Side Story : Kencan

1.1K 145 8
                                    

[Alisha PoV]

Hari libur telah tiba dan musim dingin mulai mendekat. Sepertinya, tidak ada salju yang turun di sini seperti di negeriku nan jauh di utara.

Orang-orang selatan memang beruntung memiliki cuaca yang hangat sehingga mudah untuk beraktivitas maupun bercocok tanam. Jika di Slavia, sebelum musim dingin kami harus menyiapkan persediaan makanan karena akan sulit mencarinya saat badai salju tiba.

Aku saat ini sedang sendiri berjalan menuju gerbang akademi. Setelah kekalahannya dari Brian, Leon sepertinya merasa segan untuk selalu bersamaku. Dia selalu terlihat sedang berlatih di lapangan arena untuk menjadi lebih kuat.

Bukannya aku tidak senang dia saat ini lebih serius dalam memperdalam kemampuannya, tetapi waktu hidupku hanya tinggal sedikit lagi, sebisa mungkin aku ingin membuat kenangan yang banyak dengan orang-orang terdekatku.

Sesampainya di pintu gerbang utama, aku melihat seorang pria berambut hitam sedang menungguku di sana. Mendengar langkah kakiku, dia kemudian menoleh kemari.

"Bagaimana pagimu, Putri Alisha?" ucap Raul menyapaku.

"Biasa saja," jawabku padanya. "Lalu, mau kemana kita hari ini?"

"Kita akan menuju ke beberapa distrik yang ada di ibukota," jawab Raul. "Apa kau yakin tidak ingin menaiki kereta kuda?"

"Tidak perlu khawatir, dengan berjalan kaki membuatku bisa lebih menikmati suasana ibukota Kekaisaran ini."

Kami mulai berjalan meninggalkan area sekitar akademi. Terlihat jalanan kota ini sangat ramai walaupun sudah memasuki musim dingin.

Harus kuakui, infrastruktur Ibukota Kekaisaran Aragon jauh lebih megah daripada Ibukota Tsardom Slavia. Tidak hanya itu, jalanan di kota ini juga sudah menggunakan Paving Block sama seperti kota-kota di Republik Venetia.

 Tidak hanya itu, jalanan di kota ini juga sudah menggunakan Paving Block sama seperti kota-kota di Republik Venetia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat negeri-negeri lain yang maju dan berkembang pesat membuat suasana hatiku agak berat. Tidak seperti di negeri yang sekarang sedang berusaha membasmi gelombang-gelombang monster yang datang, warga-warga kota yang ada di sini terlihat bersemangat dan ceria penuh rasa aman.

Setelah beberapa menit berjalan-jalan di sekitar kota, kami akhirnya sampai di area yang penuh dengan toko-toko dan restoran mewah.

"Ini adalah distrik perdagangan kelas atas," kata Raul yang berhenti melangkahkan kakinya. "Kau sudah sarapan, Putri Alisha?"

Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala merespon pertanyaan Raul.

"Kalau begitu, mau sarapan di tempat yang kurekomendasikan?" tanya Raul kembali.

Sejujurnya, aku bukanlah tipe orang yang makan di pagi hari. Akan tetapi, kurasa tidak ada salahnya mencicipi kuliner khas negeri luar.

"Tentu saja."

Raul kemudian membawaku ke salah satu restoran yang ada di distrik ini.

Setelah memasuki restoran itu, aku mulai mendengar alunan musik romantis yang dibawakan oleh para musisi yang sedang tampil untuk membuat suasana di dalam restoran lebih nyaman.

I'm a Villain In My Own Game?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang