[Ezio PoV]
Perutku mual ...
Aku sedari dulu tidak pernah suka berlayar dengan kapal seperti ini.
"Ueeeghh ... Marcela ... Apa perjalanan kita masih jauh?"
Aku mengeluarkan sisa-sisa sarapan pagi yang ada di perutku ke sungai. Rasa mual ketika berada di atas sebuah kapal itu memang sangat tidak mengenakan.
"Sebentar lagi sampai kok," jawab Marcela seraya mengusap-usap tengkukku. "Kurasa dermaganya sudah terlihat."
"Ughhh ... Kenapa Kapten Siena lebih memilih rute sungai daripada rute darat sehingga kita tidak perlu secara bergantian mengantar semua pasukan!?" tanyaku heran dengan keputusan Kapten.
Selain menghemat waktu dan meminimalisir resiko kecelakaan, bergerak menggunakan jalur darat juga kita bisa lebih leluasa jika melihat musuh datang.
"Itu karena jika kita bergerak menggunakan jalur darat, maka unit Reconnaissance musuh akan dengan mudah mendeteksi kita," jawab Marcela. "Ketika kita menggunakan rute sungai ini, di darat akan ada pasukan Patrol yang menjaga agar Unit Reconnaissance musuh tidak mendekat ke sungai dan mengetahui keberadaan kita."
Meskipun begitu, kuharap kami tidak sering-sering menggunakan rute sungai maupun laut ketika hendak melakukan operasi penyerangan.
Beberapa menit kemudian, kami tiba di dermaga Desa Bitola. Butuh waktu satu jam lebih untuk menurunkan semua pasukan yang berada di masing-masing kapal.
Kapten Siena kemudian memberi pasukan yang baru saja turun waktu untuk istirahat selama dua jam sebelum melakukan pergerakan menuju Benteng Kota Regium untuk merebutnya kembali setelah kekalahan kami saat itu.
Selama waktu istirahat, aku menghabiskan waktu mengobrol bersama para senior yang tergabung dalam Squad Cavalier.
"Jadi, apa kau sudah mengalahkan seorang Ksatria, Ezio?" tanya salah satu senior padaku.
Mendengar pertanyaan dari Senior, aku cukup malu untuk menjawabnya karena aku kalah telak saat itu oleh seorang Ksatria.
Menyadari hal ini, aku menjadi terkagum dengan para senior yang mampu mengimbangi mereka dalam pertarungan walaupun tanpa sihir.
"Walupun belum dapat mengalahkan mereka, namun aku mampu memberikan perlawan yang berarti pada para Ksatria itu!" jawabku padanya. "Senior, bagaimana kalian bisa mengimbangi ksatria-ksatria itu ketika bertarung?"
Para Senior yang mendengar pertanyaanku kemudian tersenyum.
"Dengar Ezio, kau harus hafal dengan kombo-kombo yang digunakan oleh ksatria dari berbagai negeri agar bisa mengimbangi pergerakan mereka walaupun mereka jauh lebih kuat dan cepat menggunakan sihir," jawab salah satu Senior.
"Benar sekali, karena kami tahu langkah dan serangan apa yang akan mereka gunakan, maka kami bisa mengcounter atau tahu kemana harus menghindar dari serangan para ksatria itu," tambah Senior yang lain.
Begitu, kah? Itulah mengapa Kapten Siena selalu menggunakan sihirnya walaupun sedang melatih kami-para rekrutan baru Squad Cavalier!
Setelah asyik mengobrol dengan para senior, tak terasa dua jam telah berlalu. Kapten Siena kemudian memerintahkan seluruh pasukan untuk berkumpul di depan desa untuk siap bergerak menuju Kota Benteng Regium.
"Kalian semua, dengar dan perhatikan aku berbicara," ucap Kapten Siena yang saat ini berjalan di depan barisan pasukan menatap kami semua.
Entah mengapa, sosoknya kali ini terlihat lebih berkarisma dan anggun daripada sebelumnya. Rambut hitamnya yang bagaikan gelap malam itu tertiup angin yang berhembus di tempat ini. Tatapan matanya yang tajam kepada kami bagaikan tatapan serigala yang hendak memimpin kawanannya untuk melakukan perburuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a Villain In My Own Game?
FantasyGenre : Isekai, Action, Adventure, Romance Tag : Isekai, Academy, Knight, Magic, Saint, Anti-Hero, Hated-Protaginost, Empire, Noble, Politic * Bukan Novel terjemah, ini Karya Orisinilku Asli Kalian bisa Support aku di link ini ya .... https://saweri...