Arc 3 Chapter 4 : Menuju Margraviate Cataluna

848 140 9
                                    

[Brian PoV]

Dimana aku ...?

Bagaimana pertarungannya ...?

Membuka mata, entah mengapa aku berada di ruangan yang gelap, terdengar suara badai yang kencang dan hujan yang deras.

Tunggu dulu ... Kurasa aku familiar dengan tempat ini.

Bukankah ini Soul Room-ku!? Akan tetapi, mengapa tempatnya menjadi gelap dan mengerikan seperti ini?

Sebuah kilauan cahaya keemasan tiba-tiba muncul di hadapanku, membuat tempat ini sedikit lebih terang.

Seseorang keluar dari cahaya itu, dia adalah ... Master Pendragon—Guider-ku di dalam Soul Room ini.

"Halo, Brian," sapa Master tersenyum padaku. "Ada apa denganmu?"

"Master! Kenapa tempat ini jadi mengerikan seperti ini?" tanyaku padanya. "Apa yang sebenarnya terjadi."

"Harusnya aku yang bertanya, Brian," jawab Master seraya menyentuh pundakku. "Keadaan Soul Room seseorang merupakan cerminan dari jiwanya sendiri."

Master lalu menjelaskan padaku bagaimana Soul Room bekerja.

Tempat ini adalah cerminan dari seseorang, Soul Room akan terang dan menjadi tempat yang nyaman jika suasana hati dari jiwanya stabil maupun tenang. Akan tetapi, jika jiwa pemiliknya sedang kacau, maka Soul Room mereka akan menjadi tempat yang mengerikan dan lebih sulit untuk melakukan peningkatan Profound Codex.

"Jadi, apa yang membuat hatimu sedang buruk saat ini?" tanya Master.

Aku hanya bisa tertunduk merespon pertanyaannya itu.

Benar sekali, aku dikalahkan olehnya dalam duel itu, duel yang mempertaruhkan keselamatan Ariel. Bagaimana aku bisa kalah darinya? Sihirku lebih superior, teknik berpedangku lebih matang darinya dan sihirku lebih bagus.

Dalam pertarungan, aku juga selalu unggul. Namun, di saat-saat terakhir entah mengapa dia dapat membalikan keadaan dan dapat melancarkan serangan sekuat itu.

"Brian, aku tidak dapat membantumu jika kau tidak cerita apapun padaku," kata Master yang kembali membujuk. "Sudah tugasku sebagai Guider untuk membantumu menghadapi berbagai masalah."

Aku lalu memberitahu Master tentang kejadian sebelumnya, mengenai wanita bernama Ariel, hubunganku dengannya dan Pria yang sangat kubenci—Raul de Garcia.

"Hah ... Dasar anak muda," kata Master seraya menghela nafas dan menggeleng-gelengkan kepalanya setelah mendengar ceritaku.

"Mengapa Master berkomentar seperti itu? Apakah kau juga pernah mengalami hal yang sama denganku?" tanyaku padanya.

"Hanya dengan masalah seperti ini saja tekadmu sudah goyah, perjalananmu sebagai seorang Pahlawan akan lebih berat dari ini!" ucap Master dengan tegas menegurku. "Akan tetapi, pria bernama Raul de Garcia yang kau ceritakan ini terdengar menarik."

"Dia hanya bangsawan biasa, dia bahkan tidak pernah menggunakan Nature Mananya saat bertarung. Bahkan semua mengira dia tidak memilikinya karena tidak ada yg pernah melihat dia menggunakannya," ungkapku pada Master.

"Tapi, dia bisa mengalahkanmu walaupun tanpa menggunakan Nature Mana," balas Master menyindirku.

Aku tidak bisa berkata apa-apa membalas ucapannya, itu karena dia memang mengalahkanku dalam duel kali ini. Aku juga mengingat kata-kata terakhir yang dia ucapkan padaku.

'Jangan pernah berbicara lagi dengan Ariel'

Bagaimana mungkin aku melewati semua ini tanpa berbicara dengan Ariel?

I'm a Villain In My Own Game?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang