[Adrien PoV]
Setelah berjalan selama empat jam, akhirnya kami tiba di sekitaran Kota Kecil Sarisa. Terdengar bunyi lonceng yang terus berdentang dari arah kota tersebut. Sepertinya itu adalah sebuah sinyal darurat untuk memberitahu musuh telah mendekat ke kota itu.
Setelah sampai di dekat Kota ini, Jendral Melisandru tidak langsung memerintahkan untuk melakukan penyerangan karena ingin mengistirahatkan pasukan dan menyuruh Unit pembantu untuk memasang tenda-tenda terlebih dahulu.
Aku berada di depan, melihat-lihat kota yang akan kami taklukan hari ini.
Tidak adanya dinding kota menandakan kami tidak perlu repot-repot untuk menghancurkannya dengan menggunakan sebuah Golem.
Selang setengah jam waktu berlalu, Penyihir dari unit Bombardir telah bergerak ke depan untuk melakukan tugasnya untuk menembakan proyektil-proyektil sihir untuk melemahkan pertahanan lawan.
Mereka berhenti di jarak sekitar 800 meter dari kota itu. Selanjutnya, para penyihir itu merentangkan tangannya sedikit ke atas mengarah ke kota itu.
"Viteza!"
Para penyihir itu mulai mengucapkan mantra, tangan yang mereka rentangkan mulai mengeluarkan cahaya berwarna hijau. Ini adalah sihir yang dapat meningkatkan kecepatan proyektil sihir yang mereka tembakan.
"Putere!"
Selanjutnya, tangan para penyihir itu mengeluarkan sebuah uap karena mengaktifkan sihir yang dapat meningkat kekuatan dari proyektil sihir yang mereka tembakan.
"Maximize Magic-Falling Star Moon!"
Mana yang telah terkumpul di tangan para penyihir itu kemudian melesat menuju Kota Sarisa. Tidak lama kemudian, bunyi ledakan dapat terdengar dari arah kota itu.
Dapat mengkombinasikan tiga sihir yang berbeda itu cukup sulit. Hanya seorang Veteran Wizard yang mampu melakukannya.
"Viteza!"
Para penyihir itu kembali mengucapkan mantra untuk membombardir Kota Sarisa.
Di sisi lain, semua unit Infantry telah berbaris dengan rapi untuk bersiap melakukan penyerangan ke kota itu setelah para penyihir unit Bombardir hampir menghabiskan Mana mereka untuk menyerang Kota Sarisa.
Posisiku saat ini berada di depan barisan unit Infantry pertama sedang menunggu perintah untuk melakukan mobilisasi pasukan yang kupimpin.
Jendral Melisandru kemudian berjalan di hadapan kami semua lalu berhenti di posisi tengah, menghadap seluruh pasukan yang hendak melakukan serangan.
"Saudara-saudaraku sekalian, kita berada di sini, di wilayah musuh yang sedang kita hadapi dan mempertaruhkan nyawa kita dengan tujuan negeri tercinta kita bisa lebih berjaya dan berkembang jauh lebih dari yang sebelumnya," kata Jendral Melisandru memulai pidato sebelum pertempuran untuk meningkatkan moral para prajurit.
"Kita di sini menyanggupi panggilan perang dari sekutu kita-Republik Venetia yang telah sepakat akan melakukan Investasi yang membuka banyak lapangan pekerjaan baru bagi Rakyat Draconia dan membuka jalur perdagangan untuk para pebisnis kita sehingga meringankan beban ekonomi yang didapat oleh mereka."
Sang Jendral untuk pertama kalinya menjelaskan alasan dari negeri kami ikut serta dalam peperangan ini kepada prajurit.
Kurasa ini hal yang wajar, jika para prajurit tahu alasan mengapa mereka harus bertarung di wilayah musuh yang jauh dari kampung halaman, maka moral mereka akan jauh lebih baik karena setidaknya mereka berjuang untuk kemakmuran negeri mereka sendiri dan bukan sebagai alat untuk orang lain mencapai ambisi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a Villain In My Own Game?
FantasyGenre : Isekai, Action, Adventure, Romance Tag : Isekai, Academy, Knight, Magic, Saint, Anti-Hero, Hated-Protaginost, Empire, Noble, Politic * Bukan Novel terjemah, ini Karya Orisinilku Asli Kalian bisa Support aku di link ini ya .... https://saweri...