Arc 2 Chapter 1 : Perjodohan

1.1K 165 11
                                    

[Raul PoV]

Keesokan harinya, banyak bangsawan yang hadir ke Istana Kekaisaran untuk menghadiri pesta ulang tahun Sang Kaisar yang berlangsung selama tiga hari di sini. Acara ini adalah kesempatan bagi anak-anak mereka untuk bersosialisasi maupun untuk menemui bangsawan lain dengan agenda tertentu.

Duke Alvaro—Ayahku baru sampai di tempat ini tadi pagi. Dia mengirimiku surat kemarin yang menyampaikan keinginannya untuk membahas sesuatu denganku hari ini.

"Dia ingin membicarakan apa kira-kira, ya?" gumamku.

Kita berbicara Duke Alvaro di sini. Dia adalah salah satu pria paling licik yang ada di dalam game. Dia juga memiliki sebuah Trait insanity yang membuat karakternya sulit diprediksi.

Aku sudah banyak mengubah plot yang ada di dalam dunia ini. Mungkinkah rencana Duke Alvaro untuk mengorbankan rakyat Duchy Toledo juga akan berubah? Jika memang benar, maka masa depan nanti akan jauh sulit kuprediksi.

Mungkinkah dia akan mengganti targetnya? Tapi darimana dia akan mendapatkan satu juta jiwa manusia dengan dalam waktu cepat?

Di dalam game Path of Destiny, terdapat sebuah artefak yang dapat mengumpulkan jiwa manusia yang baru saja meninggal. Akan tetapi, mereka hanya punya waktu beberapa jam saja sebelum jiwa manusia tersebut menghilang dalam dimensi kita.

Duke Alvaro saat itu menggunakan sihir terlarang yang persiapannya membutuhkan waktu 10 tahun lamanya agar dapat bekerja untuk memanen satu juta jiwa manusia secara langsung di Duchy Toledo.

Apakah benar dia akan membatalkan rencana yang ia sudah bangun sekian lama ini?

Aku tidak tahu ...

Tanpa petunjuk apapun, akan sulit memprediksi apa yang akan dilakukannya nanti.

Namun aku harus tetap waspada terhadapnya. Dia merupakan salah satu Antagonis yang paling merepotkan di dalam game.

Tidak lama kemudian, aku telah sampai di depan ruangannya. Terlihat Alfred sedang menjaga di samping pintu ruangan kerja Duke Alvaro.

"Tuan Muda," sapa Alfred seraya menunduk memberi hormat. "Master telah menunggu Anda di dalam."

Aku mengangguk lalu memasuki ruangan tersebut setelah Alfred membukakan pintunya. Di dalam ruangan ini, terlihat pria paruh baya berusia 40an sedang menuliskan sesuatu pada secarik kertas.

"Ayah, aku telah tiba sesuai perintahmu," ucapku padanya.

"Oh, kau menganggapku Ayahmu ternyata?" ujar Duke Alvaro tanpa melihat ke arahku sama sekali masih menulis di kertas tersebut.

"Aku hanya bersikap seperti yang seharusnya saja," jawabku padanya. "Lalu, apa yang ingin kau bicarakan denganku?"

Duke Alvaro selesai menulis lalu memasukan kertas itu pada sebuah amplop. Dia kemudian menyegel surat itu dengan Stempel keluarga Garcia.

"Alfred, masuklah kemari," panggil Duke Alvaro.

Pelayan Tua itu masuk ke ruangan lalu menunduk.

"Kirimkanlah ini ke tempat biasa, mengerti?" kata Duke Alvaro seraya menyerahkan surat itu kepada Alfred.

"Akan saya laksanakan perintah Anda, Master," ucap Alfred mengambil surat itu lalu pergi meninggalkan kami berdua.

Duke Alvaro akhirnya menatap wajahku lalu tersenyum. "Duduklah terlebih dahulu, ini akan menjadi sebuah obrolan yang menarik."

Aku melakukan apa yang ia katakan duduk di kursi yang ada di depan meja kerjanya.

"Bagaimana dengan Ujiannya?" tanya pria itu seperti seorang Ayah biasa sedang menanyakan anaknya hasil ujian di sekolahnya.

I'm a Villain In My Own Game?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang