah, nafasnya terlihat sudah tidak teratur dan langkah kakinya terlihat sudah berat.

Mengaktifkan sihir Acceleration, aku melesat dengan cepat lalu menghunuskan pedangku.

- Kreyaa...!

Kadal gurun itu melompat hendak menerkam Valeria dari belakang.

"Leaping Slash!"

Salah satu kepala kadal gurun itu terpotong lalu jatuh ke tanah. Darah segar mengucur membasahi sepatu akademiku.

- Kreya...!

Dua kadal yang tersisa melompat ke arahku.

Dengan sigap aku menghindar lalu menusuk leher salah satu kadal itu kemudian mengangkat pedangku hingga kepalanya terbelah menjadi dua bagian.

Melihat kedua rekannya tewas dengan mudah, satu kadal terakhir kemudian melarikan diri dengan cepat meninggalkan kami berdua.

"Kau tidak apa-apa?" tanyaku seraya menyarungkan pedangku kembali.

Valeria tidak menjawab pertanyaanku, dia hanya terduduk sambil menunduk memeluk kedua lututnya. Sepertinya, dia tidak ingin memperlihatkan wajahnya padaku saat ini.

Apakah dia merasa malu atau semacamnya karena aku melihatnya dalam kondisi menyedihkan ini?

Tebakanku sepertinya benar ketika mendengar suara tangisan dari Valeria.

"Ini semua salahmu ... "

Aku mendengarnya menggumamkan hal itu.

Well ... Sejujurnya jika aku tetap bersamanya semalam tadi dan menjaganya maka kejadian seperti ini tidak akan terjadi. Akan tetapi, aku tidak bisa melakukan hal itu. Valeria harus belajar dari kesalahannya dimulai dari sekarang sebelum bencana yang sesungguhnya datang terjadi.

Ini seperti seorang orang tua yang tidak ingin melihat anaknya kesusahan dalam hidup namun mereka harus tetap mengajari mereka bagaimana kerasnya kehidupan itu demi masa depan mereka.

I'm a Villain In My Own Game?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang