Arc 3 Chapter 28 : Muncul Gelap

678 121 1
                                    

[Ariel PoV]

Darah ... Entah mengapa aku masih bergetar ketika menyentuh maupun melihatnya secara langsung.

"Oaaakk! Oaaakkk! Oaaakk!'

Terdengar teriakkan bayi menangis, seorang bidan baru saja mengeluarkan bayi itu dari rahim ibunya keluar hidup ke dunia ini. Kepalanya dilumuri darah, matanya yang tertutup, di saat bayi menangis orang yang ada disekitarnya juga menangis bahagia.

Ini menandakan bahwa sang Bayi hidup.

Namun, semuanya tiba-tiba terdiam, hanya suara tangisan bayi yang menangis terdengar. Seorang pria kemudian mendekatiku dan berteriak, suara tidak dapat kudengar.

"Sister Ariel! Tolong sembuhkan istriku!"

Tersadar, aku kemudian melihat seorang wanita yang penuh keringat dengan mata tertutup bernafas dengan berat. Aku mendekat lalu berlutut, melihat darah yang bercucuran diantara kedua kakinya.

Aku sedikit ragu untuk melakukannya lalu menoleh ke bidan tersebut, "Tolong, bisakah Anda membukanya?"

Sang Bidan mengangguk lalu menyerahkan bayi itu kepada sang Ayah.

Walaupun aku sudah bisa menghilangkan keraguanku akan tindakan kekerasan, namun aku masih belum terbiasa dengan darah manusia yang kusentuh.

Aroma darah menandakan seseorang sedang terluka, seseorang sedang sekarat, kita menemukan sebuah mayat.

Tidak ada hal yang baik jika kau melihat darah di sekitarmu. Akan tetapi ... Setelah melihat kelahiran bayi ini, ketidaksukaanku terhadap darah menurun.

"Aku sudah membukanya, Sister," kata sang Bidan.

Mengumpulkan Mana di tangan kanan, aku mulai membaca mantra penyembuhan akibat luka robek.

"Healing Magic ... Green Cure!"

Memasukkan tanganku pada Vag si Ibu, sebuah cahaya berwarna hijau kemudian muncul, membuat robekan yang ada di dalam mulai menutup.

Untuk Priest lain, prosedur ini akan memakan waktu lima menit. Akan tetapi, aku memiliki penguasaan sihir Divine yang lebih baik sehingga butuh satu menit saja untuk menyelesaikannya.

Menarik tanganku kembali, terlihat sang Ibu sudah tidak terlihat kesakitan, nafasnya juga normal dan tidak ada tanda-tanda trauma padanya.

"Biarkan sang Ibu beristirahat, dia pasti sangat lemas setelah kehilangan banyak darah tadi," ucapku pada sang Ayah.

Sihir penyembuh hanya meregenerasi bagian yang terluka saja dan tidak dapat mengganti darah yang hilang sebelumnya.

"Terima kasih banyak, Sister Ariel! Kau selalu membantu warga desa selama berada di sini," kata sang Ayah.

Aku hanya tersenyum mendengarnya dan mengangguk lalu mulai pamit untuk meninggalkan rumah ini. Akan tetapi, saat aku hendak keluar rumah, sang Ayah kembali memanggilku sambil mengais bayinya yang baru lahir.

"Sister Ariel, tunggu sebentar," ucap sang Ayah membawa bayinya ke hadapanku. "Maukah Sister Ariel memberi nama depan untuk bayi kami?"

Aku terkejut mendengar permintaannya, "Aku tidak keberatan dan merasa terhormat, Tuan. Tetapi, mengapa Tuan ingin saya memberi nama anak kalian?"

"Aku percaya Sister Ariel adalah orang yang hebat dan suatu saat akan pergi meninggalkan desa ini dan menjadi Priestess paling terkenal di Kekaisaran!" seru sang Ayah. "Kami ingin, Sister memberikan nama anak kami sebagai kenangan yang ditinggalkan Sister. Selain itu kami juga bisa pamer bahwa kelahiran anak kami disaksikan langsung olehmu! Kurasa hal itu akan membuat anak ini bangga."

I'm a Villain In My Own Game?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang