Arc 3 : Epilog

765 115 3
                                    

[Melissa PoV]

Satu hari setelah penyerangan, sekitar sepertiga bangunan kota hancur. Kedai minumanku termasuk yang mengalami kerusakan di bagian atap belakang.

Saat ini, aku sedang berjalan di jalanan kota menuju kedaiku untuk membereskan barang-barang.

Terlihat beberapa tim medis sedang mengumpulkan darah ke rumah-rumah warga untuk digunakan terhadap orang-orang yang butuh transfusi darah setelah terluka akibat pertempuran kemarin malam.

Selain itu, banyak orang yang sedang membersihkan puing-puing bangunan yang hancur juga. Sepertinya, akan memerlukan waktu beberapa bulan untuk kota ini bisa kembali pulih.

Dengan tidak stabilnya wilayah ini, kurasa rencana kami nanti akan lebih mudah.

Sejujurnya, kami sudah mengumpulkan data yang cukup mengenai daerah ini dan sekitarnya. Saatnya untuk kembali dan menyusun strategi berdasarkan informasi yang telah kami dapat.

sesampainya di dalam kedai, terlihat tempat ini sangat sepi tidak seperti hari-hari biasanya dipenuhi para warga yang mengobrol dan meluangkan waktu di sini.

Terutama kelompok pria itu, mereka pasti sedang sibuk hari ini.

Aku lalu mengumpulkan barang-barang yang harus kubawa, aku tidak ingin meninggalkan jejak yang tidak perlu di tempat ini.

- Tok! Tok! Tok!

Terdengar suara ketukan pintu saat aku sedang merapikan barang-barangku.

"Masuklah."

Pintu terbuka, terlihat seorang pria berambut hitam bersama seorang wanita dari tim medis memasuki kedai yang kumiliki.

"Ah, Kapten Raul. Ada yang bisa kubantu?" tanyaku padanya.

"Kau terlihat sedang merapikan barang-barangmu, Melissa. Apa kau akan kembali ke kampung halamanmu di Grand Duchy Wiena?" tanya pria berambut hitam itu.

"Benar sekali, ayahku tidak ingin aku berada di sini saat keadaan masih tidak stabil," jawabku padanya.

"Sayang sekali, kami tidak akan bisa mencicipi minuman buatanmu lagi," kata pria itu terlihat menyesal. "Akan tetapi, sebelum kau pergi, bisakah kau mendonorkan darah pada kami? Kau tahu, sihir penyembuhan bisa meregenerasi luka yang di dapatkan tapi tidak dapat mengganti darah yang telah hilang dari tubuh."

"Baiklah, kuharap aksi kecilku ini dapat membantu warga kota."

Mendengar jawabanku, pria berambut hitam itu tersenyum lalu memerintahkan wanita dari tim medis itu untuk segera melakukan prosedurnya.

Aku lalu duduk di sebuah kursi dan meletakkan tanganku di atas meja dan membiarkan wanita itu melakukan pekerjaannya.

Menoleh ke samping, aku melihat pria berambut hitam itu tersenyum bahagia seraya menatapku.

"Ada apa?" tanyaku padanya.

"Tidak, aku hanya senang kau selamat dari pertempuran kemarin, Melissa," jawabnya.

Tidak lama kemudian, prosesi penarikan darahnya telah selesai. Keduanya kemudian pamit dan berterima kasih padaku karena telah bekerja sama.

"Semoga perjalananmu menyenangkan sampai tujuan, Melissa," kata Pria berambut hitam itu.

"Terima kasih, kuharap kita bisa bertemu lagi, Kapten Raul," ujarku padanya.

"Oh tenang saja, aku memiliki firasat bahwa kita akan bertemu lagi tidak akan lama."

Keduanya telah pergi, aku memperhatikan punggung pria itu yang perlahan mulai menjauh dan menghilang di tengah keramaian jalanan kota.

Raul de Garcia ...

I'm a Villain In My Own Game?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang