Arc 1 Chapter 27 : Memasuki Pertambangan

1.3K 187 8
                                    

[Raul PoV]

Aku berjalan ke tempat persembunyianku di pertambangan bagian dalam setelah bertarung dengan Elena. Aku berhasil melumpuhkannya sampai ujian berakhir tetapi ...

Aku melihat tangan kiriku yang terkulai lemas dikarenakan efek dari penggunaan sihir Reject Impact.

Ya ... Tangan kiriku sekarang lumpuh total sampai ujian berakhir. Akan tetapi, resiko ini sangat Worth it mengingat aku dapat mengeluarkan Elena pada pertarungan penentuan nanti besok.

Namun akan cukup sulit bagiku bertarung secara langsung hanya menggunakan satu tangan. Aku berharap, melihat terowongan itu runtuh akan membuat mereka ragu untuk memasuki terowongan yang lain dan memberiku waktu untuk bersiap menghadapi gelombang serangan yang akan datang.

Kurasa aku melihat sepuluh orang yang datang bersama Elena di dalam terowongan. Itu artinya, masih ada sekitar 40 orang lagi yang harus kukalahkan.

Tetapi, aku sudah menemukan cara untuk melawan mereka jika mengasumsikan mereka akan melewati tiga sisa terowongan yang berbeda. Kurasa, masing-masing terowongan akan dipimpin oleh Brian, Geralt dan Valeria.

Kelompok yang dipimpin oleh Brian dan Geralt akan cukup mudah untuk ditangani terlebih dahulu sedangkan Valeria dapat berpikir secara logis meskipun kemampuan kepemimpinannya tidak sebagus Elena.

Sebelum mereka sampai di tempat persembunyianku, sebisa mungkin aku harus mengurangi jumlah mereka setidaknya sampai separuh yang tersisa dari mereka saat ini.

Sesampainya di tempat persembunyianku, aku melihat Ariel yang telah terbangun.

Mata yang indah bagaikan sebuah batu perhiasan yang langka, rambut putihnya yang mulus bagaikan salju di musim dingin, ekspresinya yang melankolis membuat pemandangan yang kulihat bagaikan sebuah lukisan klasik yang dapat dilelang miliaran dollar ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata yang indah bagaikan sebuah batu perhiasan yang langka, rambut putihnya yang mulus bagaikan salju di musim dingin, ekspresinya yang melankolis membuat pemandangan yang kulihat bagaikan sebuah lukisan klasik yang dapat dilelang miliaran dollar hanya untuk mendapatkannya.

Bohong rasanya jika aku sama sekali tidak terpesona akan kecantikan Ariel saat ini.

Menyadari kehadiranku, Ariel menoleh kemari.

"Raul? Apa yang terjadi dengan wajahmu?" tanya Ariel yang menatap pipi kananku. "Aku juga mendengar suara gemuruh yang cukup kencang tadi."

Well... Ternyata bekas pukulan Elena membekas di pipi kananku. Pantas saja tadi itu terasa sakit sekali. Sepertinya Ariel terbangun oleh suara terowongan yang kuruntuhkan sebelumnya.

Aku mengabaikan pertanyaannya lalu duduk bersandar ke sebuah dinding batu untuk mengistirahatkan tubuhku sejenak. Aku harus bersiap untuk pertarungan terakhir nanti di sini.

Memejamkan mata, aku mulai memikirkan kehidupanku setelah memasuki tubuh Raul de Garcia.

Aku tidak tahu apakah Death Flag yang dimiliki tubuh ini sudah menghilang atau hanya berubah dari yang seharusnya. Akan tetapi, sebagai orang yang menciptakan dunia ini, aku ingin mendedikasikan hidupku yang sekarang untuk menghapuskan kemalangan yang akan terjadi akibat skenario yang kami buat.

I'm a Villain In My Own Game?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang