Arc 1 Chapter 47 : Soul Room

1.1K 176 16
                                    

[Raul PoV]

Kemarin, ujian tahap dua telah berakhir. Tentu saja kami yang pertama mencapai garis finish. Itu karena kebanyakan para peserta terjebak lama di labirin ilusi itu.

Saat ini para peserta sedang berada di Kota Tarakat untuk beristirahat sebelum pergi menuju ke tempat Ujian tahap ketiga. Hanya tersisa 50 peserta yang lolos ke ujian tahap ketiga, ujian yang terkenal selalu terdapat korban jiwa setiap diselenggarakannya.

Sebelumnya, aku telah bertemu dengan salah satu sindikat yang beroperasi di Kota ini untuk membeli Aliya dan Umaya. Mereka adalah sisa-sisa terakhir dari dinasti El-Arami yang masih bertahan hidup.

Mengapa aku melakukan hal ini?

Itu karena aku melihat kesempatan untuk memperbaiki Negeri Kuwalid yang saat ini sedang dalam kondisi tidak baik. Jika hal ini terus berlanjut, maka saat bencana besar tiba, maka negeri itu tidak akan memiliki kekuatan untuk mencegah para iblis menguasai wilayah mereka.

Aku harus mengubah negeri itu untuk menjadi lebih kuat, walaupun akan ada banyak pertumpahan darah terjadi untuk melakukan hal itu, tapi ini untuk kebaikan negeri mereka sendiri. Tidak ada perjuangan yang tanpa pengorbanan sama sekali.

Rencanaku adalah dengan diam mencoba menanam bibit kebencian rakyat terhadap pemerintahan korup Negeri Kuwalid yang sekarang lalu memunculkan Umaya sebagai pemimpin baru dan menyebarkan kebenaran mengenai fitnah yang dilontarkan kepada Dinasti El-Arami.

Dengan bantuan finansial dan militer yang organisasiku berikan, bukan tidak mungkin Umaya bisa berhasil melakukannya. Jika rencanaku berjalan lancar, maka secara tidak langsung aku dapat mengontrol suatu negeri dari balik layar.

Akan tetapi, realita tidak akan semulus rencana dan harapan tinggi yang muncul di otak saja. Akan ada banyak halangan dan kendala di setiap melakukan aksi kami nanti. Untuk itu kami harus mempersiapkan segalanya sebelum mengeksekusi rencana kami.

Umaya memiliki keinginan kuat untuk membalaskan dendam keluarganya, tetapi Aliya Sang Kakak terlihat hanya ingin hidup tanpa membawa masalah yang lebih besar. Tanpa dukungan moril darinya, tekad Umaya Sang Adik tidak akan terbentuk dengan kuat untuk melakukan kudeta ini.

"Lebih baik aku memberikan mereka sedikit waktu terlebih dahulu untuk beradaptasi di organisasi-ku."

Saat ini, fokus utamaku adalah menghadapi ujian tahap ketiga yang akan dilaksanakan di hutan monster yang berada di Hernand Duchy. Aku masih ingat surat yang kuterima dari salah satu organisasi pembunuh profesional di hari kedua perpindahanku ke dunia ini.

Mereka akan mengincar Brian saat ujian bertahan hidup dan inilah saat yang tepat bagi mereka untuk bergerak.

"Saatnya untuk menemui para instruktur."

Keluar dari penginapan, aku berjalan menuju tempat para instruktur berada.

Kota ini cukup ramai, wilayah ini juga dulunya termasuk ke dalam wilayah kekuasaan Negeri Kuwalid. Namun berbeda dengan Kota Edessa yang ditinggalkan, kota ini tidak hanya dihuni oleh para kaum pribumi sehingga masih hidup ketika mereka melakukan migrasi ke negeri asal mereka.

Tidak lama, aku telah sampai di sebuah bangunan yang disewa oleh para instruktur untuk menginap. Aku pergi ke lantai dua lalu melihat dua bawahanku sedang menjaga sebuah pintu tempat dimana briefing dilaksanakan.

"Kapten, para instruktur dan Dewan Siswa lainnya sudah hadir," kata salah satu dari mereka.

Sepertinya aku agak terlambat karena mengadakan pertemuan dengan Aliya dan Umaya sebelumnya.

"Baiklah, aku akan masuk."

Setelah bawahanku membukakan pintu, aku masuk ruangan lalu melihat para instruktur dan Dewan Siswa sudah memulai kegiatan briefing. Aku lalu duduk di bangku kosong tepat di samping seorang wanita berambut pirang.

I'm a Villain In My Own Game?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang