[Brian PoV]
Beberapa bulan telah berlalu semenjak Ariel diangkat secara resmi menjadi seorang Saint ...
Walaupun kami sering bertemu di Kota Suci Notredame dikarenakan aku harus menjalani latihan di sini sebagai seorang Pahlawan umat manusia, aku dan Ariel masih belum bicara secara langsung sama sekali.
Ini karena taruhanku dengan pria itu. Sepertinya memang benar, Putri Elena lah yang memberitahu Ariel keberadaan kami saat itu dan melihatku dikalahkan olehnya.
Ini semua terjadi karena aku masih lemah ...
- Baammm!
Wajahku tiba-tiba terasa sangat sakit, itu karena pedang kayu Kak Lunaria menghantamku dengan keras di pipi kanan.
Benar sekali, saat ini aku sedang latihan bersamanya agar aku bisa lebih matang lagi saat menjalankan misi-misi sebagai Pahlawan umat manusia nanti.
"Ughhh ... Tadi itu sakit sekali, Kak Lunaria," protesku padanya seraya bangkit berdiri.
"Itu salahmu Brian," kata Kak Lunaria yang menatapku dengan wajah datar. "Dengarkan aku, apapun yang kau pikirkan, bagaimanapun suasana hatimu, jangan pernah hilang fokus saat dalam pertempuran, mengerti?"
Aku hanya mengangguk merespon ucapan dari Kak Lunaria.
Pandanganku tertuju pada pedang berwarna kuning yang berada di genggamanku ini. Pedang para pahlawan—Excalibur. Senjata yang hanya bisa digunakan oleh Pahlawan umat manusia.
Melihat kondisiku yang masih lemah seperti ini, entah mengapa aku selalu berpikir bahwa aku tidak layak untuk menggunakan pedang suci ini.
"Lihatlah dirimu, Brian. Terlihat menyedihkan, tidak percaya diri dan lemah."
Kata-kata Kak Lunaria menyadarkan lamunanku. Entah mengapa, kata-katanya sangat menyakitkan bagaikan sebuah pisau yang menusuk dada.
"Sepertinya kau memang tidak layak untuk mengayunkan pedang itu, Brian. Kau mengecewakan semua orang yang telah berharap tinggi padamu."
Tidak, aku bukanlah pecundang. Aku tidak ingin orang-orang yang mengenalku memandang rendah terhadapku!
Aku tidak ingin merasa hina seperti ini lagi! Aku akan buktikan bahwa aku layak untuk mengayunkan pendang suci dan membuat Ariel selalu kagum padaku seperti dulu!
Mengaktifkan sihir Accel, aku melesat ke arah Kak Lunaria lalu melancarkan sebuah kombo serangan ke arahnya. Akan tetapi, semua tebasan dan tusukan pedangku dapat dengan mudah ia hindari dengan gerakan yang sangat minimal.
- Buk!
Tubuhku terjungkal, Kak Lunaria menendang tumit kakiku dengan keras.
Aku kembali tergeletak di tanah dan langit biru masuk ke dalam pandangan mataku. Terdengar suara langkah kaki, wajah Kak Lunaria terlihat menutupi pemandangan langit biru yang sedang kunikmati.
Tatapan matanya sangat datar seperti tanpa emosi sama sekali.
"Sudah kubilang bukan? Jangan hilang fokus dalam pertarungan," ujar Kak Lunaria. "Kau biarkan emosi menguasaimu, membuat pergerakan dan seranganmu mudah sekali dibaca."
Begitu, kah? Jadi dia menghinaku tadi hanya ingin membuat emosiku naik saja, kah? Aku memang masih harus banyak belajar.
"Jangan beri musuh informasi apapun mengenai kondisimu yang sebenarnya, Brian," kata Kak Lunaria. "Mereka akan selalu memanfaatkan informasi apapun baik Emosi, Kelemahan, cara berpikir kita untuk menggunakannya demi mendapat keuntungan dalam sebuah pertarungan, kau mengerti sekarang?"
![](https://img.wattpad.com/cover/356593140-288-k886451.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a Villain In My Own Game?
FantasyGenre : Isekai, Action, Adventure, Romance Tag : Isekai, Academy, Knight, Magic, Saint, Anti-Hero, Hated-Protaginost, Empire, Noble, Politic * Bukan Novel terjemah, ini Karya Orisinilku Asli Kalian bisa Support aku di link ini ya .... https://saweri...