Arc 2 Chapter 8 : Hati yang Rapuh

993 146 6
                                    

[Thomas PoV]

Aku hanyalah anak dari rakyat biasa di sebuah desa penghujung Kekaisaran. Ibuku hanya seorang pengumpul tanaman dan ayahku bekerja sebagai penjual pot tanah liat saja.

Kami hanya hidup seadanya dan aku sama sekali tidak menyangka dapat memasuki akademi paling bergengsi di Kekaisaran.

Namun takdir berkata lain ketika aku berkenalan dengan anak gadis dari seorang Baron yang menguasai desa dimana aku tinggal.

Kami selalu bermain bersama lima tahun lamanya. Dia memiliki impian untuk menjadi seorang Ksatria hebat Kekaisaran. Akan tetapi, tujuannya itu tidak akan bisa ia capai karena memiliki fisik yang lemah sedari kecil.

Tidak ingin melihatnya terus bersedih karena tidak bisa menggapai impiannya, aku membuat sebuah janji dengannya bahwa aku akan menjadi Ksatria seperti yang diinginkannya suatu saat nanti.

Aku mulai sering berlatih saat itu, bekerja di kediamannya sebagai pembersih tanaman untuk mengumpulkan uang agar dapat memasuki sekolah dasar yang bagus di sebuah Kota.

Ketika umurku menginjak 13 tahun, aku pergi meninggalkan desa untuk ikut seleksi sekolah dasar di sana. Gadis itu memberikanku sebuah kalung keberuntungan padaku. Dia juga berharap saat aku kembali nanti, dia bisa melihat seorang Ksatria yang gagah berani sambil menunggang kuda, mengajaknya berpetualang ke berbagai tempat unik yang ada di Kekaisaran.

Singkat cerita, aku berhasil memasuki Sekolah Dasar di Kota terdekat. Selama tiga tahun aku belajar di tempat ini untuk meraih beasiswa agar dapat masuk ke Akademi Grunbelt di ibukota Kekaisaran.

Setiap tahunnya, aku selalu masuk peringkat 5 besar di sekolah ini. Setiap hari aku selalu belajar dan terus belajar untuk meraih beasiswa itu yang hanya diberikan kepada 3 siswa terbaik di sekolah ini.

Pada akhirnya, saat pengumuman kelulusan tiba, aku mendapatkan peringkat tiga terbaik di Sekolah Dasar kota itu yang membuatku berhak masuk ke akademi Grunbelt.

Aku menangis tiada henti saat itu, berjam-jam aku mengucap doa syukur di Kuil Dewi Diana karena telah menjawab keinginanku selama ini.

Setelah mendapat kabar baik ini, aku menulis surat pada gadis itu bahwa aku selangkah lagi dapat mewujudkan impiannya dan menepati janji. Akan tetapi, semua tidak sesuai rencana saat aku masuk akademi Grunbelt.

Di akademi ini, tidak hanya pengetahuan saja yang harus ditonjolkan namun murid-murid haris mempraktekannya secara langsung. Tidak hanya itu, mereka yang masuk ke akademi ini merupakan murid terbaik dari yang terbaik.

Alasanku dapat memasuki akademi ini karena pengetahuanku akan sihir dan teknik-teknik bertarung, namun aku tidak dapat mempraktekannya dengan benar.

Hanya 10 persen murid di akademi ini yang masuk lewat jalur beasiswa dan kebanyakan dari mereka saat ini kesulitan untuk berkompetisi dengan murid yang masuk lewat jalur seleksi.

Mereka selalu mengalahkanku dalam duel, mereka selalu mengungguliku dalam hal fisik, membuatku sedikit putus asa untuk melanjutkan pendidikan di akademi ini.

Bahkan aku hampir dinyatakan tidak layak untuk lanjut ke tahun ajaran kedua.

Menyadari hal ini, aku mencoba masuk ke dalam salah satu klub yang ada di akademi dan mencoba mengambil Kelas Brawler.

Setelah memasuki klub, aku diberi arahan dan pengetahuan agar fokus ke satu gaya bertarung dan mengembangkannya. Walaupun perkembanganku terlihat jelas, tetapi aku masih jauh tertinggal dengan anggota lain yang telah masuk sejak di tahun pertama.

Aku masih selalu kalah jika Sparring dengan mereka, membuat anggota yang ada di klub selalu memandangku dengan rendah.

Puncaknya adalah hari ini, saat aku dikalahkan oleh murid tahun ajaran pertama. Beberapa anggota klub membawaku ke hutan Eldwood dan mulai memukuliku di sana.

I'm a Villain In My Own Game?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang